Pagi ini kelas Aza,
Diisi oleh pelajaran bahasa Indonesia. Tapi entah kenapa guru yang mengajar tak kunjung masuk.
"Heh Lan, sana panggil gurunya" teriak Arka dari pojok belakang
"Bentar" sang ketua kelas sekaligus saingan berat Aza keluar kelas dan menuju ruang guru.Aza yang sedari tadi fokus menulis sesuatu dibuku catatannya pun sontak menoleh, kala Arka berteriak. Ia memandangnya sejenak dan tak disangka Arka balik memandangnya. Alhasil Aza pun menghindari tatapan tajam Arka.
"Woy brisik !!
Diem bisa ngga sih. Kaya Aza noh diem" teriak Arka lagi
Sekar yang tengah asyik mengobrol dengan gengnya menoleh ke arah Aza. Aza tau Sekar menyukai Arka, gelagatnya sangat jelas. Walaupun mungkin orang lain tidak menyadarinya,tapi Aza tau itu.
Lalu Alan kembali dengan kertas ditangannya dan menuliskan sesuatu di papan tulis.'Buatlah kelompok beranggotakan 4 orang'
'Buatlah satu puisi tiap kelompok'
'Disetorkan sebelum jam 08.00 WIB'"Lan, kelompoknya bebas?" Tanya mita.
Lalu Alan kembali menuliskan sesuatu di papan tulis'Kelompoknya bebas, yang penting masih kelas kita. Jangan 1 kelompok sama Mita, soalnya belum mandi'
Seisi kelas terbahak mendengar tulisan terakhir yang ditulis Alan. Tiba-tiba Dira menyeret Aza untuk bergabung bersama kelompoknya.
"Eeeh dir, jangan ditarik eeh" ucap Aza
"Lo sekelompok sama gue.Oke. nggak ada penolakan" ucap anak dengan tubuh semampai itu. Aza mematung saat tau jika Arka berada didalam kelompoknya
"Ini kita disini?" Tanyanya pada Dira
"Iyalah. Lo,gue,Arka,sama Putra"Jelas Dira
"Aku cari kelompok lain aja ya" ucap Aza yang hendak pergi
"Sini aja lah, lagian kelompok lain udah pas anggotanya. Lagian apa bedanya sama kelompok lain" cibir Dira
"Duduk gih" ucap Putra
Aza mendudukan dirinya yang na'asnya berhadapan dengan Arka.
Aza berusaha mengontrol rasa gugupnya dan menyuarakan pertanyaannya.
"Maaf, ini tema puisinya bebas apa enggak ya?" Tanya Aza
"Nggak tau tuh" ucap Dira
"LAN, TEMA PUISINYA BEBAS NGGA?" Akhirnya Arka menanyakannya pada Alan, lalu kembali menelungkupkan kepalanya diatas meja
"Bebas" jawab Alan
"Buat gih" ucap Putra
"Ya barengan lah, kan namanya juga kelompok" sergah Dira
"Dih. Ogah ya" jawab Putra
"Za, bikin dong"
"Jangan suruh Aza aja, lo juga kerja" ucap ArkaDira yang melihat Aza yang asyik bergelut dengan bukunya penasaran
"Lo nulis apa sih Za" ucap Dira yang kemudian merebut buku catatan milik Aza.
"Eeh jangan Dir" ucapan Aza kalah cepat, dengan Dira yang mulai membaca baris per barus tulisan Aza.
"Laah,ini puisi" ucapnya
"Pake ini aja ya Za.Thank you Aza" ucap Dira lagi
"Tapi kan itu jelek" cicit Aza
"Eh Dir, coba liat" ucap Arka
"Nih. Bagus asli" ucapnya sembari menyerahkan buku catatan Aza.
Arka memfokuskan matanya pada setiap huruf yang ditulis Aza. Tanpa sadar, Aza menatapnya secara lekat, sembari menggigit bibirnya.
"Yaudah pake ini aja. Bagus Za" finalnya sembari memberikan sebuah senyum manis pada Aza
"Tapi itu jelek" jawab Aza
"Nggak, Dir salin nih. Ntar tinggal ditumpuk" ucapnya
"Selesai. Makasih Aza cantik" ucap Dira sembari mengembalikan buku Aza
Dan setelah mereka selesai mengerjakan tugas, Hanya dilanjutkan mengobrol beberapa hal ringan
"Eeh put. Gue pengin bikin kaya miniatur sepeda" omongan Arka menarik atensi Aza
"Bahannya apa tapi?" Jawab Putra
"Gampang si, paling cuma bekas pulpen" jawab Arka
"Tapi kan butuh banyak bro" jawab Putra lagi
"Ck, lo kalo nggak mau bantu nggak usah komen terus" ucap Arka yang berlalu keluar kelas
"Eeh bos mau kemana?" Teriak Putra
"Lapangan" ucap Arka"Aku balik ke kursiku yah Dir" ucap Aza
"Oke Aza, Dadah" jawabnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
Short Storyorang dewasa mungkin menganggap ini bukan cerita serius. ini hanya sebatas cerita cinta seorang siswi sekolah dasar. . . . tapi bagaimana jika sampai masa putih abu, ia masih terjerat cinta itu. apa itu masih bisa disebut lelucon atau cinta monyet...