Ambiguitas Tingkat Tinggi

459 74 26
                                    

Warn : cerita ini bukan cerita dewasa, hanya saja hanya bolwh dipraktekkan oleh orang yg sudah dewasa 🌚🌚

Selamat membaca 💕

🏡🏡

Kalau boleh berharap, Nabila ingin tak ada lagi yang pergi dari kehidupannya. Ia benci kehilangan, ia juga takut akan perubahan. Setelah semua beban yang ia tangung sendirian, bolehkan ia menemukan tempat bersandar yang akan bertahan selamanya? Nabila lelah harus menahan kesakitanya sendirian.

"Papa dan Mama sebenernya udah nggak akur dari lama. Mereka bertahan cuma buat aku," cerita Nabila pada Duta yang setia mendengarkan disampingnya.

Duta mengemudikan mobil Nabila. Setelah dari studio temannya mereka berdua mampir sebentar untuk makan malam. Lalu lanjut mengemudi mengeliing kota bandung yang masih ramai malam itu.

Dari dulu, Duta emang paling suka night drive mengeliling kota. Menikmati suasana malam diperkotaan, sambil mendengarkan Nabila bercerita di sebelahnya. Lalu mampir membeli jajanan kaki lima, yang akan dimakan di sepanjang perjalanan. Perjalanan mereka tak tentu arah. Tau-tau kadang mereka sudah terdampar disuatu tempat disudut perkotaan saat malam sudah larut. Kadang bisa bablas sampai keluar kota. Terus kalo Duta udah kecapean, mereka bakal mutusin buat menginap di penginapan terdekat. Atau tidur di mobil aja sekalian.

Nabila nggak pernah merasa takut atau khawatir meski kadang mereka terdampar, tak tau arah atau mobil tiba-tiba mati. Udah biasa. Dan kalau itu sama Duta, Nabila nggak perlu mengkhawatirkan apapun karena laki-laki itu pasti menemukan solusi untuknya. Dengan Duta, Nabila ngerasa aman, nyaman, tanpa rasa ragu atau ketakutan. Bahwa ia akan baik-baik saja selama ada Duta di sampingnya.

"Kita nggak bisa mengerti isi hati seseorang bil. Tapi gagalnya hubungan orang tua kamu nggak lantas bikin kamu jadi anak yang bakal kesepian. Aku yakin banget mereka sayang kamu dan nggak bakal ninggalin kamu sendirian," Duta meraih tangan Nabila, membawanya kesisinya sementara Duta mengemudi dengan sebelah tangan.

Nabila menggeleng, "aku nggak takut kesepian, aku cuma nggak bisa terima keputusan mereka. Kenapa nggak pisah lebih cepat aja? Kenapa harus bertahan dengan kepura-puraan, sementara masing-masing dari mereka sama sekali nggak bahagia, kadang aku mikir kehadiran aku mempersulit kehidupan_"

"Heii nggak ada kaya gitu...," Duta memotong. Ia meraih kepala Nabila membuat gadis itu bersandar kebahunya sambil mengelus-elus puncak kepala gadis itu.

Di depan lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, Duta menghentikan mobilnya lantas menoleh kearah Nabila, memeluk gadis itu dari samping kemudian mencium keningnya.

"Mana ada kaya gitu. Dimata orang tua anak itu berharga. Mereka ngelakuin semuanya demi kamu bukan supaya kamu ngerasa rendah hati karna menyulitkan mereka. Tapi supaya kamu nggak kekurangan kasih sayang sedikitpun. Jangan gitu lagi dong Bil.. aku sedih kamu gitu,"

Masih belum ada yang bisa menandingi softnya seorang Duta memperlakukan Nabila. Selama mereka berpacaran, belum pernah tuh Duta meninggikan suara pada Nabila. Belum pernah ada momen perdebatan yang pelik diantara mereka.

Duta memang bukan orang yang penyabar dan banyak mengalah. Tapi ia tau dengan pasti kemana arah hubungan ini ingin ia bawa. Ada kalanya Duta akan menegur Nabila kalau gadis itu dirasa sudah melewati batas. Tapi teguran itu nggak pernah bikin Nabila kesal atau marah padanya.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang