8.mbak rani

17 2 1
                                    

Assalamu'alaikum
.
.
.
.
.
TANDAI TYPO
DAN JANGAN LUPA VOTE
.
.
.
.
.

****************

Kali pertama aku melihat wanita di hadapan ku yang ku ketahui bernama rania. Beliau biasa biasa saja sama seperti wanita karir pada umum nya tetapi ada satu yang berbeda dari rania, mata dia memancarkan kehangatan.

Aku mempersilahkan rania masuk dan menghampiri suamiku.

"Hai razi,aku dengar kamu masuk rumah sakit makanya aku kesini jenguk kamu sekalian bawa buah buahan hehe"ucap rania sembari terkekeh

"Ini istri mu ya razi,..istri kamu cantik,aku iri bagaimana wanita secantik dia bisa mendapat kan kamu yang pas pas an"ucap rania sedikit bercanda.

Ku lihat suamiku pun ikut tertawa mendengar candaan tersebut, dan aku lihat ada yang berbeda dengan tatapan beliau.

Tatapan beliau memancarkan kehangatan dan kasih sayang tulus kepada rania sedangkan aku belum pernah di tatap begitu hangat oleh beliau.

"Kamu bisa aja rania,padahal tidak usah repot repot datang kemari"

"Sebenarnya memang agak merepotkan sii"ucap rania jujur

Aku merasa di abaikan,dan aku pun terkejut..sikap suamiku begitu cepat berubah menjadi lebih manis kepada mbak rani?!

Aku pun hanya bisa menyaksikan interaksi mereka berdua tanpa ikut campur.

Kulihat mbak rani menatap piring makanan suami ku dengan muka heran.

"Loh kok makanan mu belum kamu makan razi?"tanya nya

Suami ku hanya tersenyum tipis.

"Yaa aku kurang selera untuk makan"

Mbak rani menggeleng kan kepalanya kemudian meraih piring tersebut.

"Kamu tuh kebiasaan,gimana mau sembuh kalo makan aja malas...sini biar aku yang suapin kamu"

Mbak rani pun mulai menyendok an makanan ke dalam mulut suami ku,dan suami ku pun begitu menikmati suapan yang diberikan mbak rani.

Hati ku begitu ngilu,melihat pemandangan yang menyesak an dengan mata kepala ku sendiri.

Harga diri ku sebagai seorang istri hancur
Bagaimana tidak hancur, aku yang sebagai istrinya ketika menyuapi dia selalu menolak,sedangkan mbak rani?dia wanita lain dalam hidup suami ku tetapi tanpa rasa bersalah nya suamiku begitu menikmati suapan nya.

Ya allah hamba sangat sakit hati.

Aku tak kuasa menahan tangis ku memilih pergi keluar ruangan meninggalkan mereka berdua dan pergi ke mushola untuk menenangkan pikiran.

**********

Setelah menunaikan sholat ashar di mushola, aku memutuskan kembali ke ruangab suamiku.
Hal pertama yang aku lihat adalah suamiku yang sedang di periksa dokter.

"Bagaimana keadaan suami saya dok?" Tanyaku

Dokter itu pun beralih menatap ku.

"Alhamdulillah, keadaan pak Razi sudah lebih membaik, pak Razi sudah di perbolehkan untuk pulang besok"

"Alhamdulillah"

"Kalau begitu saya permisi Bu"

Setelah pamit dokter itu pun keluar dari ruangan. Aku menghampiri suamiku sembari tersenyum.

"Alhamdulillah ya bang, badan Abang sudah pulih, Adek seneng"

Dia hanya mengangguk.
Akupun tersenyum kecut, entah lah perasaan terluka tiba tiba muncul.

Suami ku merubah posisi tidur nya menjadi memunggungi ku.
Aku hanya bisa menghela nafas sabar, sembari menyemangati diriku sendiri.

Aku lebih memilih duduk di sofa pojok ruangan, sembari membuka ponsel yang sudah lama tidak d hidupkan.

Ketika sedang membuka aplikasi chating, aku menemukan beberapa pesan dari ibuku yang bertanya tentang keaadaan ku.

Aku pun baru ingat bahwa aku belum memberi tau orang tua ku bahwa bang razi masuk rumah sakit, tanpa berpikir lebih lama lagi aku menekan tombol panggilan.

"Hallo assalamualaikum ibu?" Salam ku pada ibu

"Waalaikumssalam nak, apa kabar?"
tanya nya di sebrang sana.

"Alhamdulillah aku baik Bu, maaf baru sempat menelepon ibu sekarang"ucapku tak enak hati.

"Tidak apa apa nak, bagaimana keadaan suami mu?"

"Bang razi masuk rumah sakit Bu,  sejak kemarin di rawat inap" terang ku

"Innalilahi, kok ibu dan bapak tidak diberi tahu nak?"

"Iya maaf Bu, Nadira lupa, tapi ibu tenang saja, Alhamdulillah besok bang razi sudah di perbolehkan untuk pulang"ungkap ku menenangkan

"Syukur lah kalau begitu, besok ibu akan datang berkunjung ke rumah mu ya"

"Memang nya tidak apa apa Bu? Nadira takut ibu dan bapak repot" ucap ku

"Tidak nak, bagaimana pun suami mu juga anak ibu dan bapak, sudah sepatutnya kami memperlakukan dia sebagai seorang putra"

Aku tersenyum tipis, ibu dan bapak ku memang tidak pernah berubah, selalu saja baik dan rendah hati.

"Baik Bu, terimakasih atas semua perhatian ibu dan bapak, Nadira tunggu kedatangan ibu dan bapak besok"

"Iya nak, ya sudah ibu tutup telpon nya ya, assalamualaikum"

"Waalaikumssalam"

Aku pun menyimpan kembali ponsel ku. Rasa bosan kembali menghampiri, ku lihat suami ku sudah tertidur pulas.

*********

Keesokan harinya..

"Bang, tadi dokter memberi tahu Adek, kalo infus Abang sudah habis, Abang sudah di perbolehkan untuk pulang" jelas ku.

"Hm"

Ya begitulah cara suamiku untuk menanggapi ku. Entah kesalahan apa yang telah aku perbuat sehingga suami ku menjadi seperti ini.

Aku pun mulai memberes kan baju baju dan barang bawaan aku serta suami ku yang ada di kamar rawat.

Butuh waktu setengah jam untuk menunggu infus suamiku habis. Dan Alhamdulillah aku pun selesai membereskan barang bawaan kami.

Bertepatan dengan itu, dokter pun masuk ke dalam ruangan.

"Bu, seperti yang saya katakan sebelumnya, jika infus pak Razi sudah habis maka pak Razi sudah di perbolehkan pulang, selamat ya pak, saya bantu untuk melepas kan jarum infus nya"

Dokter pun mulai melepas selang infus yang ada di tangan suami ku.setelah itu aku dan suamiku berpamitan pulang kepada dokter dan mengucapkan terimakasih.

"Terimakasih ya dok, saya dan suami saya pulang dulu, assalamualaikum"

Dokter itu mengangguk sembari tersenyum ramah.

"Waalaikumssalam, Iya Bu, pak, terimakasih kembali, semoga sehat selalu"

Kami pun menyusuri lorong rumah sakit dengan keaadan canggung, tidak ada yang memulai percakapan sampai pulang.

**********
.
.
.
Lanjut or tidak-??
.
.
.
Lanjut aja deh jangan lupa follow dan vote yaa hehe-!!!

🌟🌟🌟

ANTA PERMANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang