Nebeng

23 1 0
                                    

Lagi-lagi, setelah beberapa gangguan di jalan tadi kini Bintang juga harus menghentikan laju mobilnya sekali lagi.

Iya, hari itu Bintang membawa mobil, mobil bundanya.

"Udah gila lo?!" Ujar Bintang berteriak dari dalam mobil pada perempuan yang tiba-tiba menghadang mobil Bintang.

Nyari mati.

"Gue boleh nebeng?" tanya perempuan itu mendekati pintu mobil Bintang.

"Langit mana?" iya, perempuan itu adalah Mentari, dia tampak terburu-buru, anehnya lagi.. Dia sendirian?

"Mana gue tau, gue bukan emaknya." jawab Mentari ketika sudah memasuki mobil Bintang.

Kalau boleh jujur, perasaan Bintang berbunga-bunga, sumpah. Kayak kalian pernah gak sih? Deket sama orang yang kalian suka, tapi orang itu gak tau kalo kalian suka sama dia, rasanya tuh gemes pengin nyulik.

Kemarin kemarin Bintang begitu yakin bisa move on dari perempuan ini, tapi kenapa semakin Bintang mundur, Mentari malah semakin dekat, dan ketika Bintang maju, Mentari semakin jauh.

Ini Bintang di-prank atau gimana sih? Kalau di-prank, tolong kasih tau Bintang di mana kameranya? Di mana?

"Lo bawa mobil, tumben." tumben? Memang Mentari memperhatikan Bintang selama ini? kenapa bisa bilang tumben.

"Oh, atau lo emang udah niat dari rumah mau berangkat bareng gue ya? Makanya bawa mobil, biar bisa ngobrol sama gue kan, lo." shit, candaan Mentari segaring itu tapi kenapa hati Bintang rasanya...Arghhhh move on,

Dia bercanda, harusnya lo ketawa bukan malah jatuh cinta, bodoh. Ujar Bintang mengumpati dirinya sendiri.

"Lo bisu, Tang?"

"Bisa diem gak? berisik." ujar Bintang tanpa melihat ke arah Mentari, entah itu nyakitin atau engga, tapi, hati Bintang bilang..

Please, jangan diem,

"Emang lo gak suka denger suara gue yang cetar membahenol ini, hah?!"

"Turun." ucap Bintang sembari menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

Wajah Mentari terlihat bingung dan sepertinya terkejut, sebenarnya Bintang tidak sampai hati, tapi Bintang juga harus move on, gimanapun caranya.

"Tang, ih jahat banget, sumpah." ucap Mentari,

Bintang tidak menanggapi ucapan Mentari, Bintang juga tidak tega, tapi..

Bintang akhirnya memutuskan untuk turun dari mobilnya, menuju pintu tempat Mentari duduk dan membukakan pintu itu, meminta Mentari keluar.

"Gue mesti jalan kaki, gitu? Tang, jauh woi, gue piket, ntar kena omel gue, lo gak tau kan kalo temen-temen sekelas gue tuh kalo udah masalah orang piket datengnya te--"

"Bacot." potong Bintang menarik tangan Mentari, tapi tidak kasar nariknya, tenang aja.

Bintang bukan orang yang kasar, apalagi ke Mentari, lembut Bintang mah.

"Gak, Lo jahat banget ih." ujar Mentari dengan sedikit merengek memegangi lengan Bintang. Astaga jantung Bintang tidak aman, woi, tolong!!

"A-angkot tuh." Bintang gugup.

"Yakali, Tang, lama bener angkot mah, lagian ada lo ini, iya deh gue diem, sumpah gue diem."

"Jangan murah jadi cewe." ucap Bintang melepaskan genggaman tangan Mentari dari lengannya lalu berjalan memasuki mobil.

Mentari tidak mengucapkan apapun setelah kalimat Bintang, dia juga tidak berusaha agar kembali masuk ke mobil Bintang, sepertinya dia sakit hati dengan ucapan Bintang.

Iya sudahlah, bagus kalau dia sakit hati, Bintang bisa gampang move on kalau gitu, bye.

"Tapi gak gitu, bego." ucap Bintang pada dirinya sendiri.

Bintang berniat kembali ke tempat Mentari tadi, karena Bintang rasa ini sudah sangat keterlaluan, Bintang jahat banget.

Tapi, tidak.

Bintang melihat spion mobilnya, mendapati Mentari di hampiri laki-laki dengan seragam yang sama memakai motor yang sangat tidak asing bagi Bintang.

Bisa kalian tebak?

Yups, Langit.

Siapa lagi.

Bintang tersenyum kecut melihat Langit yang membantu Mentari menaiki motornya lalu setelahnya Bintang memutuskan untuk menancap gas, pergi dari sana.

"Harusnya sama gue." ucap Bintang sesekali melihat ke arah Mentari dan Langit yang lama-lama semakin tak terlihat.

Bintang masih cemburu? Kenapa sulit sekali untuk sekadar melupakan.

Bintang mengacak rambutnya frustrasi, lalu menambah kecepatan mobilnya agar cepat sampai di sekolah, agar Bintang tidak melihat mereka ketika sampai parkiran.

Sakit gak sih kalau kalian jadi Bintang?

• •

Mobil Bintang akhirnya sampai di parkiran sekolahnya, Bintang berusaha secepat mungkin keluar dari mobilnya dan pergi ke kelas.

Tapi Bintang bukan Tristan di film GGS, yang bisa secepat kilat keluar dan pergi dari tempatnya, Bintang butuh proses pakai tas, buka pintu mobil, nutup juga, jalan kaki, ribet dah jadi manusia.

Nyesel gue bawa mobil. Umpat Bintang pada dirinya sendiri.

Padahal motornya yang biasa dia pakai aman, tapi pagi tadi di rumah, Bintang tiba-tiba ngidam naik mobil, Bintang kira dia akan se-keren itu, bisa ngalahin Langit.

Tapi, malah ketiban sial, liat Langit dan Mentari bucin, salah satunya.

Dan ya, langkah Bintang harus melewati parkiran motor untuk sampai ke kelasnya, di sana Bintang bertemu dengan Langit.

Dan Mentari.

Anjir, ngebut bener ni manusia. Ucap Bintang ketika hampir sampai di tempat Mentari dan Langit berdiri.

Ingin putar balik, tapi gak ada jalan lain, ah ya sudahlah.

Gas.

"Tang!" panggil Langit.

Mau tidak mau Bintang harus berhenti kan?

"Titip." lanjut Langit melempar tasnya, tas Langit sangat ringan, sepertinya manusia ini tidak membawa buku pelajaran, gila.

Bintang berjalan cepat menghampiri Langit yang juga berjalan di depannya dengan merangkul Mentari.

Bintang menghalangi langkah Langit, menatap Mentari sebentar lalu..

"Gue bukan babu lo!" ucap Bintang memberikan tas Langit dengan cara melemparnya juga,

Bintang berlalu.

Tidak tau reaksi Langit seperti apa setelah mendapat itu dari Bintang, tapi, seenaknya saja dia bilang titip.

Sebenarnya tidak masalah 'titip pada Bintang, tapi yang bikin masalah tuh, dia sudah titip eh seenak hati mau bucin sama pacarnya.

Tidak bisa begitu, kit ati Bintang.

* * *


Kit ati gasi?

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang