1. Badai Salju Malam Itu

604 80 21
                                    

24 Desember, 20xx. Tepi pantai pulau Attakai.

Salju turun lebih deras malam ini. Sehari sebelum Natal badai salju menerpa hampir seluruh daerah Kyoto. Sakura menyalakan api di perapian, mengambil sejumput api dengan kayu kecil untuk menyalakan sebuah lentera tradisional.

Gadis itu telah lama tinggal menjauh dari keramaian. Berawal dari kejadian dimasa lalu, dan berniat untuk menyembuhkan luka lama. Menjauhkan diri dari keramaian kota Tokyo tempat tinggalnya dulu, gadis itu kini tinggal di sebuah rumah sederhana di sebuah pulau yang tak jauh dari Kyoto. Hanya dengan mengendari perahu kecil selama kurang lebih 7 menit untuk sampai ke Kyoto.

Sakura mengeratkan selimut rajut yang dibuatnya sendiri untuk mengahalau rasa dingin yang menerpanya. Ia kemudian mengistirahatkan dirinya di sebuah Kotatsu yang sudah ia siapkan. Sakura merebahkan tubuhnya, menatap nanar langit-langit ruangan yang tampak remang karena hanya memiliki penerangan sederhana dari lampu neon yang telah redup dan sebuah lentera yang terpasang disudut ruangan.

Suara deru salju terdengar dari luar. Agaknya sedikit menyeramkan karena terpadu dengan kesunyian didalam rumah. Namun, Sakura telah terbiasa dengan semua itu. Terhitung sudah ini adalah musim dingin ketiga yang ia lalui sendirian di rumah ini.

"Sepi.." Ia bergumam. Mencoba menghalau kesunyian yang menyerang, Sakura bersenandung pelan. Nada-nada yang ia senandungkan menjadikan suara deru salju sebagai musik nya.

Krak krak

Sebuah suara tiba-tiba mengejutkan dirinya. Ia bangkit dan melirik ke arah pintu depan. Sepertinya papan yang ia pasang untuk menutupi jendela agak terlepas. Bila tidak dibetulkan suhu dingin akan memasuki rumah dan pemanas saja mungkin tak akan mampu menahan suhu dinginnya.

Sakura menghela napas lalu mengambil mantelnya dan memakainya. Ia melapisi tubuhnya dengan beberapa mantel dan selendang rajut untuk bertahan menghalau suhu dingin di luar. Mungkin suhu diluar sudah sampai pada titik di bawah 0°.

"Ah dingin sekali!" Sakura mengeluh saat melangkah keluar dan disambut dengan deru salju yang seakan menampar wajahnya.

Dengan cepat ia mencoba memperbaiki posisi papan yang menutupi jendela. Tidak lupa pula mengencangkan paku dengan palu yang dia bawa. Setelah selesai, Sakura memastikan sekali lagi bahwa papan tersebut telah cukup kuat.

"Huft.. dingin sekali." Ia menggosokkan tangannya setelah membereskan perkakas yang ia pakai.

Saat berniat untuk kembali masuk kerumah dengan cepat, tanpa sengaja Sakura melihat siluet hitam didalam tumpukan salju didepan rumahnya. Ia hampir saja tak menyadarinya karena jarak pandang yang tertutup oleh salju dan tumpukan salju yang menutupinya. Ia menajamkan pandangannya dan terkejut saat menyadari bahwa itu adalah tubuh manusia.

"ASTAGA!"

Tanpa berpikir panjang Sakura mengambil sepatu bot nya dan melangkah menerjang badai salju.

"Permisi! Apa anda dapat mendengar saya?! Tuan!" Dengan susah payah Sakura membalik tubuh yang tersungkur itu dan menyadari bahwa itu adalah seorang pria. Ia menyingkirkan tumpukan salju yang menutupi tubuh pria itu lalu mendekatkan telinganya ke ke hidung pria tersebut untuk memastikan napasnya.

"Ya Tuhan, dia masih hidup!"

Tanpa pikir panjang Sakura segera berusaha untuk mengangkat tubuh pria itu dengan susah payah. Tentu saja amat sulit bagi tubuh mungilnya untuk mengangkat tubuh seorang pria yang seperempat kali lebih besar darinya. Bersyukur fisik Sakura lebih kuat dari wanita kebanyakan sehingga ia bisa menarik tubuh pria itu dengan menyandarkannya dipunggungnya meskipun dengan susah payah.

Begitu sampai didalam rumah, Sakura meletakkan tubuh pria tersebut di atas futon hangat miliknya.

"Ya Tuhan, tolong maafkan aku. Aku tidak memiliki niat buruk sama sekali. Aku hanya ingin meredakan Hipotermia nya." Ucap Sakura sebelum kemudian ia melepaskan mantel yang telah basah yang dipakai pria itu. Begitupun dengan seluruh pakaian yang dikenakan pria itu.

Buk!

Sakura menjatuhkan mantel yang pegangnya. Ia menutup mulutnya terkejut saat melihat begitu banyak memar kebiruan di tubuh pria itu.

"A-apa-apaan ini.." Tanpa sadar tangan Sakura menyusuri tubuh itu. Terlihat jelas beberapa memar kebiruan di dada, perut, dan pinggangnya. Ia menyentuh memar yang ada di dada pria itu perlahan.

"Ukh!" Ringisan kecil terdengar dari mulut pria itu.

Sakura segera menutupi tubuh pria itu dengan selimut tebal. Ia lalu mengaktifkan pemanas ruangan. Sakura mengompres tubuh dan wajah pria itu dengan air hangat. Dengan berhati-hati, Sakura mencoba agar tidak menyentuh memar ditubuh pria itu.

Setelah beberapa menit, Sakura meletakkan tangannya di dahi dan leher pria itu, memastikan bahwa setidaknya tubuhnya telah sedikit menghangat.

Ia menghela napas lega saat suhu tubuh pria itu berangsur kembali normal.

"Hah.. Syukurlah. Sepertinya Hipotermia nya sudah reda."

Dalam kesunyian, Sakura mengamati wajah pria itu yang tertidur dengan tenang. Bulu mata lentik berwarna hitam pekat yang senada dengan rambutnya, hidung mancungnya, dan bibirnya yang tipis. Pria itu tampan, Sakura mengakuinya.

"Ukh.." ia tersentak ketika tiba-tiba mendengar suara erangan pria itu. Alis pria itu tampak merengut, serta terlihat sangat kesakitan. Bahkan dalam tidurnya ia tampak tak tenang.

"Ukh.. Ayah.." satu kata itu lolos dari bibir pria itu. Sakura terpaku sejenak mendengarnya. Ia terkejut saat melihat setetes airmata lolos dari sudut mata pria itu.

Dalam sudut pandang Sakura, entah kenapa pria itu tampak sangat menderita.

Tanpa sadar, tangan sakura terangkat menyentuh dahi pria itu yang mengkerut. Ia mengusapnya pelan.

"Tidak apa-apa. Aku disini. Kau tidak sendirian." Ia terus mengusap-usap dahi pria itu. Sesaat kemudian wajahnya tampak kembali tenang. Erangan pilunya pun tak lagi terdengar. Ia terlihat seperti bayi yang tertidur dalam dekapan ibunya.

Sakura tak bisa mengelakkan rasa simpati yang tumbuh dalam hatinya. Melihat bagaimana wajah lelaki itu entah kenapa membangkitkan kembali perasaan menyakitkan yang berusaha ia buang dari masa lalunya.

"Sebenarnya kau siapa..? Kenapa kau datang kesini dan membuatku merasa seperti ini?"

Suaranya tenggelam dalam kesunyian tak berbalas. Pertanyaan yang kemudian larut terbawa deru badai salju yang masih tak mereda diluar sana.

****

Luar biasa. Akhirnya aku kembali untuk menekuni menulis fanfic Sasusaku. Setelah berusaha menulis genre baru di akun sebelah ternyata aku masih tak bisa lepas dari ikatan imajinasi Sasusaku😂

Jadi, ini adalah fanfic comeback pertamaku setelah sekian lama menghilang HAHAHA

Aku akan berusaha untuk mengembalikan kembali minat pembaca seperti di SISTER'S, AHO GIRL, ataupun Why this different?.

Tolong dukung aku ya, Minna-san.

Vote dan komen amat aku hargai sebagai bentuk apresiasi kalian^^

⭐ nya jangan lupa dipencet💜

Winter With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang