Melamar

421 29 1
                                    

Jibeom terus memacu mobilnya menuju kawasan Gangnam dimana Jaehyun dan keluarga besarnya tinggal. Empat puluh lima menit kemudian, ia tiba di depan sebuah rumah bergaya itali dengan halaman yang luas. Di bagian kiri, sebuah garasi besar terbuka, yang di dalam terdapat Volvo S90 hitam mengkilap. Sedangkan, di sudut halaman lain terdapat kolam ikan dengan air mancur buatan.

Jibeom turun dan menekan bel pada pintu pagar besi setinggi dua meter berwarna hitam. Tak lama, seorang pria manis keluar membuka pintu pagar. Senyumnya terkembang ketika melihat kedatangan jibeom.

"Rapi sekali, Beom" seru pria itu yang tak lain adalah jaehyun.

"silahkan masuk! Kebetulan Eomma dan Appa juga sedang santai" kata jaehyun mempersilahkan.

Jibeom tersenyum. Mengendarai mobil kembali, lalu menasuki halaman dan memarkirkan mobilnya di depan garasi. Jaehyun menunggu di Teras dengan senyum bingung. Hatinya tiba-tiba berdebar tak karuan.

Dari dalam, seorang wanita keluar bersama pria. Mereka adalah Tn. dan Ny. Bong, kedua orangtua jaehyun. Mereka sedikit heran dengan kedatangan tamu tak dikenalnya itu, namun keheranan itu mereka sembunyikan dengan senyuman ramah.

"ada tamu rupanya" sapa Ny. Bong sambil menghampiri. Memeluk pinggang putranya dari samping.

"iya, ma. Malam ini kita kedatangan tamu istimewa. Seorang seniman terkenal" seru jaehyun. "kenalkan, ini eomma dan appa ku" seru jaehyun. "kami sekeluarga menyukai karya-karya mu"

Ny. Bong terkejut. Menatap jibeom tak berkedip. "serius? Ini Jibeom sang pelukis dan penulis novel itu, jaehyun? Aduh, eomma senang sekali bisa bertemu dengan seniman muda penuh inspirasi seperti jibeom! Saya sampai tidak bisa tidur kalau sudah baca novelnya jibeom! Terhanyut begitu" seru Ny. Bong

Jaehyun tertawa kecil. Jibeom merasa bahagia mendapatkan sambutan begitu hangat dari keluarga jaehyun.

"Mari, silahkan masuk!"

Jibeom pun masuk. Langsung dipersilakan duduk di sofa ruang tamu. Jibeom memutar pandangan, dan tersenyum begitu melihat sebuah lukisan karyanya di dinding ruang tamu. Sebuah lukisan bayangan manusia sedang memeluk dirinya sendiri di ruang gelap. Sementara, dari celah jendela, sebuah cahaya menyelinap menerangi sebagian tubuh sosok itu.

"jangan kaget, beom. Memang di setiap ruangan rumah ini ada lukisan karya kamu. Kami sekeluarga adalah pencinta seni sastra, khususnya buah tangan 'sang pelukis sepi'" jelas jaehyun. Matanya ikut menatap lukisan itu.

"tapi kalau boleh tau, makna lukisan itu apa, nak jibeom?" tanya Tn. Bong

"Renjana. Sebuah kerinduan kepada sang kekasih sejati. Kenapa saya menggambarkannya dengan sosok yang tengah memeluk dirinya sendiri, karena sang kekasih sejati itu sesungguhnya ada dalam diri kita." jawab jibeom singkat dan jelas.

Tak lama Ny. Bong datang diikuti oleh asisten rumah tangga, membawa nampan berisi kue dan tiga cangkir teh hangat.

"silahkan diminum, nak jibeom" kata Ny. Bong sambil duduk di samping Tn. Bong

"Ngomong-ngomong, ada apa nih?"

Jibeom tersenyum. Melirik kedua orangtua jaehyun. "sebelumnya saya minta maaf jika kedatangan saya ini mengganggu kenyamanan keluarga Dokter." katanya

Mendengar itu, hati jaehyun semakin tak enak. Begitu pun dengan Tn. dan Ny. Bong.

"tidak mengganggu kok, justru kami sangat senang bisa berkenalan dengan jibeom" ucap Ny. Bong

Jibeom menatap jaehyun, lalu beralih menatap Tn. Bong.

Deg! jantung jaehyun seolah berhenti berdegup, dia dapat menduga apa yang akan dikatakan oleh Jibeom, dan jawaban apa yang harus dia berikan kepada jibeom.

"maksud kedatangan saya kesini untuk melamar jaehyun"

Hening menjeda. Tn. dan Ny. Bong saling tatap. Wajahnya menyiratkan kebingungan. Sementara, jaehyun shock. Seolah tak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

Bagaimana mungkin jibeom tiba-tiba datang melamar? Kenapa tidak bicara dulu sebelumnya? Desah jaehyun.

Jibeom tersenyum penuh percaya diri. menatap jaehyun yang sedari tadi menunduk. "maafkan aku jika terkesan mendadak dan terburu-buru, jae"

Jaehyun mengangkat wajahnya. Namun, bukan menatap jibeom, dia menatap kedua orangtuanya yang juga bungkam. Tn. Bong segera berusaha mengatasi suasana.
"maaf kalau boleh saya tau, nak jibeom sudah lama kenal jaehyun? Dan apakah ada hubungan khusus?"

"hampir satu tahun setengah, dokter. Tiga kali bertemu, namun setiap hari kami selalu berkomunikasi melalui telepon"

Tn. Bong menarik napas dalam dan sepertinya cukup berat. Ny. Bong memandang putranya. "benarkah apa yang dikatakan oleh nak jibeom, jae? Apa kamu memang punya hubungan khusus dengan dia?"

Jaehyun tak menjawab, tapi di sudut matanya tampak butiran bening mengendap.

Jibeom tersenyum melihatnya. Rencananya untuk membuat haru jaehyun berhasil. Pasti jaehyun sangat bahagia, tapi malu untuk mengatakannya. Pikir jibeom.

Melihat jaehyun hanya diam. Ny. Bong berkata kembali. "jika ya, maka keputusan ada padamu. Kamu harus bisa memilih dan jangan sampai menyakiti hati orang lain"

Mendengar pernyataan Ny. Bong, jibeom sedikit mengerutkan kening.

"maksudnya memilih itu..., apakah berarti saat ini ada pria lain yang sedang dekat sama jaehyun?" tanya jibeom.

Ny. Bong menghela napas panjang, Lalu mengangguk. "iya, maaf saya harus bicara apa adanya. Sebenarnya jaehyun sudah satu tahun bertunangan dengan seorang pria."

Jibeom seperti tersengat listrik tegangan tinggi mendengar penuturan Ny. Bong, antara percaya dan tidak dengan apa yang didengarnya. Suasana hening untuk beberapa saat.

"apa benar yang baru saja aku dengar, jae?" tanya jibeom Sungguh-sungguh. Suaranya bergetar karena menahan debaran jantung yang berdegup lebih kencang.

Jaehyun mengangkat wajahnya. Terlihat jelas butiran bening mengalir di wajahnya. Dia mengangguk. "maafkan aku, beom.  Aku kira hubungan kita selama ini hanya sebatas...?" kata-kata jaehyun terhenti. Air mata semakin deras.

Deg! Dada jibeom seperti tertusuk benda tajam. Sakit dan sesak, namun tetap mencoba tersenyum meski sangat pahit. Dia merasa jaehyun telah mempermainkan perasaannya selama ini. "tidak perlu minta maaf, jae. Ini kesalahan ku yang salah menafsirkan perhatian mu. Tapi aku ada satu pertanyaan, kenapa setiap aku bertanya padamu tentang calon pendamping, kamu selalu berkata belum punya?"

Jaehyun tidak mampu menjawab. Dia semakin menunduk. Malu dan rasa bersalah memang komposisi paling tepat untuk membungkamnya. Tapi sebenarnya, jibeom tak butuh jawaban. Dia bertanya hanya untuk memastikan kepada orangtua jaehyun, bahwa keputusannya untuk melamar jaehyun bukanlah tanpa alasan.

"baiklah, sumua sudah jelas. Tak ada lagi yang harus di tanyakan dan dijawab" kata jibeom pelan, tapi sangat jelas. "sekali lagi saya minta maaf jika kedatangan saya mengganggu kenyamanan keluarga dokter. Saya mohon pamit."

Terisak mendengar kata-kata jibeom. Jaehyun merasa sangat bersalah telah menyakiti hati pria baik seperti jibeom. Andai sejak awal dia jujur bahwa dirinya sudah mempunyai tunangan, mungkin semua ini tak akan terjadi. Tapi nasi telah menjadi bubur. Jaehyun hanya tertunduk pasrah. Air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya.

________________________
Continue
.
.
.

Haiii, ini book kedua Bongbeom ku. Mohon dukungan nya ea 🙏

Jangan lupa vote dan comment nya

Why This Painful | BeomBong/BongBeomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang