"Orang terakhir yang kuingat adalah kau."
Sakura tertegun. Ia menatap lurus onyx hitam yang seakan menembus emerald nya.
"M-maksudku sebelum aku menyelamatkanmu. Apa kau tidak mengingat siapapun?"
Pria itu menggeleng.
Sakura menghela napas. "Bisa gila aku."
"Baiklah kalau begitu. Aku rasa aku harus mengantarmu ke Kyoto agar mereka bisa mencari tahu tentang identitasmu. Seperti yang kau tahu, aku tidak mungkin membiarkanmu tetap tinggal disini."
Sakura berusaha menegaskan hal itu padanya.
Dan pada dirinya sendiri.
Berulang kali Sakura memantrai hati kecilnya bahwa pria itu tak seharusnya ada disini. Ia harus melepaskannya.
Sakura bangkit untuk mengambil ponselnya. Namun, tiba-tiba sebuah tangan menahannya.
"TIDAK!"
Sakura terkejut saat pria itu menahan kedua tangannya.
"K-kumohon biarkan aku untuk berada disini. T-tolong jangan buang aku. A-aku akan melakukan apapun untuk membantumu. K-kau bisa mempekerjakan ku dan memanfaatkanku. Tapi kumohon. Kumohon jangan buang aku." Tatapan seakan takut ditinggalkan itu membuat Sakura kembali mengingat masalalu nya. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menguatkan tekadnya.
"Tidak. Kau tidak bisa berada disini."
"KUMOHON!" Pria itu menunduk menempelkan punggung tangan Sakura di dahinya. Ia terus mengulang permohonan yang sama.
Sakura dapat merasakan tangan yang menggenggam nya bergetar. Begitupun dengan bahu pria itu yang bergetar. Entah kenapa, pria dewasa itu bahkan tampak begitu lemah dihadapan Sakura.
Sakura memejamkan matanya erat, berusaha untuk memantrai dirinya bahwa ia tak boleh tetap membiarkan pria itu berada disini.
'Tidak boleh Sakura. Kau tidak boleh melakukannya. Tidak boleh.'
Namun, ketika ia membuka kembali matanya dan melihat tubuh bergetar yang seakan mencari penopangnya itu, Logikanya akhirnya kalah dengan perasaannya.
"Baiklah..." suaranya meluncur dengan pasrah.
"B-benarkah?" Pria itu mendongak, menatapnya dengan binar harap yang benar-benar memukul hati nurani Sakura.
Ia menghela napas dan mengangguk.
"Kau boleh tinggal disini. Tapi dengan beberapa syarat." Ucap Sakura.
Pria itu mengangguk, dan tersenyum lega.
"Aku akan melakukan apapun."
Persetan dengan logika, saat melihat senyum yang mengembang di wajah pria itu nyatanya Sakura benar-benar telah mendahulukan perasaannya dan membuang logikanya untuk sementara.
"Pertama, perkenalkan namaku Sakura. Haruno Sakura. Kau bisa memanggilku Sakura."
"Uhmm.. Sakura." Pria itu mengangguk dan tersenyum tipis.
Deg
'Ukh pria ini benar-benar tahu bagaimana cara menggunakan wajah tampannya.'
Sakura berdehem berusaha untuk mengembalikan secuil kewarasannya.
"Dan kita harus mencari nama untuk memanggilmu. Karena tak mungkin aku memanggilmu dengan 'kau' terus menerus."
"Nama?"
"Hmm, nama untukmu."
Sakura memikirkan nama apa yang kiranya cocok untuk pria ini. Karena ia bahkan tidak bisa menemukan kartu identitas apapun di dalam mantel pria itu sehingga ia bahkan tak tahu siapa namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter With You
FanfictionDi bawah terpaan salju putih di bulan Desember. Satu hari sebelum natal, Sakura pertama kali bertemu dengannya. Seorang lelaki yang entah bagaimana terkubur diantara tumpukan salju di depan rumahnya. Awalnya karena rasa simpati Sakura menyelamatkann...