Nani?

29 2 0
                                    

"Haaaah?!"

Keadaan jadi riuh setelah dua orang itu bertemu dan berteriak bersama.

Ada apa? Mari kita lihat kisahnya. Beberapa hari yang lalu ....

"Apa?!"

Pria 43 tahun itu hampir saja terkena serangan jantung saking terkejutnya. Ini disebabkan oleh pengakuan putra satu-satunya yang mengatakan ia mengencani seorang pria.

Tsukki, pemuda yang baru berusia 20 tahun tersebut adalah putra dari Tetsuro. Anak kesayangannya yang mana selalu dimanjakan sejak kecil. Wajah datar dan kulit serta rambut seperti orang barat membuat Tetsuro menyangka Tsukki adalah perempuan, sampai umur lima tahun barulah ia percaya bahwa anaknya laki-laki. Meski demikian, caranya memperlakukan sang anak tetap selembut sebelumnya, bahkan semakin overprotektif.

Tidak disangka setelah Tetsuro meminta anaknya membawa kekasihnya itu, yang terjadi adalah kehebohan yang sangat kekanak-kanakan. Ternyata pacar yang dimaksud Tsukki adalah orang yang sangat dikenal ayahnya.

"Jangan bilang bajingan ini adalah pacarmu?"

Tetsuro terlihat begitu marah, ia mengintrogasi anak kesayangannya sendiri dengan tak henti menunjuk-nunjuk wajah pria sebaya dihadapannya.

"Iya!"

"Iya pantatmu! Apa yang kau pikirkan sebenarnya. Dia-" ucapannya terhenti karena si anak berlari, bersembunyi di punggung pria-nya.

"Aku membencimu, ayah!"

"Apa? Kei!"

"Aku membencimu!"

"A-ah! Tunggu ...." Tetsuro mulai mengatur nafas, ia tidak tega bersikap kasar. "Maksudku ... Kau boleh mengencani siapapun di dunia ini, pria manapun, tapi apa kau yakin itu dia?"

"Hah? Maksud mu seperti dia itu apa, heh? Aku yang seharusnya heran bagaimana pemuda setampan dan seimut dia ber-ayahkan pria jelek sepertimu? Lihat kepalamu masih seperti ayam!"

"Apa kau bilang? Kau Babon! Kau sama sekali tidak cocok dengan putraku!"

"Hah!"

"Heh!"

Dua orang tua itu saling membenturkan kepalanya, berkacak pinggang di tengah lingkaran orang yang sedang duduk menonton di ruang tamu tersebut.

"Diam!"

Semua perhatian tertuju pada pintu, seseorang dengan posisi tinggi kedua di kediaman Tetsuro, menenteng koper besar di ketiak yang kemudian dilemparkannya pada dua pria yang saling adu jambak di depannya.

"Anak ayam!" Teriak dua pria besar itu bersamaan.

Orang tersebut bernama Kai, ia segera berdiri tegap lalu menarik senyum di antara pipinya. "Mohon maaf atas sambutan yang kurang menyenangkannya, tuan ... Daichi."

"A-ah ... " Daichi tersenyum kikuk, ia merasa kenal orang ini tapi ia tidak tahu namanya. "Nah, siapa dia?" Bisiknya pada Tetsuro.

"Kai," jawabannya datar lalu berbalik dan kembali pada tempat duduknya.

Daichi membungkuk memberi salam pada Kai, begitupun Kai segera membalas dengan membungkuk sopan. Keduanya duduk berhadapan dengan Tetsuro yang bersila pada tempat khususnya, tepat berada di ujung membelah barisan duduk para tamunya.

"Senang bisa bertemu anda lagi, tuan Daichi."

"Ah, ya! Kai-san ...." Daichi mengusap dahinya yang berkeringat. Mungkin dirinya masih bisa berteriak pada orang seperti Tetsurou, tapi pria dihadapannya ini terlihat ramah dan murah senyum hal itu membuatnya merasa ngeri.

"Payah!"

"Apa kau bilang?"

"Apa yang kubilang?"

"Kau mengatai ku payah!"

"Ups! Kau yang bilang."

"Omae!"

Kai terkekeh. "Haha. Kalian masih sama seperti masa sekolah dulu." Ia menuangkan teh hangat pada cangkir keramik dan menyerahkannya pada Tetsurou dan Daichi, lalu ketiganya mengangkat cangkir dan meminumnya bersama.

Apa yang terjadi pada masa sekolah mereka dulu? Semua orang yang hadir di sana termasuk Tsukki juga ingin tahu apa yang terjadi. Hanya beberapa orang lama yang mengangguk-angguk mengerti.

"Mas Daichi?" Suara keras itu bersumber dari pintu yang kembali menyita perhatian.

"Ryuu-"

"Mas Daichi!" Teriaknya sekali lagi, ia melompat menerjang Daichi.

"Hoy, Tanaka!" Daichi bersusah payah mendorong pria yang memeluknya erat.

"Hueee, kupikir kau sudah mati. Aku-aw!" Jeritnya setelah cangkir keramik menghantam kepala pelontos nya.

"Hoy, Tanaka sialan! Ingat siapa bos mu sekarang!"

Melihat Tetsurou nampak kesal Tanaka segera beringsut dan duduk di samping Kai. Tsukki yang terlihat kesal pun memeluk lengan Daichi dan menenggelamkan wajahnya di sana. Tanaka mengernyit, memperhatikan anak ketua klan yang sangat jutek bermanja-manja pada mantan pemimpinnya dan begitupun Daichi, ia mengusap lembut surai Tsukki seolah menenangkannya. Perilaku aneh yang berhasil membuat bulu kuduk berdiri merinding melihatnya.

"Jadi kau di sini sekarang?"

Tanaka terkesiap. "Ah, y-ya!"

"Santai saja, itu sudah berlalu puluhan tahun." Ucap Daichi seraya terkekeh.

"Oy, Babon! Jangan kira dengan kita sudah menua kebencianku padamu hilang begitu saja. Kau tidak pantas untuk putraku!"

"Siapa yang bilang aku memaafkanmu? Ayam!"

"Ayah, kau setuju atau tidak aku tetap akan bersamanya. Kita akan kawin lari!"

Pernyataan Tsukki membuat seisi ruangan terdiam seketika, terkejut dengan ucapannya juga menghawatirkan tuan mereka.

"Bagaimana kita akan menikah?"

"Kita keluar negeri!" Bisik Tsukki.

Daichi mengelus pipi Tsukki. "Baik apapun untukmu."

Seisi ruangan riuh menyaksikan adegan romantis dua orang tersebut. Ada yang merasa jijik, ada yang bersorak, ada juga yang memberikan pendapat mereka tentang hubungan Daichi-Tsukki.

"Diaaam!" Tetsurou mencabut pedang dari sarungnya lalu mengarahkan ujungnya pada Daichi. "Baik mari tentukan dengan kemampuan."

________

Bersambung.

My father-in-law is my old enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang