4. sì

338 95 15
                                    

“Ngomong-ngomong bagaimana caranya aku membayar biaya hias tempat?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ngomong-ngomong bagaimana caranya aku membayar biaya hias tempat?”

Setelah menyelesaikan sarapan dari kotak yang diberikan bibi Zhou, Dong Sicheng kembali pada rutinitas memahat kayunya. Sementara Dahyun yang tidak tahu harus berbuat apa diijinkan untuk melihat-lihat isi galerinya. Sekalian saja mencari inspirasi untuk dekor bunganya.

“Eh? Bukankah seharusnya hal seperti itu ditanyakan kepada Zhou ayi?”

Dahyun menoleh bingung. Kenapa harus membicarakan masalah pembayaran dengannya, padahal sudah jelas Bibi Zhou yang punya bisnis ini. dia hanya bekerja sebagai relawan.

Dong Sicheng meletakkan besi pahatnya dan berwajah sedih, “Zhou ayi menolak uang pemberianku.”

“Hah? Kenapa?”

Dong Sicheng mengangkat bahunya dengan cara yang terlihat menggemaskan, “Dia bilang akan meminta uang dari putrinya alih-alih menerima uangku. Katanya sebagai biaya yang harus dibayar karena menelantarkan anak orang.”

Dia tertawa setelah menyebutkan kembali ucapan yang didengar dari Bibi Zhou.

Seolah itu menular hanya dengan melihatnya, Dahyun ikut tertawa.

"Khas Zhou ayi sekali.." katanya menutupi betapa gugupnya dia melihat tawa menawan Dong Sicheng.

“Lalu bagaimana?” tanya Dong Sicheng lagi.

Dahyun menggeleng, “Tidak perlu. Aku juga sudah senang bisa membantu orang-orang disini.”

“Tidak bisa.”

Dong Sicheng menggelengkan kepalanya membalas Dahyun.

“hmm?”

“Kupikir aku tetap harus membayar untukmu. Apakah ada yang bisa kulakukan untukmu sebagai gantinya?” tanya Dong Sicheng.

‘apa yang bisa dilakukan? Jadi pacarku?’

Dahyun pikir, otaknya benar-benar mengkhawatirkan. Bagaimana bisa dia begitu lancang. Untung saja mulutnya tidak latah.

“Benar-benar tidak perlu,” jawab Dahyun seadanya. Berusaha terlihat elegan.

Dong Sicheng mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan nada kesal.

“Perlu.”

“Tidak perlu.”

“Perlu.”

Wanita itu memijat pelipisnya. Dahyun tidak menyangka dibalik wajahnya yang teduh, lelaki itu sangat keras kepala.

“Hm.. baik kalau begitu aku akan berfikir dulu.” Dahyun menyerah.

Apa yang dia butuhkan yang sekiranya berguna untuknya. Kalau uang, sepertinya tidak perlu karena dia masih punya bank darurat berjalan aka Zhou Jieqiong.

Hello, Nihao! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang