5: Is This A Wish Come True?

4 1 0
                                    

Anatia selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri ... dan juga Chris.

"Anak kecil dengan sepatu biru muda itu, siapa dia? Kenapa dia ada disini?"

Namun Chris tak pernah menjawab pertanyaannya. Pria itu hanya akan tersenyum dan meletakkan telunjuknya di depan bibir. Entah apa maksudnya, tapi hal ini malah membuat Anatia semakin penasaran.

Mansion ini punya taman bunga di dalam ruangan, dan dia selalu menghabiskan waktunya disana bersama anak kecil itu, Rael. Anatia berpikir, mungkin hari ini juga akan seperti itu, karena bagaimanapun mereka selalu terulang.

Tapi kemana dia? Dimana Rael? Dimana bocah kecil bersepatu biru muda itu?

Anatia memutar kepalanya dengan panik. Topi jeraminya terjatuh ke atas bunga Carnation merah muda yang entah sejak kapan ada disana. Wanita itu berlari di lorong yang dipenuhi dengan suara langkah kakinya, tak menghiraukan ujung rok panjangnya yang sedikit terkoyak akibat berlari terlalu cepat.

"Rael!" Raungnya, namun tak ada satupun jawaban di aula kosong yang dia sendiri tak tahu ada disini. Wajah Anatia menjadi pucat, kaki dan tangannya gemetar, detak jantungnya seolah akan meledak, dan kepalanya menjadi sedikit pening akibat panik yang terlalu tinggi. "Rael!"

Sunyi menyapa selama beberapa detik, kemudian suara kecil yang terdengar ketakutan menghampiri telinganya dengan perlahan, "Anatia?"

Anak laki-laki itu berjalan ke arahnya dengan wajah kebingungan, syukurlah dia tak terluka sedikitpun.

Merasa lega, Anatia bergerak untuk berlutut dan memeluk anak itu. Dia benar-benar panik dan tak tahu harus melakukan apa selain berlari ke sembarang arah, dan setelah melihat Rael disini, dia bisa menjadi sedikit lebih tenang.

Rael yang tak tahu bahwa wanita di depannya telah berlari kesana kemari demi mencarinya, hanya menepuk-nepuk punggung Anatia sambil mengatakan hal yang sama berulang-ulang, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa, Rael disini, semuanya akan baik-baik saja."

Beberapa saat berlalu, dan akhirnya Anatia bisa merasakan dirinya yang perlahan menjadi santai. Dia melepaskan pelukannya, mengelus wajah anak itu dan kemudian tersenyum, "Anak baik."

Manik cokelat tua yang sekilas terlihat biasa saja, namun semakin Anatia memperhatikannya, semakin dalam rasa penasarannya.

Rael mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian tertawa lucu sambil memegang kedua tangan Anatia, "Mata kak Anatia terlihat seperti cokelat!"

Cokelat?

Ah, mungkin.

"Benarkah? Mata Rael juga seperti cokelat." Ujar Anatia. Senyum terukir tulus di wajahnya, dan akhirnya dia bisa sedikit mengerti kenapa mereka bisa sangat akrab. Walaupun mungkin dirinya terlalu berharap, tidak ada salahnya untuk menduga, kan?

"Kak, kak! Rael ingin ke taman bunga lagi." Anak kecil itu menarik-narik roknya yang sedikit kusut, terlihat bersih walaupun Anatia ingat bahwa beberapa bagiannya telah terkoyak. Namun dia tak terlalu mempermasalahkan hal itu.

Semua ini pasti punya makna dan maksud tersendiri. Dia ingin mencari tahu, tapi hatinya seolah berkata bahwa dia telah mengetahui semuanya. Hatinya seolah berkata bahwa dialah yang setuju dengan semua ini.

Tapi kapan? Dimana? Entahlah, tidak ada yang tahu.

Mereka berdua berjalan menuju taman bunga yang ternyata hanya berjarak beberapa kamar dari aula tadi. Sinar cahaya yang masuk terlihat lebih terang dari biasanya, dan aroma lavender mengisi udara saat Rael memberikan setangkai bunga Carnation merah muda ke Anatia.

Wanita itu menerimanya dengan senyum ramah, terlihat sangat lembut dan penuh aura keibuan.

"Rael harus berterima kasih dengan Tuan Chris, oke?" Anak kecil itu menggelengkan kepalanya, menggembungkan pipinya, dan kemudian menjawab dengan kepala sedikit tertunduk, "Tidak mau!"

Belum sempat Anatia bertanya mengapa, Rael telah lebih dulu memeluk kakinya dan berujar lirih, "Tuan Chris mengambil mama dari Rael ... dia jahat."

Entah kenapa, Anatia merasakan tubuhnya yang membeku selama beberapa detik. Dia menggendong anak itu menggunakan kedua lengannya, memperhatikan wajah polos itu dengan penuh perhatian.

"Apa Rael ingat dengan mama?"

"Tidak ..." Rael memasang tampang sedih dan menggeleng. Namun dia cepat-cepat berkata dengan tampang kesal, seolah-olah dirinya marah pada pria berjas hitam tersebut. "Tapiㅡtapi! Rael melihat Tuan Chris  membawa mama pergi ... Rael benci!"

Anatia mengelus kepalanya, tidak mengatakan apapun tentang nada yang dia gunakan karena dia tahu bahwa anak ini merasa kesal dan sedih. Dia tak tahu darimana asal anak ini, atau siapa sosok yang dia panggil 'mama', tapi instingnya mengatakan bahwa dia harus melindungi anak ini, entah kenapa.

"Rael, benci itu kata yang terlalu kuat." Ujarnya, suaranya terdengar begitu lembut dan halus. Membuat Rael menjadi tenang dan mengerti bahwa dia memilih kata yang salah. "Mungkin Tuan Chris membawa mama karena dia menyayangi mama, Rael boleh marah padanya, tapi jangan membenci karena manusia diciptakan untuk saling menyayangi, ya?"

"Un ..."

Anatia sedikit tertawa saat dia melihat Rael mengangguk pelan, masih setia memasang wajah cemberutnya.

Mereka sama.

Jangankan mengingat wajah seseorang, terkadang saja Anatia lupa bagaimana bentuk wajahnya sendiri. Mengapa dia bisa lupa? Entahlah, semuanya selalu seperti ini setelah dia membuka matanya kembali.

Mungkin ada beberapa hal yang tak sepatutnya dia harapkan di masa lalu, namun dia tak bisa menolak masa kini dan hanya bisa menunggu apa yang akan datang di masa depan.

Rumit dan penuh misteri. Tapi jika keadaannya akan tetap sama, Anatia tak akan mengeluh asalkan dia masih bisa bersama dengan anak kecil bersepatu biru muda itu.

Suara pintu yang berderit dari kejauhan berhasil mengambil perhatian Rael, dia menoleh kesana kemari dan membuat Anatia bertanya keheranan. Anak itu hanya menggelengkan kepalanya, berkata,

"Ada yang menangis."

-----

Rael gemoi deh, sini saya culik😩

Btw iya, chapter 5&6 hasil ketikan ngebut efek kopi gak pake gula segentong. Ah rasanya nikmat👌

Chapter 6 agak panjang sih, mungkin agak ribet juga. Tapi yah, baca saja ya sayang hwhwhwhw

Sip, let's go to the last chapter🏃

Mansion For Ten; Huis Van De Zielen [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang