12. Berkunjung ke Rumah Istana

36 16 112
                                    

"Ayo dimakan!"

Kedua cowok itu saling pandang ketika Tara menuangkan Capcay ke dalam mangkuk.

"Semua gara-gara lo Raka!" Tukas Tama menatap tajam cowok didepannya.

"Tama bisa gak, gak usah saling salahin, semua itu salah kalian berdua! Gue gak mau tau, makan Sirup Capcay ini. A-BI-SIN!" Kata Tara menatap dua cowok itu.

"Cepet!" Pekiknya

"Iya Tara, oke,nih, gue makan, demi lo!" Tama menyuapkan sendok ke mulutnya dengan ragu-ragu.

Sedangkan Raka dari tadi masih diam memperhatikan reaksi Tama setelah menyuapkan satu sendok capcay itu kemulutnya. Raka bergidik ketika melihat wajah Tama.

"Enak 'kan? Sirup Capcay nya Tama?" Tanya Tara menyeringai.

"Manis banget Ta, wlee!" Jawab Tama lalu mengambil gelas disamping mangkuknya.

"Raka! Ayo cepet makan!" Titah Tara.

"Gue gak suka manis!" Jawabnya singkat.

"Gue gak perduli Raka, yang gue mau, cepet lo harus makan nih capcay! Rugi gue, gula satu toples abis gitu aja! Lo pikir beli gula seharga permen apa?"

"Nih! Gue gak suka manis!" Raka menyerahkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah kepada Tara.

Brak

"Segalanya butuh uang, tapi gak segalanya selalu pake uang. Ambil lagi! Gue juga masih mampu kok." Ucap Tara ketus setelah menggebrakkan meja makan.

"Puas! noh, jadi ngambek!" Kata Tama menghentikan aktivitas memakan capcay itu.

Raka hanya meliriknya sekilas sebelum akhirnya menatap Tara yang memalingkan wajahnya ke sembarang tempat.

"Bukan gitu maksud gue, gue cuma gak suka manis!" Raka menghembuskan nafasnya pasrah lalu mengambil mangkuk yang di depannya.

"Maaf! Ya udah gue makan."

"Ta,gue balik duluan ya, nyokap gue sakit katanya, barusan asisten rumah  kirim pesan!"  Ucap Tama dengan tiba-tiba kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku celana serta merogoh kunci motornya yang tergeletak di meja.

"Ouh, ya udah gak papa, hati-hati ya! Cepet sembuh buat nyokap lo." Kata Tara

"Bukan nyokap gue aja kali, dia juga calon nyokap lo." Tama mengedipkan matanya seraya memasangkan jaket pada tubuhnya. Sedangkan Tara mengerutkan keningnya tanda ia tidak mengerti maksud ucapan Tama.

"Calon mertua lo Ta! Oke gue balik, dah!" Lanjutnya yang langsung melarikan diri dari Tara karena sudah pasti singa betina itu akan ngamuk setelah ini, pikirnya.

"Tama!!!! Siapa juga yang mau jadi istri lo!" Pekik Tara.

"Brisik Ta! Lo udah kayak speaker masjid." Ucap Raka mengusap kedua telinganya.

"Hehe! Sorry Ka, gue suka emosi sih kalo sama Tama bawaannya." Cengir Tara.

"Jadi kalo sama gue enggak ya?" Raka mengangkat salah satu alisnya.

"Ya tergantung, kalau lo nya nyari ribut sama gue ya gue pasti emosilah." Ucap Tara santai namun ketika Raka hendak menyuapkan capcay nya sontak ia menghentikannya.

"Kenapa?" Tanya Raka.

"Udah jangan dilanjutin, sini sendoknya, tadi gue kesel! Gue buatin nasi goreng aja ya? Mau? Lo belum makan kan?" Tanya Tara yang sedang membereskan mangkuk. Pertanyaan serta perlakuannya membuat cowok bertubuh tinggi itu tak melepaskan pandangannya barang sedikit pun kepada sosok gadis di depannya.

ADMIRED GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang