malu?

23 2 0
                                    





Happy reading
————————

Nataya menatap Adelio yang sudah pulas di atas tempat tidur. Putranya itu tidur cepat malam ini. Tadi setelah selesai makan, dia langsung kembali ke paviliun, menolak untuk diajak keliling oleh bibi Grace.

Nataya menatap ke arah luar saat gorden jendela terbang ditiup angin. Cuacanya cukup dingin, mungkin karna lokasi mansion ini yang berada di daerah pinggiran kota sekitaran puncak. Disini masih sepi, mansion ini satu-satunya bangunan di sini membuat susana menjadi tenang, berbeda sekali dengan lokasi tempat tinggal mereka dulu yang berada di perkampungan padat penduduk.

Nataya turun dari ranjang, melangkah menuju jendela yang terbuka. Di luar sana cukup gelap, tapi itu justru tak terlihat menakutkan di matanya. Dia berdiri lama di depan jendela, matanya menatap sekitar yang justru terlihat indah karna banyak pepohonan.

Jika boleh jujur Nataya sangat suka lingkungan seperti ini. Dulu dia pernah bermimpi ingin tinggal di tempat sepi yang asri, jauh dari kerumunan. Dan melihat ini semua rasanya seperti mimpi lamanya terkabul setelah selama ini dia bahkan sudah tak berani bermimpi lagi.

Yang tadinya menatap sekitaran, mata Nataya beralih menatap langit yang malam ini berawan. Sepertinya akan hujan.

Nataya tersenyum, dia berbalik menatap Adelio yang masih berada pada posisi yang sama seperti tadi, kemudian kembali menatap ke luar. Setelah cukup lama menimbang, akhirnya Nataya memutuskan untuk keluar dari paviliun. Hanya sebentar, dia hanya ingin berjalan-jalan diluar sebentar saja.

Kakinya melangkah menuju belakang paviliun. Dari sini dia bisa melihat banyak pohon pinus yang tumbuh di hutan belakang mansion. Sangat cantik, karna pohon pinus tak terlihat menyeramkan di gelapnya malam sekalipun. Beruntung meski di belakang sana ada hutan, tapi sedari tadi Nataya tak ada mendengar suara binatang apapun.

Natanya kembali melangkah, mungkin dia akan mengadakan tour sendiri malam ini. Saat keluar tadi dia sempat melihat jam yang menggantung di dinding kamar yang menunjukkan pukul 10:45. Lima belas menit lagi baru dia akan kembali ke paviliun.

Saat melewati paviliun yang berada tak jauh dari paviliun tempat tinggalnya, samar-samar Nataya bisa mendengar suara seseorang yang sepertinya sedang bicara. Dan sepertinya itu suara seorang wanita.

Tunggu dulu, wanita? Di paviliun yang kata bibi Grace adalah tempat bersantai Tuan dan Nyonya? Malam-malam begini? Tapi, bukankah Nyonya Alondra bilang akan kembali minggu depan? Ataukah dia sudah kembali?

Ok, Nataya akui ini lancang, tapi dia benar-benar penasaran siapa yang ada di dalam paviliun itu. Tak mungkin itu pelayan, karna ini sudah masuk jam istirahat. Dia terus melangkah mendekati asal suara yang terdengar semakin jelas.

"Kalau begitu, saya pamit permisi, Tuan. Saya harap Tuan cukup puas dan akan mengundang saya lagi." Setelahnya wanita itu terkekeh.

Nataya yang sudah berdiri di depan pintu paviliun semakin heran. Dia memanggil Tuan, itu artinya bukan Nyonya Alondra.

Cklek

Tangan kanan Nataya yang akan memutar knop pintu menggantung di udara. Seorang wanita berpakaian minim keluar dari dalam. Dandanannya cukup mencolok meski terlihat berantakan, sebelah tali bajunya turun dari pundak, rambutnya juga acak-acakan.

Nataya menelan ludahnya gugup, saat wanita itu menatapnya dari atas ke bawah dengan sebelah alis yang terangkat dan senyum miring di bibirnya. Tatapan mengejek, tapi kenapa menatap Nataya seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang