Pentas

16 2 0
                                    

"Janji?"

"Janji, Sayang."

• •

Ceklekk

Bintang membuka pintu kamarnya dengan wajah yang masih lesu, pasalnya, hari itu adalah hari minggu, di jam 7 pagi begini Bintang sudah harus mandi, itu bukan kebiasaan Bintang.

Biasanya Bintang akan bangun di jam 9 atau 10 pagi, kalau hari minggu.

Tapi demi Senja, Bintang harus bangun lebih pagi dari biasanya.

Ah, iya, dua hari yang lalu, Senja bercerita pada Bintang, bahwa dia akan menari di acara perayaan ulang tahun sekolahnya.

Katanya, acaranya lumayan besar, seluruh ekstra kurikuler akan menampilkan karyanya, Senja pun, dia diutus sebagai penari utama di acara itu.

Bintang tidak begitu paham tentang acaranya, semacam pensi, atau mungkin bisa disebut pensi, atau bahkan itu pensi.

Bintang tidak tau.

Yang jelas, Bintang diminta untuk datang ke acara itu.

"Please ... Bisa ya?" ucap Senja merengek pada Bintang.

Sebenarnya Bintang bisa, dan pasti bisa. Hanya saja Bintang suka melihat Senja merengek begitu, dia terlihat seperti anak kecil, lucu.

Bintang suka.

Itu lah alasan kenapa Bintang tidak langsung menjawab pertanyaan Senja.

"Kak, ihh ... Senja bakal jadi penari utama, Senja bakal didandan jadi yang paling cantik se jagat raya Indonesia." lanjutnya. Bintang tertawa kecil sembari mengusap pucuk kepala Senja dengan lembut.

"Kak Bintang harus dateng, kalo engga dateng, Senja bakal marah besar."

Bintang memandangi dirinya di cermin, wajahnya benar-benar tidak bisa bohong, Bintang masih sangat mengantuk, terlebih semalam dirinya habis meminum dua gelas kopi dalam sekejap, dan itu sangat-sangat menganggu malamnya Bintang.

Dia jadi tidak bisa tidur.

"Kalo bukan Senja yang minta, gak akan gue dateng, ngantuk."

Bintang berjalan ke arah kasurnya, tangannya meraih benda berbentuk persegi panjang di atas bantal putih di sana.

1 panggilan tak terjawab

Bintang mengernyitkan dahinya, apa Senja sudah menghubungi Bintang sepagi ini? Bisa saja dia berusaha membangunkan Bintang, karena dia tau Bintang selalu bangun terlambat ketika hari minggu.

"Bukan?" Bintang memiringkan ponselnya untuk melihat foto profil yang tertera di nomor itu.

Fotonya tidak terlalu jelas, hitam putih, dan miring, susah sekali, mana gak ada mukanya, rambut doang sama kuping sama leher sama bahu, apaan begitu?

Bintang terus saja mengamati foto tidak jelas itu, zoom in lalu zoom out, begitu terus, sampai ...

"Gue kayaknya kenal deh dagu perempuan ini."

Bintang buru-buru menelepon nomor yang tadi meneleponnya, Bintang berharap orang ini sama dengan orang yang ada di kepala Bintang sekarang.

Tersambung.

"Halo."

"Hai."

Bintang membelalakkan matanya tidak percaya ketika mendengar suara perempuan di ujung telepon itu, senyum Bintang merekah, jantungnya tiba-tiba berdetak cepat, ini seperti ...

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang