00 - Prolog

31 8 7
                                    

Warning!

Kalau mau bawa-bawa cerita orang lain atau promosi, silakan tinggalkan cerita ini!

Iya, gue ngusir.

Makasih.

Bukan sombong ataupun bermaksud apa-apa, tapi buat mood nulis gue ilang. Jadi, yah, mending lo pergi haha

Btw jangan berekspektasi tinggi sama cerita ini.

Mau kenalan? Boleh, nanti di bawah ya

Sebelum baca, follow dulu akun ini, ya! Kalau engga, gue santet jangan marah loh haha

🎶Sara Bareilles - She Used To Be Mine

Jangan lupa sambil dengerin lagunya.

Oke, udah bisa baca.

Happy reading!

Angin malam berhembus lirih menusuk tulang, membuat bulu kuduk berdiri, merinding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin malam berhembus lirih menusuk tulang, membuat bulu kuduk berdiri, merinding. Hujan gerimis pun terus mengguyur, membuat suasana malam sedingin salju. Tapi, hal itu tak menghentikan langkah kaki yang semakin lama semakin memberat.

Tengah malam, Aylin berjalan sendirian membelah jalanan dengan penerangan minim. Rambut dan bajunya acak-acakan, tatapannya kosong, matanya sembab--tapi tak ada air mata yang mengalir di pipinya, kecuali tetesan hujan yang tak sengaja mengenai wajahnya.

Rasanya sudah lelah menangis, rasanya percuma, rasanya hancur tak bersisa. Aylin kalah telak oleh keadaan, kalah oleh semua orang, kalah dengan perasaannya, dan juga kalah dengan takdir Tuhan yang memang tak dapat diubahnya. Tapi ....

Kenapa harus aku?

Kenapa tidak yang lain saja?

Kenapa Tuhan memberikan kehidupan yang hancur seperti ini hanya kepadaku dan tidak dengan yang lainnya?

Kenapa Tuhan selalu saja merenggut kebahagiaan yang baru aku dapat?

Kenapa Tuhan tidak membiarkanku bahagia?

Kenapa Tuhan sebegitu tidak adil padaku?

Kenapa Kau tega, Tuhan?

Apa salahku?

Evanescent (Diary Depresi Ku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang