Mentari

34 3 0
                                    

Hari itu, Bintang memberanikan diri untuk duduk di dekat Mentari, bukan di sebalahnya tapi setidaknya mereka sangat dekat hanya terhalang rak buku di perpustakaan.

Bintang bisa melihat wajah Mentari meski tak jelas karena terhalang buku, tapi wajah Mentari tampak sangat bahagia.

Dia tertawa bersama teman-temannya, senyumnya membuat Bintang benar-benar jatuh cinta.

Demi apapun Mentari begitu cantik.

Langit beruntung sekali bisa mendapatkan posisi yang selama ini Bintang inginkan, tapi tidak Langit tak seberuntung itu, perempuan yang ditemuinya semalam membuat Langit kehilangan keberuntungannya,

Bintang memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sebelum Langit, meskipun masih banyak yang harus Bintang tau di pertemuan mereka tadi, tapi itu membahayakan posisi Bintang.

Jika Langit melihat Bintang mengikutinya dia pasti marah, jadi lebih baik Bintang pulang.

Lalu tiba-tiba mata Bintang menangkap sebuah kotak di pinggiran sofa yang biasa untuk tidur Langit.

Kenapa Bintang menjadi penasaran.

Tak apa lah sedikit saja Bintang melihat isi kotak itu, iya kan?

Iya.

Bukannya Bintang mau mencampuri urusan Langit, tapi memang mencampuri sih. Tapi Langit juga mencampuri urusan Bintang saat ingin mendapatkan hati Mentari, dia mencampuri urusan Bintang sekaligus merusaknya.

Jadi ini semacam balas dendam tapi bukan balas dendam.

Ya pokoknya begitulah.

Kertas merah, kartu ucapan dari Mentari untuk Langit yang sempat Langit buka di hadapan Bintang.

Bintang menatap kartu itu membacanya dengan sedikit terkejut mengetahui isi pesan Mentari di kartu itu,

Ini keterlaluan.

"Cantik ya, tang?" Bintang segera menoleh ketika seseorang tiba-tiba membuyarkan lamunannya,

Bulan.

Dia lagi.

"Mau apa?" tanya Bintang datar, entah kenapa sampai saat ini pun Bintang masih tak suka kepada Bulan,

Entah.

"Gue kan tanya, Mentari cantik ya, Tang?"

"Iya, banget." Bulan tertawa kecil mendengar ucapan Bintang itu,

"Dia pacar kawan lo, jangan di rebut."

Untuk kalimat yang kali ini Bintang tak terima, Bintang menatap tajam mata Bulan lalu berbisik dengan penuh tekanan di setiap katanya.

"DIA YANG NGEREBUT, BUKAN GUE." Bulan tertawa lagi, entah bagian mana yang lucu, tapi jelas Bulan tertawa.

"Langit gak ngerebut sama sekali karena mentari bahkan bukan punya lo, paham sayang?" demi apapun bisikan Bulan yang kali ini benar-benar membuat Bintang meradang,

Ini Bulan yang tiba-tiba menjadi antagonis atau Bintang yang terlalu menutup diri dari kenyataan?

Tapi demi apapun, ini nyakitin.

Sumpah.

. . .

"E-ee Bintang!" Bintang menghentikan langkahnya ketika seseorang memanggil namanya.

Tapi tunggu, telinga Bintang waras kan?

Ini seperti suara Mentari, tapi tak mungkin dia tau nama Bintang, dan untuk apa Mentari memanggil Bintang?

Kenapa jantung Bintang berdetak sangat cepat, astaga ini perasaan yang biasanya Bintang rasakan ketika dekat Mentari.

Rasa ini masih begitu nyata.

"Lo Bintang kan?" Bintang masih tak percaya dengan apa yang sedang terjadi sekarang?

Dia benar-benar Mentari.

Mentari ada di hadapannya?

Ini yang Bintang tunggu selama ini, ini yang Bintang harapkan selama ini, Mentari memanggil nama Bintang, dan kali ini Mentari benar-benar memanggil nama Bintang.

"Gue mau minta tolong yaa, tolong kasihkan ini ke Langit, hari ini dia sedikit beda ke gue," mata Bintang mengikuti gerakan tangan Mentari yang memegang tangannya untuk menaruh sebuah kotak berwarna merah hati di telapak tangan Bintang.

"Dia sedikit cuek ke gue." Bintang mengedipkan matanya tiga kali untuk memastikan bahwa ini benar-benar tidak mimpi,

Barusan apa?

Mentari membisikinya? Serius? Suaranya benar-benar dekat dengan telinga Bintang, sumpah ini ujian yang sangat berat.

Bintang harus menahan jantungnya agar tak lepas,

Tak peduli apa yang Mentari katakan barusan, tentang Langit, kado untuk Langit, apapun itu terserah, yang pasti Bintang bahagia karena Mentari akhirnya bisa begitu dekat dengan Bintang,

Jantung Bintang, tolong!

Jantung Bintang bekerja berkali-kali lipat, ini sangat kencang detaknya.

Gue gakuat!!!!  Teriak Bintang dalam hatinya.

"Woi, Tang!" Bintang terkejut sampai kotak yang tadi ada di telapak tangan Bintang jatuh.

"Apaan tuh?" tanya Venus,

"Bukan apa-apa." ujar Bintang memasukkan kotak itu ke dalam tas sekolahnya dengan cepat.

Ada Langit di sana, Bintang tak akan memberikan kotak ini untuk Langit, tidak.

Sorry Tar, tapi lo akan jadi milik gue, Langit gak pantas dapetin lo.

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang