~Part Two~

28 9 10
                                    

"WOI, KALO JALAN TUH LIHAT-LIHAT" gue yang merasa kesakitan karena kaki gue yang terluka akibat terkena beling itu terinjak langsung saja bangun menatap siapakah pelaku penginjakan terhadap kaki gue ini.

"Eh anjir kaget gue!" pria itu yang nggak sengaja menginjak gue tiba-tiba tersentak, "Lo siapa anjir?!" sambungnya.

"Gue manusia lah goblok, lo fikir gue setan, hah?!" ucap gue tak terima.

Gue dengan beraninya mendatangi si pria, karena angin berlalu lalang dengan lumayan kencang yang ngebuat poni gue berantakan terbawa angin itu menutupi muka gue.

Masih dalam keadaan berjalan, gue mengibaskan poni yang menggangu aktivitas gue itu dan langsung gue singkirkan ke samping.

Di satu sisi para pria itu terbuai oleh kecantikan yang gue miliki. Buat gue diri gue memanglah cantik dan gue mengakuinya dengan penuh percaya diri.

Because in this world there are no ugly or flawed humans. Tuhan menciptakan kita dengan sempurna di mata-Nya walau sometimes banyak sekali orang-orang yang selalu nge-body shaming sesama manusia ... nggak tau diri dasar, cih.

"C-cantik ... buangett wew" ucap salah satu dari mereka bernama Devin.

"Sweet Girl" ucap Davin, saudara kembar Davin.

Mereka adalah saudara kembar, Davin adalah kakak dan Devin adalah adik. Mereka hanya berbeda tiga menit saat ibunya melahirkan.

Kenapa dia begitu berbeda? Dia begitu menggemaskan dengan pony tail nya, jatuhnya dia kayak Loli, kawai. 'batin Alvano'

Dia adalah Alvano, si pria yang menyukai Anime. Bisa di sebut dia adalah Wibu. Dia sangat menyukainya sejak SMP. Entah baginya melihat Anime-anime membuatnya senang karena ia merasa karakternya nggak ada cacat fisik sama sekali, perfect lah di matanya.

Dasar cowok, giliran lihat yang bening dikit aja langsung melongo, huft. Bukan cowok namanya kalo nggak mandang fisik di awal pertemuan, huh dasar.

Lah ini anak kenapa ngelamun lagi. 'batin gue'

"Woi, lo kesambet?" tangan gue reflex melambai ke arah muka pria yang menginjak kaki gue.

Diapun tersadar dari lamunan, "Eh, eum ... sorry-sorry. Lo nggak apa-apa kan?" tanya pria itu, dia adalah Alvano.

"NGGAK APA-APA LO BILANG?" tanya gue emosi seraya membuat mata gue hampir keluar alias melotot.

"Kaki gue sakit tau nggak sih lo?!"

"Lo kira, lo enteng?"

"Punya mata kalo nggak di pake mending gue jual sini" ucap gue secara berturut-turut.

Alvano yang melihat ke arah kaki gue langsung berjongkok dan melihat kaki gue yang mengeluarkan darah karena sedari tadi semenjak gue di rumah, gue langsung keluar dan nggak sempet ngobatin luka yang berada di kaki gue.

Terdapat darah dan kemerahan lantaran di injak olehnya.

Alva pun segera mengambil kotak P3K yang selalu siap sedia di bagasi mobilnya.

Dengan segera Alva menarik kaki gue dan mengobati luka yang terasa sakit itu.

"LO MAU NGAPAIN, HUH?!!" bentak gue.

"Diem, gue mau ngobatin luka lo" ucapnya seraya melancarkan aksi layaknya perawat profesional.

Sementara di satu sisi, Davin dan Devin hanya memperhatikan keduanya yang tengah sibuk dan terdiam.

Entah kena sihir apa gue pun langsung terdiam patuh mendengarkan instruksi yang diberikannya.

"Udah selesai" ucapnya sambil kembali berdiri.

GALAXY [ON GOING]Where stories live. Discover now