Duta dan Pelukkannya

449 71 23
                                    

Pada kangen baby Vee?

Ketemuan sama omnya dulu aja gimana?

Hehe

🏡🏡

N

abila pulang ke rumah seteah melewati perjalanan berjam-jam di kereta. Sebenarnya Nabila bisa aja telepon ke rumah dan bilang kalau dia pengen pulang, trus mobil jemputan utusan orang tuanya bakal datang menjemputnya di jogja.

Tapi semenjak belajar hidup mandiri dan sederhana selama tinggal di Jogja, Nabila jadi lebih suka melakukan semuanya sendiri dan menikmati hal-hal sederhana itu.

Iqbaal yang mengajarinya. Teman kecilnya yang kini juga menjadi teman seperantauan, ngajarin banyak hal tentang bertahan hidup sama Nabila selama ia menetap di Jogja.

Untung Nabila seperantauan sama Iqbaal, coba kalo sama Bastian. Bisa-bisa dia jadi makin manja karena cowo itu selalu memperlakukan Nabila layaknya princess, seolah-olah Nabila adik perempuannya. Padahal yang umurnya paling kecil diantara mereka berempat tuh ya dia.

Bastian. Anak pas Sigit yang tengilnya minta ampun.

Nabila duduk selonjoran di kasur kamarnya. Ia sendirian di rumah. Seperti yang sudah ia duga ketika ia pulang tanpa memberitahu kedua orang tuanya. Orang tuanya nggak bakal pernah ada dirumah.

Orang tua Nabila emang sibuk banget sama bisnisnya mereka. Makanya waktu kecil Nabila sering main ke rumah Samudra karena di rumah Samudra selalu ada Bunda yang nggak sesibuk mama Nabila meski sama-sama bisnis women.

Kalo Ayah sih sebelas duabelas sama papanya Nabila. Apalagi waktu mereka kecil, Ayah masih sibuk ngurus kantor utama di Singapura dan sering bolak balik ke Singapura. Emang dari awal bisnis keluarga mereka tuh berbasis di Singapura. Jadi nggak kaget deh kenapa Samudra dipaksa kuliah ke Singapura sama Ayahnya.

Balik lagi ke Nabia yang udah ganti posisi selonjoran. Gabut banget semenjak tadi malam sampai ke rumah nggak ngapa-ngapain. Mau main ke rumah temennya juga semua lagi pada nggak di rumah. Samudra di Singapura, Iqbaal di Jogja, dan Bastian, mulai sibuk sama dunia perkuliahannya juga.

"Non barusan Ibuk telepon trus mbak bilang Non pulang ke rumah, kata Ibuk dia bakal mampir nanti malam, jengukin Non," ucap salah satu nanny Nabila yang baru saja selesai menyusun pakaian Nabila di dalam walking closetnya.

Gadis itu menautkan alis, menatap bingung pada perempuan setengah baya yang lebih tua dari mamanya itu.

"Mampir? Jadi Mama udah nggak tinggal disini lagi mbak? Bener ya? Udah berapa lama?" Tanyanya seakan menginterogasi.

Wanita yang Nabila panggil Mbak itu mengangguk pada Nabila sembari perlahan duduk di ujung tempat pltodur Nabila. Raut wajahnya yang nampak khawatir memandangi Nabila sambil meringis iba.

"Tapi non jangan sedih ya, ibuk udah sebulan pulang ke rumah neneknya non. Lagi ada masalah sama bapak," ujarnya hati-hati.

"Mau cerai ya?" Tanya Nabila enteng. Gadis itu menaruh tabnya diatas nakas. Aku turun dari atas tempat tidurnya.

"Apapun keputusan Ibuk sama Bapak pasti itu udah yang terbaik buat kita semua Non, non jangan sedih ya? Non harus kuat,"

"Keputusan yang terbaik buat mereka kali? Nggak sedih kok. Biasa aja," jawab Nabila acuh. Ia meraih tas tangannya dari atas meja rias lalu mengenakan jeans jacket yang sudah disiapkan oleh nannynya itu.

"Aku mau ke Bandung. Bilang ke Mama nggak usah repot-repot jengukin aku," ujarnya kemudian berlalu menutup pintu kamar dan berlari menuruni tangga.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang