"Thank You." [1/2]

282 17 1
                                    

"Neji..."

"Hn."

"Ayo lah. Makan siangmu di kantin sudah menunggu-ttebayo," paksa si pemilik surai kekuningan ini pada teman sebangkunya yang masih saja berkutat dengan materi setelah jam pelajaran usai.

Neji, pria dengan manik mata indah lavender itu bergeming. Tatapannya tetap fokus pada apa yang tengah ia kerjakan. Sampai manusia si rambut durian ini benar-benar mengganggu konsentrasinya. "Naruto, aku sedang tidak ingin memakan apapun. Targetku sekarang adalah menyelesaikan semuanya sebelum jam sekolah berakhir. Kau biasa meninggalkan atau mengulur waktu untuk mengerjakan tugas-tugasmu tapi tidak denganku. Sudah berapa tahun sejak kau mengenalku? Jadi, jika kau tidak bisa menahan rasa laparmu itu, tinggalkan aku sendiri. Apa itu cukup?" Jelas Neji dengan sedetail-detailnya. Membuat Naruto kehilangan kata-kata.

"Hai, hai. Aku akan pergi menyusul yang lainnya. Semangat untukmu, Tuan Hyuga."

Naruto kemudian meninggalkan kelas dengan lesu. Padahal ia sudah berjanji pada Hinata untuk selalu mengajak sepupu kekasihnya yang tak pandai bergaul itu saat akan berkumpul dengan teman-teman lainnya di waktu senggang.

Seperginya Naruto, Neji kembali tenggelam dalam kesibukannya tadi. Namun baru beberapa menit berlalu, suara khas milik pria berambut durian itu kembali lagi memanggil namanya. Membuat Neji hampir kehabisan kesabaran dengan melayangkan tatapan tajamnya ke arah pintu kelas.

"Apa lagi ..."

"... Hei, tatapanmu itu menakutkan," potong Naruto sebelum omelan Neji kembali disemburkan. "Ada yang mencarimu, dia bilang dia adik Tenten. Ah benar, kenapa aku juga tidak melihat Tenten sejak tadi. Biasanya dia sudah ramai membantuku menyeretmu ke kantin."

Neji terdiam sebentar, lalu bergegas beranjak dari tempatnya untuk menemui seseorang yang dimaksud Naruto.

"Tenko?"

Pria muda di depan kelasnya itu merespon dengan senyuman hangat. Tenko, ia adalah satu-satunya adik Tenten yang tentu saja sudah dikenal Neji sejak lama. Tak aneh karena Neji dan Tenten berada dalam sekolah yang sama sejak mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Rumah mereka juga bertetangga, sehingga hanya Neji dan Hinata yang benar-benar mengenal Tenko. Teman-teman lainnya tidak terlalu tahu tentang hal ini karena Tenko berpisah dengan Tenten untuk tinggal bersama kedua orangtua mereka di luar kota setelah Tenten lulus dari Sekolah Menengah. Sedangkan Tenten menetap untuk tinggal bersama neneknya.

"Yo, Neji. Aku kembali ke kantin dulu."

"Hn. Terima kasih, Naruto."

Setelah Naruto pergi, Neji kembali melayangkan perhatiannya pada Tenko. Ia juga penasaran kenapa bisa adik Tenten yang berada di luar kota bisa sampai disini tiba-tiba.

"Neji Nii-san."

Neji mengangguk pelan, tampak raut wajah Tenko mulai berubah sejak kepergian Naruto. "Ada apa, Tenko? Kapan kau sampai dan kenapa malah mencariku?" Tanya Neji langsung pada titiknya.

"Nii-san ... Aku, Tou-chan dan Kaa-chan baru saja sampai siang ini karena mendapat kabar dari rumah sakit kalau Obaa-chan meninggal dunia. Aku sudah memberi Tenten Nee-chan sebelum kesini untuk menjemputnya, tapi setelah itu dia tidak bisa dihubungi lagi. Teman sekelasnya juga tidak tahu dimana Nee-chan," jelas Tenko dengan nada suara yang terdengar sangat khawatir.

Terlebih lagi Neji. Ia juga salah seorang yang paling tahu tentang betapa dekatnya Tenten dengan nenek yang sudah sejak lahir tak pernah sekali pun dipisahkan darinya. Helaan nafas berat lolos dari mulutnya sebelum kemudian menepuk pundak Tenko, "Pergilah untuk mendapat izin dari Kepala Sekolah. Aku akan mencari Tenten. Jangan khawatir. Tunggu saja di depan, aku akan membawanya padamu."

Kumpulan NejiTen Fanfiction.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang