02

295 44 0
                                    


suasana meja makan di pagi hari hening seperti tak ada penghuni kecuali suara dentingan peralatan makan yang berbunyi.

Jovan yang selesai dengan sarapannya pergi meninggalkan mereka tanpa suara menuju sekolah. jangan tanya soal uang jajan atau segala macam. keluarga lucknutnya hanya membiayai tentang sekolahnya yang lain mereka tak ingin tanggung.

siapa juga yang peduli, meski Jovan lemah dia tak pernah hilang akal. ia kerja paruh waktu sehabis sekolah. toh tak akan ada yang peduli dengan dirinya meski pulang terlambat. ia mati di jalan pun tak akan ada dari keluarganya yang akan hadir di pemakamannya, ia yakin itu..

ingatan demi ingatan Jovan beri untuk Vanka. semakin mengetahui hidup malang lelaki yang menjadi wadah jiwanya, ia semakin kesal..

keluarga anjim, masih mending iblis dari pada tuh makhluk. mati aja lo pada, sialan..

omelan demi omelan, langkahnya melaju pasti memasuki areah sekolah.  cibiran mulai di layangkan untuk Jovan. ingat yang merasuki tubuh Jovan adalah gadis yang telinganya sudah di sumbat dengan duren alias duda keren atau sugar daddy. ia tak ambil pusing dengan setiap cibiran, di otak Vanka hanya ada cara kaya dengan mudah ialah menikahi para sugar daddy atau duren yang kerjanya jadi mafia, CEO, atau sejenisnya terus mereka obsesi dengan dirinya.. halu.. itu pasti..

tapi sekarang apa?? dia malah menjadi seorang pria, apa Vanka masih bisa menghalu menikah dengan seorang sugar daddy atau duda keren. ya kali dia harus belok, tapi suka perempuan juga tetap aja belok. ia serba salah..

"masih sanggup juga lo datang kesekolah.." suara seorang gadis yang ia kenal dari arah belakangnya menghentikan langkahnya.

Jovan berbalik menghadap sang empunya suara. "kenapa gue harus enggak sanggup?? emang gue ngelakuin kesalahan?? " tanyanya polos.

si gadis mengepalkan tangannya. "Ri, Sel, kasih pelajaran.. " perintah Shinta pada dua dayangnya.

"dih main keroyokan lo, tapi gpp deh. dah lama gue enggak berurusan sama cewek jablay. sok atuh maju.. " Jovan mempersiapkan dirinya. kedua dayang Shinta ingin memegang tangan Jovan tapi sayang. sebelum tangan itu memegang tangan Jovan, cowok itu lebih dulu memegang tangan mereka dan memutarnya.

Riri dan Selena merintih kesakitan..

"hadeuh, dua jablay mau nyentuh gue. oh tidak bisa, gue bukan Jovan yang dulu yang diam doang saat lu pada bully and ngefitnah gue.. " mendorong kedua gadis itu ke arah bos mereka.

"lo ngeganggu ketenangan gue, habis lo bertiga. ingat gue tau rahasia lo pada.. " ancamnya dalam bisikan di akhir kalimatnya. wajah ketiga jablay yang dulu suka merundung Jovan Daniel Abraham dan memfitnahnya memucat.

hal yang membuat mereka makin merundung cowok malang itu karena Jovan tau rahasia mereka. rahasia yang ia simpan apik di balik wajah sok baik nan munafik di hadapan yang lain..

senyum menyungging ia tampilkan sembari mengelus pundak gadis itu. Jovan berbalik mengambil langkah pergi menuju kelasnya.

Jovan duduk tepat di bangku paling belakang dekat jendela. posisi yang paling ia suka, dimana ia bisa melihat ke arah luar jikalau ia suntuk dengan ocehan dari gurunya. Vanka begitu di tubuhnya yang dulu. nakal-nakal bangsat..

ayahnya saja di buat pusing padahal ia yang didik dengan baik sangat baik di antara ke empat abangnya, yang paling di sayang pula.

bisik-bisik tentang ia masih berlanjut sesampainya ia di dalam kelasnya. Jovan lebih memilih membenamkan wajahnya di balik kedua tangannya di atas meja.

-
-

bel istirahat berbunyi, waktu yang Jovan lalui selama dua mata pelajaran membuatnya seperti sedang menunggu datangnya do'i selama dua tahun.

ia kini duduk manis di bangku kosong yang tak ingin di huni siswa-siswi lain karena adanya dirinya sehabis ia memesan tadi. kalau seperti ini, ia bersyukur tak harus berhimpitan saat duduk ingin menyantap makan siangnya. ia malas berhimpitan..

baru saja ia rasa kebahagiaan karena tempat duduknya luas. eh anak dakjal malah datang bersama kawan-kawan seperdakjalannya.

"gue duduk disini, lo jangan protes tempat penuh soalnya.. " jangan tanya siapa yang berucap itu. siapa lagi kalau bukan abang kedua Jovan dari beda bapak. si dakjal Radit setan..

"kek ada yang ngomong tapi siapa ya??" ucap Jovan melirik arah kiri kanannya dengan raut takut. "anjim mau di kelas atau di kantin, setan hobi banget ngikutin gue. SETAN SIALAN KALAU MAU NAKUTIN ENTAR AJA PAS GUE DAH HABIS MAKAN, NIH GUE BELUM MAKAN.. ENGGAK ADA SELEKSI EH MAKSUDNYA SELERA ENTAR.. " katanya teriak menatap atap kantin.

kegiatan itu tak luput dari pandangan para penghuni kantin. Radit yang di anggap setan oleh adiknya sendiri hanya bisa mengepalkan tangannya. ia ingin marah dan mengajari adiknya itu, hanya saja ia ingat kejadian beberapa hari yang lalu yang sukses membuat wajah tampan kakaknya babak belur..

ia tak ingin memiliki masalah dengan orang yang ada di hadapannya ini.

"nah gini nih, adem.. " katanya lagi. makanan yang ia pesan datang. tanpa babibubebo ia menyantap bakso penuh dengan sambel mereconnya dengan lahap.

teman-teman Radit menatap Jovan tak percaya.

"Dit, itu Jojo bukan sih?? " tanya Ilham, hanya di balas delikan dari yang di tanya.

"anjir si cupu makannya enggak kepedesan tuh. cabenya nauzubillah banyaknya.. " kini giliran Reyhan yang berucap.

Jovan tak peduli dengan perkataan mereka, ia tetap melanjutkan makannya sampai tak ada sisa. ingat bagi Jovan alias Vanka tuh makanan kalau enggak pedes no mantap sista..

hal seperti ini biasa baginya, lagi pula tadi ia juga sudah meminum obat anti diare yang selalu ia beli sebelum memakan makanan yang pedesnya ngajak tawuran anak STM 😂😂😂

Jovan meminum es tehnya, setelah itu ia melenggang pergi meninggalkan dakjal and the geng kembali ke kelasnya..

"adek lo kenapa Dit?? biasanya dia kan bakal sok akrab sama kita. sksd gitu, tadi kok kaya nganggap kita enggak ada ya.. " Jaden bertanya.

"enggak tau, bukan urusan gue.." balas Radit ketus.

nih anak napa sih, gue cuman nanya juga dumel Jaden dalam hati.

sedangkan Rafael sepupu dari pihak ibu mereka hanya bisa menatap punggung dingin sepupunya pergi menjauh.

seperti dinding kokoh tembok china ia buat untuk dirinya pada orang lain.  Rafael tidak membenci Jovan, tapi ia tak bisa mendekati Jovan adik sepupunya jika kedua sepupunya abang dari Jovan ada..

ketika di rundung kesepian dan rasa sakit, Rafael terkadang datang menguatkannya. ia menyayangi adiknya itu..

dek lu kok berubah sih..

ah, Rafael sungguh bisa melihat perubahan dari sang adik sepupu. biasanya Jovan akan sesekali melirik ke arahnya, hanya sekedar menyapa dengan kontak mata. Jovan paham akan keadaan mereka. tapi apa ini, bahkan melirik pun Jovan tak lakukan padanya..

Rafael tak tau apa yang terjadi pada adiknya itu..

-------------------------------------------------------------

TBC.....

Gue Jadi Cowok??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang