Jatuh Cinta

10 1 0
                                    

Some people fall in love with the wrong people sometimes,

Dari pernyataan berikut bisa kita simpulkan bahwa tidak semua orang bisa menilai apa yang ia cintai itu baik atau tidak. Namun, banyak sekali jika dinasehati tentang cinta mereka malah mengelak.

Padahal jalan paling memungkinkan hanyalah mendengarkan ia yang tidak dalam situasi tersebut, namun orang itu malah meragukannya.
Ada baiknya juga jika kita bisa menilai diri kita sendiri.

Tapi tidak semua oraang bisa melakukan hal yang sama, termasuk saya. Mementingkan perasaan memang penting tapi logika juga tidak kalah penting, apabila seseorang jatuh cinta presentasi menggunakan logikanya hanyalah setengah persen, ini menandakan bahwa ketika orang jenius pun jika jatuh cinta akan selalu merasa bodoh /dikira bodoh.
.
.
.

Sayang sekali ya, saya jatuh hati pada seseorang yang tak bisa saya miliki. Pikiran itu datang 5 tahun sebelum saya memiliki trauma berat karena perasaan yang bernama ‘cinta’.

Dulu, saya sangat percaya. Cinta itu benar-benar indah seperti yang orang lain katakan. Saya terlena hingga saya lupa kenyataan terberatnya, yaitu patah hati.

Bukan hal yang kompleks sebenarnya, hanya saja kadang saya teringat betapa berharganya saya menjaga perasaan itu seperti berlian. Namun apa daya saya yang tak mampu, atau mungkin memang sudah saatnya saya menanggung resikonya.

Malam demi malam, pagi demi pagi, sampai berbulan-bulan saya masih memikirkannya. Bagaimana bisa? selalu dan selalu seperti itu.

Sampai akhirnya saya tahu jawabannya. Simple, cuma masalah pemahaman. Namun mengapa banyak yang tidak terima.

Saling menyalahkan, dan tidak menerima kenyataan. Haha, lucunya.

Lalu suatu malam, saya berdiri disebelah kursi didepan danau. Sendirian di tengah bisingnya angin. Meratapi nasib saya yang mengenaskan setelah peristiwa yang biasa disebut ‘putus cinta’. Jujur, berat rasanya.

Pada hari itu, dunia saya seperti runtuh ditimpa langit. Jantung saya seperti ditusuk tombak berkali-kali. Namun mengapa saya tidak menangis? Padahal teman saya sudah meneriaki si penghianat dan perebut. Saya seperti terpaku di tempat, yang saya pikir kan hanyalah “bagaimana bisa?” ; “Kenapa?” ; “Harus banget sekarang?” ; “Hah?”.

Hanya kebingungan yang berisik di otak saya. Menanyakan berkali-kali apakah ini nyata atau hanya ilusi saja?

Saya harus apa dan bagaimana juga tidak tahu. Mau menangis pun, menangisi apa? Lelah. Iya benar, hanya perasaan lelah yang mendominasi.

Lalu saya pulang, setelah merenung hampir tiga jam didepan danau. Pepatah yang mengatakan bahwa “Cinta bisa membunuhmu” , saya rasa itu benar adanya. Bukan, bukan saya yang mati. Tapi perasaan saya.

Intinya, waktu untuk mu jatuh cinta itu panjang, dan butuh pengorbanan. Jika tak kuat, tak usah jatuh cinta. Daripada menjadi orang tidak berperasaan?

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang