BAB 4

1.4K 318 32
                                    

BERDEBU YAA?

Cuaca yang tidak terlalu cerah sama hal nya dengan Irene beberapa hari ini. Jihyun sadar betul kalau Irene lebih banyak diam setelah makan malam waktu itu.

Jihyun sama sekali tidak peduli perdebatan Irene dan juga anak nya itu tapi melihat Irene yang murung seperti ini membuat nya sedikit tidak enak.

"Aku bisa pergi jika anak-anak menginginkan nya." ucap Jihyun tapi enggan menatap Irene yang duduk disampingnya nya.

Ucapan Jihyun berhasil membuat Irene sadar dari lamunannya. Perlahan Irene meraih kedua tangan Jihyun lalu mencium nya. Sedangkan Jihyun hanya bisa diam saat menerima perlakuan lembut yang Irene berikan.

"Jangan pernah pergi dari ku Jihyun." ucap Irene.

"Kenapa? Apa karena wajah ku mirip dengan anak mu? Jika iya maka berhenti lah memperlakukan seperti ini." tegas Jihyun lalu menarik paska tangan nya yang sedari tadi digenggam oleh Irene.

Tanpa berlama-lama, Jihyun bangkit dari duduknya dan langsung menuju kamar. Sedangkan Irene hanya bisa diam melihat sikap Jihyun.

"Wajah kalian memang mirip tapi kenapa sikap kalian jauh berbeda." gumam Irene.

Dilain tempat lebih tepatnya kamar Jisoo yang sekarang Jihyun tempati, gadis cantik itu terlihat duduk melamun di sofa yang berada di sudut ruangan.

Mata indah itu terus menatap ranjang Jisoo. Setelah perdebatan malam itu, Jihyun memilih untuk tidur di sofa saja. Jihyun sadar ketiga adik Jisoo tidak suka jika ada orang lain yang tidur di ranjang Unnie nya.

Beberapa hari setelah perdebatan itu, Jihyun berfikir keras. Dan sekarang ia sudah memutuskan untuk pergi dari kediaman keluarga Kim.

Walaupun baru beberapa hari tinggal disini tapi Jihyun sudah merasakan kasih sayang dari Irene. Rasa nya sangat menyenangkan tapi Jihyun harus sadar diri.

Setelah mengemasi barang-barang nya, Jihyun menatap seisi kamar lalu berdiri tepat di foto Jisoo. Senyuman manis menghiasi wajah Jihyun saat melihat foto Jisoo.

"Semoga kau tenang dan bahagia diatas sana Jisoo." ucap Jihyun lalu berjalan pelan keluar dari kamar itu.

Dengan langkah pelan Jihyun mendekati Irene yang kembali melamun. Jihyun tiba-tiba saja berlutut agar dirinya sejajar dengan Irene yang duduk di sofa.

"Aku akan pergi dan terimakasih sudah menerima ku beberapa hari disini." ucap Jihyun lalu bangkit.

Irene menggenggam kuat tangan Jihyun yang ingin pergi dari nya. Jihyun menatap tangan Irene lalu beralih menatap wajah Irene yang terlihat sangat menyedihkan itu.

"Aku mohon Jihyun jangan pergi. Aku tidak ingin kehilangan anak ku lagi." ucap Irene dengan mata nya yang sudah memerah.

Perlahan Jihyun melepaskan tangan Irene lalu tersenyum.

"Tapi aku bukan anak mu nyonya Kim. Satu hal yang kau perlu tahu nyonya, Jisoo sudah tiada. Mungkin itu sangat menyakitkan bagi mu tapi coba lah untuk mengiklaskan semuanya. Aku sadar kenapa kau meminta ku untuk tinggal disini, kau ingin melihat sosok Jisoo lagi kan? Tapi aku tahu, kau kecawa kerena sikap ku dan Jisoo jauh berbedakan?" jelas Jihyun namun Irene hanya diam.

Tidak mendapat tanggapan dari Irene, Jihyun memilih untuk melanjutkan langkahnya. Namun Jihyun berhenti dan menatap Irene yang sudah meneteskan air matanya.

"Sampai kapanpun aku tetap Jihyun dan tidak akan pernah menjadi Jisoo."  ucap Jihyun sebelum benar-benar pergi dari kediaman keluarga kim.

Sedangkan Irene hanya bisa menangis. Beranggapan kalau Jihyun sama dengan Jisoo memang salah tapi apa rindu pada anak nya juga salah?

Irene melakukan ini semua hanya karena dirinya sangat merindukan sosok Jisoo. Walaupun sikap kedua nya jauh berbeda tapi setidaknya melihat wajah Jihyun sedikit mengobati nya.

Mendapat pertentangan dari ketiga anaknya serta sang suami membuat Irene hanya bisa diam. Walaupun dirinya ingin Jihyun tetap berada di sisinya.

>>>I'M NOT JISOO<<<

Jihyun menatap rumah kecil bahkan sangat kecil untuk ditempati. Tapi mau tidak mau Jihyun harus bersedia untuk tinggal disini. Uang yang ia miliki hanya bisa untuk menyewa rumah ini.

"Andai aku memiliki orang tua." gumam Jihyun." gumam Jihyun.

Jihyun memilih untuk menuju kamar untuk beristirahat. Hari ini pikiran benar-benar dikuras.

Sedangkan dikediaman keluarga Kim, Irene duduk sendirian dimeja makan. Tidak ada Bo-gum dan tidak ada kedua putri nya. Jika beberapa hari lalu ada Jihyun yang menemani nya maka malam ini Irene hanya sendirian.

Irene menyapa makanan dengan lesu dan tidak bersemangat. Semanjak anak-anak nya dewasa maka semenjak itu pula Irene merasa kesepian.

Jennie yang sudah menikah dan memilih untuk tinggal bersama Taehyung, Rose dan Lisa yang sibuk mengurus pekerjaan mereka dan Bo-gum yang sibuk mengurus perusahaan nya. Walaupun Irene memiliki butik tapi ia lebih memilih untuk berdiam diri dirumah.

"Andai kamu masih hidup sayang." gumam Irene lalu berhenti makan dan berjalan pelan menuju kamar anak sulung nya itu.

Setelah membuka pintu kamar, Irene tersenyum saat karena wangi kamar ini sama persis dengan wangi anak nya itu. Perlahan Irene mengambil parfum yang sering digunakan Jisoo semasa hidupnya nya lalu menyemprotkan keseluruhan penjuru kamar.

Setalah selesai, Irene berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil salah satu pakaian Jisoo. Irene menciumi pakaian itu beberapa kali bahkan sekarang Irene tidur ditemani oleh pakaian anak nya yang sudah tiada itu.

"Temanin Mommy tidur ya sayang." gumam Irene lalu mengusap baju tipis itu.

Irene mencoba untuk memejamkan matanya tapi semua terasa sia-sia. Tangisan perlahan menghiasi setiap sudut kamar, Irene menangis sambil memeluk baju anak nya itu.

Rasa rindu yang besar berhasil membuat Irene tersiksa. Bohong jika selama ini ia sudah ikhlas atas kepergian anak sulung nya itu.

Tidak ada yang nama nya ikhlas, yang ada hanya keterpaksaan.

MAAF BARU BISA UPDATE SEKARANG YAA!!

MAKASI UNTUK KALIAN YANG SELALU TUNGGUIN CERITA INI.

KALIAN BISA FOLLOW TIKTOK: aesta_2

KEMUNGKINAN AUTHOR AKAN SPOILER PART SELANJUTNYA DI SITU YAA

12/08/2021


I'm Not JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang