🍒18🍒

172 41 2
                                    

"HEH PEKOK!"

"Si anjir, baru dateng langsung ngatain. Apa sih?!" Yerin yang tengah touch-up manja di kelasnya merasa terganggu dengan kedatangan JUN si ketua osis banyak job. kelebihan job malah menurutnya, sampai-sampai ia lebih sering melihat lelaki itu di ruang osis ketimbang di kelas saat jam belajar. Biasalah, yerin kan suka jalan-jalan pas jam pelajaran jadi dia tau dimana teman-temannya.

Jun mendudukan dirinya di depan yerin dengan tak lupa mengambil lipstick yang tengah gadis itu pegang, "Nggak boleh bawa make up ke sekolah, bahlul. Gue sita dulu nih ya lipen lo." ucapnya, yang dihadiahi pelototan oleh gadis di depannya ini.

Merasa tidak terima, Yerin pun mulai mencoba mengambil lipstik yang diambil oleh Jun "LIPEN LIPEN emang punya emak lo pake lipen, siniin lipstick gue itu mahal ya Jun. Rese lo!"

"Gue balikin, tapi lo ikut rapat dulu sana dicariin Bang Taeyong tuh, gue yang jadi sasarannya padahal anak PMR juga bukan."

Mendengar penuturan Jun, Yerin terduduk. Ia menghela napasnya malas, "Nggak mau, males mau keluar dari PMR gue."

"Bilang apa lo?" bulu kuduk Yerin meremang, menandakan banyaknya hawa negatif yang tiba-tiba datang menghampirinya saat ini. Ia terdiam membisu, sadar jika tadi bukan lagi Jun yang menjawab, melainkan Ketua PMR nya langsung. Kak Taeyong.

Gadis itu meringis, merasa keputusannya hari ini salah untuk tetap berdiam diri di kelas dan mengabaikan ajakan Joy dan Sejeong untuk ngadem di kantin.

"ENGGAK, BUKAN APA-APA." ia mengibaskan tangannya cepat, sembari mengambil lipstick yang ada di tangan Jun selagi laki-laki itu tidak lagi memperhatikannya dan berjalan cepat mendahului Taeyong yang berada di depan pintu kelas itu.

"AYO KAK, CEPET. SEMANGAT BANGET NIH GUE MAU RAPAT." sedangkan laki-laki yang itu hanya mendengus kesal.



***



"Kak Yerin, cepet pulang gue di rumah lo daritadi nih sendirian." terdengar rengekan pelan di balik benda persegi panjang yang sedang ia letakkan di belahan lehernya.

"Bentar Ha, gue baru pulang ini. Mang Dadang mana deh, kok nggak jemput-jemput gue?"

"Loh lo nggak di kasih tau kalo Mamang tadi nemenin Bunda,"

Mendengar jawaban Eunha -sepupunya- Yerin mendengus. "Kok nggak ngasih tau gue sih?! Tau gitu tadi numpang Joya gue pulang." gumamnya sembari mematikan telfon nya dengan Eunha karena merasa tidak ada lagi yang perlu mereka bincangkan.

"Gini amat tiap mau pulang ada aja alasan gue nggak di jemput." dumelnya, Yerin masih menimang-nimang apakah ia harus memesan ojol atau menunggu bus atau bahkan naik angkot saja. Soalnya jika menggunakan ojol, ongkirnya sekarang mahal ia kan tidak berpenghasilan jadi harus hemat. HALAH.

"Udahlah ojol aja, males jalan lagi ke depan." gumamnya lagi, tapi belum sempat ia memesan ojek online tiba-tiba dari belakang terasa ada yang menepuk bahunya.

"Permisi," Yerin mengangkat satu alisnya heran ketika melihat seorang laki-laki di depannya. Tidak asing, tapi ia juga lupa siapa laki-laki di depannya.

"Iya kenapa ya?"

"Kenalin gue murid baru di sini, kayanya kita pernah ketemu cuma gue nggak inget banget. Gue mau nanya kalo ke perumahan serehwangi biasanya pake apa ya, soalnya supir gue nggak bisa jemput." ucapnya panjang lebar.

"Nah, kan bener berarti perasaan gue. Kaya pernah liat lo tapi dimana gitu."

Yerin meneliti sekali lagi ucapan laki-laki di depannya ini, apa katanya tadi sereh wangi? kok perumahannya namanya sama kaya perumahan Yerin. Apa mereka sekomplek ya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S I M P L E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang