Pada hari minggu siang di kediaman rumah, ayah yang lagi duduk di ruang tamu sedang berbicara pada seseorang melalui telepon dengan nada terkejut itu tiba-tiba menatap gue dengan penuh amarah. Sontak, gue yang sedang pergi ke dapur untuk mengambil air minum karena letaknya berdekatan dengan ruang tamu itupun menatap balik ke arah ayah dengan tatapan binggung ....Ayah dengan segera menutup telepon dan langsung saja, ia membanting benda yang berada di sekitarnya.
Prang ....
"Ada apa yah?" tanya wanita paruh baya dengan wajah yang sedikit binggung. Ya dia adalah bunda gue, Maria.
Bunda yang kebinggungan lantaran pertanyaannya tak di jawab oleh ayah gue, hanya menatap punggungnya yang berjalan ke arah gue.
"STELLA, APA-APAAN KAMU. NGGAK MASUK KULIAH SELAMA DUA MINGGU?! INI SUDAH YANG KESEKIAN KALINYA YA KAMU BERSIKAP SEPERTI ITU. MAU JADI APA KAMU KALAU BOLOS TERUS-TERUSAN KAYAK GITU, HUH?!!!" bentak ayah kepada gue, dengan wajah yang sangat merah penuh rasa amarah di hadapan gue.
Bisa di lihat betapa marahnya dia terhadap gue, dia mengepalkan tangan yang sepertinya ingin nampol gue.
Dia nggak ngerasa kalau gue bolos karena kelakuannya ke gue? 'batin gue'
"Ck, Stella kayak gini juga karena ayah" dengan santai gue berkata seraya meletakan gelas di atas meja.
"APA KAMU BILANG?!" bentak ayah, "Harus di kasih pelajaran dulu ya kamu biar sadar" dengan cepat ayah menampol keras pipi bagian kiri gue.
Bugh ....
"Akhh" sebuah tampolan mengenai pipi dan langsung saja gue memeggang pipi yang terasa sakit.
Darah segar mengalir dari sudut bibir, dan gue hanya bisa diam oleh sikapnya yang sudah biasa gue rasakan setiap hari.
Setelah itu dia juga mengambil air minum gue dan membuangnya ke wajah gue, sehingga wajah gue basah terkena air darinya.
"Yah, mending mati-in Stella aja. Daripada ayah terus-terusan nyiksa Stella kayak gini, toh apa gunanya Stella hidup?" ucap gue seraya membersihkan sudut bibir yang mengeluarkan sedikit darah dan menaikan satu alis sambil menatapnya.
"ANAK SIALAN YA KAMU!" ucap ayah sambil membanting gelas ke arah kaki gue berada.
Yap, lemparannya tepat mengenai punggung kaki gue bagian kanan. Hal itu membuat gue kesakitan dan dengan cepat gue pergi menahan sakit dan tangisan yang hampir pecah itu.
"STEVE CUKUP! BISAKAH KAU BERSIKAP LEMBUT TERHADAP PUTRI KITA?!" tanya Maria, sambil memukul dada Steve dengan amat keras.
"Bisa diam nggak?! Itu semua salah dia, siapa suruh bikin masalah? Aku sudah sangat muak dengannya" ucap Steve seraya pergi ke kamar meninggalkan Maria yang perlahan menangis oleh sikapnya terhadap putrinya.
Belum cukup jauh Steve meninggalkan Maria, dirinya berbalik badan melihat Maria "Ingat, nggak usah menemuinya dan mengobati lukanya ... atau tidak kita berpisah saja" hal itu lagi-lagi membuat Maria tak dapat berkutik, dirinya hanya bisa mematung sambil menangis di di bawah tangga.
Oh sungguh di dalam hati Maria, dia sangat ingin menemui gue di saat gue sedang sakit-sakitnya.
Ancaman yang diberikan oleh Steve cukup membuat Maria tak berkutik, lantaran ia tak mau bila dirinya bercerai dengan Steve karena jika ia bercerai sama saja ia membuat gue sengsara, karena jika Maria cerai maka dia tak mendapatkan sedikitpun warisan dari Steve.
Dan jika ia tak dapat menghentikan kekerasannya kepada gue, dirinya merasa ikut sakit. Maria selalu dilema oleh pilihan-pilihan yang selalu menyakitinya.
YOU ARE READING
GALAXY [ON GOING]
ActionSI GADIS BROKENHOME YANG INGIN TERLIHAT BAIK-BAIK SAJA. ⚠️WARNING⚠️ CERITA INI MENGANDUNG UNSUR: KEKERASAN DAN UCAPAN KASAR. DIHARAPKAN UNTUK MEMBACA DENGAN MENTAL YANG KUAT DAN TIDAK LEMAH ATAU BAPERAN. BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA. TINGGALKAN...