~Part Three~

12 5 5
                                    

Gue yang males itupun hanya diam dan pasrah lalu meninggalkan mereka, mereka bertiga pun mengikuti gue berjalan. Gue melihat sederet bangku di taman di sertai lampu taman dengan penerangan cukup terang sehingga bisa melihat dengan jelas. Gue mendaratkan bokong ke bangku itu, merekapun turut serta mengikuti gue duduk.

Satu kata yang ada di dalam hati gue adalah 'silent' gue yang duduk hanya bisa diam dan menatap ke depan dengan tatapan kosong.

Mengingat betapa nggak adilnya hidup gue karena setiap hari selalu diterpa banyak masalah yang nggak ada habisnya. Kadang ketika gue benar-benar down pasti ada berlintas di benak gue untuk 'suicide' tapi hal itu selalu nggak bisa gue lakuin karena bunda selalu di hati dan pikiran gue jadi gue mikir ...

If I kill my self, will moms be happy without me by her side?

Kalo gue pergi gue nggak bisa bahagiain bunda dong?

Gue nggak mau bunda kecewa.

Gue nggak mau bunda terluka.

Gue mau balas budi ke bunda.

Gue nggak mau jadi anak yang egois.

Gue cuman mau bunda bahagia.

Bunda adalah alasan gue untuk berjuang melawan keras dan pahitnya dunia ini.

I like night, because of what? Karena bagi gue malam adalah saat yang tepat di mana gue harus melepaskan tangisan tanpa ada yang mengetahui dan menggangu.

Malam itu tenang, dia mau mendengarkan tangis gue tanpa mengucapkan kata.

Gue lebih suka out door sih daripada in door kalo gue ada masalah, karena gue bisa menangis sambil menatap indahnya angkasa.

Gue pengen jadi bintang, ketika ia redup selalu saja ada salah satu bintang yang menemainya untuk kembali bersinar dengan terang.

***

Sesampainya di rumah, seperti biasa ketika gue pulang malam selalu saja mengendap layaknya seperti seorang pencuri. Hal itu gue lakuin karena gue nggak mau ketauan ayah gue lah.

Tiba-tiba ...

Lampu menyala, yang tadinya gelap kini menjadi terang.

Mampus, gue ketauan 'batin gue'

"Ah elah, kenapa ketauan si. Bisa nggak sih gue ilang dulu gitu?" ucap gue bermonolog.

"Heh, kamu!" ucap ayah tegas, seraya memandangi gue dengan tatapan ingin menerkam gue habis-habisan.

"Mau jadi apaan kamu pulang selarut ini?!" sambungnya.

Ya memang sekarang jam menunjukan pukul 12.00 malam.

"MAU JADI JALANG KAMU?!!" bentaknya, sambil menampar pipi kiri gue.

PLAKK ...

Lagi, lagi, dan lagi ...

Kali ini benar-benar sangat kencang sampai membuat punggung gue menabrak tembok dan bunyi dentuman terdengar jelas mengema di area ruang tamu, lalu gue tersungkur ke lantai dengan perasaan sangat terluka.

"Steve, stop it! Dia putri kamu, dan dia seorang perempuan. Gak seharusnya kamu kayak gitu ke anak kamu!!" marah Ella kepada Steve, sambil melerai ayah yang berada di depan gue.

"Apa kamu bilang? Dia putri aku? Aku tidak memiliki putri lagi. Bagiku putriku telah mati sejak dulu, kamu paham itu?" jelas ayah kepada bunda dengan sedikit menaikan nada bicaranya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GALAXY [ON GOING]Where stories live. Discover now