13. Believe

677 85 8
                                    

Berisik. Satu kata tujuh huruf, sudah cukup menggambarkan keadaan mansion milik keluarga Kim itu. Bagaimana tidak sedari tadi mereka hanya diam memerhatikan perdebatan kedua adik bungsu mereka.

"Aniyaaa.. Kita sudah pergi ke pantai terakhir kali, kali ini kita harus pergi ke taman bermain" ujar si kakak kepada gadis yang terus beradu argumen dengannya sedari tadi.

"No, big no, ahh.. Ayolah unnie, taman bermain? Yang benar saja, kita sudah cukup dewasa untuk pergi kesana. " jawab sang adik menolak mentah - mentah keinginan sang kakak.

Jennie yang mulai jengah mendengar pertengkaran kedua adiknya sedari tadi pun mulai buka suara menghentikan perdebatan tidak berguna tersebut.

"Hentikan!! Jika kalian masih berdebat lebih baik kita tetap barada di rumah weekend ini. " ancam Jennie tidak main main yang tentu saja membuat kedua adiknya terdiam dengan nyali yang menciut.

"Aku punya ide, bagaimana jika kita pergi makan saja?? Aku lelah terus memasak untuk kalian." ucap gadis tertua dalam keluarga itu, sekaligus mencurahkan isi hatinya atau lebih singkatnya mengeluh.

"Mwo!! Kau pikir hanya kau yang memasak untuk keluarga ini?! Yakk.. Aku juga memasak untuk kalian, mengapa kau berbicara seakan akan hanya kau yang sibuk memasak. " jawab Seokjin menanggapi ucapan Jisoo, yang menurutnya sungguh dramatis.

"Yakk oppa, aku tidak mengatakan bahwa hanya aku yang memasak, lagi pula semua yang aku katakan memang benarkan aku yang lebih sering memasak untuk kalian, lagipula kau lebih sering berada di kantor dari pada membantuku memasak. " jawab Jisoo dengan tanpa dosanya, yang sungguh menyebalkan menurut Seokjin.

"Tapi tetap saj-" saat hendak kembali menanggapi ucapan Jisoo, Baekhyun dengan cekatan menutup mulut sang kakak dengan tangannya.

"Hyung, jebal. " ucap Baekhyun dengan wajah memohon, meminta sang kakak untuk berhenti berdebat, sungguh telinganya sangat sakit mendengar saudaranya terus berdebat sedari tadi hanya karna masalah sepele.

"Sudah cukup aku benar benar lelah dengan kalian. Tidak unnie tidak oppa tidak dongsaeng semuanya sama saja, sungguh menyebalkan. " ucap Jennie dengan wajah galaknya.

Sungguh ia tidak habis pikir dengan kakak kakaknya yang selalu bersikap kekanakan di waktu yang salah. Tidakkah mereka mengerti Jennie sudah berusaha menghentikan pertengkaran adiknya, tapi sekarang malah mereka yang bertengkar. Menyebalkan.

"Bukankah sedari tadi kita sudah diam unnie? Mengapa Jennie unnie masih mengomeli kita? " bisik Lisa pada Rose yang berada disebelah nya. Ingat hanya berbisik. Lisa tentu masih waras untuk kembali memancing amarah gadis bermata kucing itu.

"Percayalah pada ku Lisa-ya, sediam apapun seorang adik mereka pasti tetap dipersalahkan. " jawab Rose menanggapi bisikan Lisa, tentu saja juga dengan bisikan.

________________________

Hening. Itulah yang saat ini tengah terjadi. Tidak satupun diantara mereka ingin memulai perbincangan, ataupun menanyakan sesuatu.

Gadis bermata sipit itu tengah sibuk dengan handphone nya, sedangkan pria berperwakan tinggi itu hanya terus sibuk mengubah channel TV tanpa minat menontonnya.

"Dimana Wendy? " tanya Irene sambil menghampiri kedua adiknya yang tengah disibukkan dengan kegiatan mereka masing masing itu.

Seulgi hanya diam, sedangkan Chanyeol mengedikkan bahunya tanda bahwa ia tidak tau.

Irene yang mendapat jawaban tidak memuaskan pun hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah. Dia tau dia salah, karna itu dia hanya bisa terus membatin kan kata maaf untuk adik adiknya.

"Arraseo, aku akan menyiapkan makan malam. " ucap Irene hendak beranjak pergi dari ruang keluarga menuju dapur, tetapi suara seseorang menghentikan langkah nya.

"Tidak perlu menyiapkan makanan untukku, aku akan makan diluar bersama teman ku. " ucap Chanyeol,lalu bangkit dari duduk nya dan berlalu begitu saja melewati sang kakak.

"Tidak perlu menyiapkan untuk ku juga, aku tidak lapar. " ucap Seulgi lalu, pergi berlalu meninggal kan sang kakak seorang diri di ruangan itu.

Irene menatap punggung kedua adiknya itu yang mulai menjauh dengan wajah sedih. Sungguh ia tak pernah membayangkan bahwa adiknya akan sangat marah seperti ini. Perlahan cairan bening yang sedari tadi ia tahan pun jatuh melewati pipi mulusnya.

_________________________

Secangkir kopi hangat selalu berhasil membuat seseorang merasa tenang. Sama halnya seperti gadis berambut pendek ini.

Ditemani secangkir kopi hangat, hembusan angin malam kota Seoul sungguh membuat pikiran Wendy menjadi tenang, seakan tidak ada beban pikiran yang tengah gadis itu rasakan.

Wendy memejamkan mata menikmati angin malam yang meniup setiap helai rambutnya. Ia berharap hembusan angin itu juga dapat meniup segala kekecewaan dan kesedihan yang tengah ia rasakan, dan membawa mereka pergi menjauh tanpa bisa kembali.

Kembali ia menyeruput kopi tersebut, menikmati sensasi hangat yang mengalir melewati tenggorokannya.

"Mengkonsumsi kopi sebelum makan, itu bukanlah hal yang baik. " ucap seorang pria yang dengan tiba tiba sudah duduk disebelah nya, lalu merebut kopi tersebut dari tangannya.

"Apa yang kau lakukan disini oppa? " tanya Wendy sedikit terkejut melihat keberadaan sang kakak yang secara tiba tiba muncul entah dari mana.

"Kau sendiri? Apa yang kau lakukan di sini malam malam, bahkan seorang diri, apa kau tidak takut akan ada orang asing yang mengganggu mu? " bukannya menjawab Suho malah balik bertanya dengan sedikit candaan yang tidak lucu sebenarnya.

"Tidak ada" jawab Wendy acuh. Bukannya ia ingin dipandang tak sopan hanya saja dia sedang tidak ingin berbicara pada siapa pun.

"Huftt.. Arraseo aku mengerti kau marah pada kami, tapi percaya lah kami sudah berusaha untuk membatalkan rapat tersebut hanya saja, kau taukan bagaimana egoisnya dunia politik ini. " ucap Suho panjang lebar berusaha membuat sang adik mengerti, dan tidak marah lagi.

Wendy memalingkan wajahnya tidak peduli, sungguh ia lelah mendengar alasan yang sama dari sang kakak. Ia hanya diam tanpa ada niatan untuk menjawab.

Suho kembali menghembuskan nafasnya berat, ia tidaklah pintar meyakinkan seseorang jika bukan urusan pekerjaan, karna itu ia masih melajang sampai sekarang.

"Kajja kita pulang ini sudah sangat malam, udara nya juga semakin dingin. " ajak Suho berusaha memecahkan keheningan yang terjadi beberapa detik lalu.

"Aniya aku akan pulang sendiri, kau pulanglah. Hari ini pasti sangat melelahkan untukmu. " jawab Wendy masih dengan pandangan yang lurus kedepan, menatap orang orang yang berlalu lalang.

"Baiklah, segeralah pulang udara malam tidak baik untuk kesehatan." balas Suho yang memilih untuk mengiyakan saja keinginan sang adik, karna ia tau Wendy masih butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikirannya.

Setelah Suho benar benar pergi dari tempat itu. Wendy menatap punggung sang kakak yang mulai menjauh dengan tatapan yang sulit diartikan.

Selang beberapa saat ia mengambil handphone nya mendial nomor yang hendak ia hubungi lalu menempelkan Handphone tersebut ketelinga.

"Bisa kita bertemu. "






_______________________________________________
Rebahan, 13 November 2021

Sudah lama tidak singgah ke sini, masih adakah yang menunggu cerita ini update?
Moga aja masih ada. Maafkan sudah lama mengghosthing kalian semua. Semoga lanjutannya nyambung.. Aminnn
Don't forget to VT okayy..

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can We Be TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang