Kau atau Dia

161 10 0
                                    

Sekitar pukul satu siang Jibeom terbangun. Tak ada siapa-siapa di kamar. Jibeom bangkit perlahan melangkahkan kaki ke kamar mandi.
Ketika sedang di kamar mandi Jibeom mendengar pintu terbuka, saat ia keluar dari kamar mandi ternyata jaehyun sudah ada di ruangan itu, berdiri memandangnya dari sisi tempat tidur. Jibeom mencoba tersenyum.

Jibeom mendekati tempat tidur, lalu duduk di tepiannya. Hanya berjarak satu meter dari jaehyun. "ada apa?" Jibeom mencoba mencairkan suasana. Dia berusaha menyembunyikan perasaan sakit hati dengan senyum.

Jaehyun menjawab. "ini obat kamu. Diminum sekarang biar cepat sehat."

"simpan saja dulu di meja. Aku masih belum ingin minum obat. Pengennya ngopi."

Jaehyun meletakkan obat di meja kecil samping tempat tidur. "bisa bicara sebentar?" tanya jaehyun kemudian dengan pelan.

Jibeom tertawa kecil. "lho? Kita kan memang sedang bicara, jae." katanya sambil turun dari tempat tidur mendekati jendela.

Jaehyun melangkah mendekati jibeom, lalu berdiri di sampingnya. "aku mau minta maaf atas apa yang telah terjadi kemarin." katanya pelan seolah takut ada yang mendengar. "sungguh, tak ada maksud aku untuk melukai hati kamu. Aku juga tak tahu kenapa aku bisa melakukan itu, beom. Yang pasti, sebelum kejadian malam itu, aku selalu merasa nyaman dan bahagia jika kita berdekatan."

"sudahlah, tak perlu bahas lagi soal itu, aku yang salah. Aku tak bisa menahan rasa cinta dalam dada hingga tak berpikir panjang. Harusnya sebelum aku melamar mu, aku bicarakan dulu sama kamu." jawab jibeom tanpa menoleh. Membiarkan tatapan jaehyun menyapu wajahnya dari samping.

"aku juga cinta sama kamu, beom." katanya lirih. Namun tatapannya lelah, seolah tahu bahwa cintanya tidak akan terbalas.

"aku tahu, kamu memang cinta sama aku, tapi juga mencintai tunangan mu kan? Dan jalan terbaik adalah kamu lanjutkan hubungan dengan pria yang sudah lebih dulu melamar mu." jawab jibeom tetap tenang meski hatinya terasa perih. Bagaimana tidak, dia sangat mencintai jaehyun, tapi harus mengikhlaskan jaehyun untuk dimiliki oleh pria lain.

Butiran bening meleleh di kedua pipi tembem jaehyun. "jangan kamu sangka aku bahagia. Aku pun sangat sakit, beom. Karena ketika aku benar-benar menemukan cinta, aku tak bisa memilikinya. Jika kamu ingin tahu, tepatnya setelah kejadian malam itu, aku sudah tak lagi mencintai pria itu. Ternyata, aku hanya kagum padanya, bukan cinta."  jaehyun memberanikan diri berkata apa adanya.

Tapi tiba-tiba...

"Lagi sibuk ya, jae?" terdengar suara dari arah pintu. Jaehyun segera menoleh, dan alangkah kagetnya ketika ternyata Daeyeol telah berdiri di ambang pintu. Dadanya seketika sesak.

"Daeyeol hyung, kok?" seru jaehyun dengan suara tercekat. Hatinya berdebar, takut bila apa yang terakhir dikatakannya terdengar oleh daeyeol.

"aku sengaja datang untuk menemui mu. Tadi tanya sama perawat jaga, katanya kamu sedang berada di ruangan ini. Eh, ternyata benar." Kemudian matanya beralih menatap jibeom. "ini Jibeom sang pelukis itu kan?"

Jibeom mengangguk dan tersenyum. Meski hatinya makin terasa tak karuan, dia dapat menduga siapa daeyeol.

Daeyeol melangkah menghampiri dan segera mengulurkan tangannya kepada Jibeom. "Senang berkenalan dengan anda. Kenalkan, saya tunangannya jaehyun."

Jibeom mencoba tersenyum meski hatinya panas terbakar. "senang juga bisa berkenalan dengan anda. Semoga perkenalan ini menjadi sebuah kebaikan."

"asalkan kita bisa saling menghargai, tentu semua akan baik-baik saja." sahut daeyeol dan tersenyum. Entah apa maksud dari kata-katanya, kemudian melirik pada jaehyun.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya daeyeol. "itu pun jika kamu sudah selesai memeriksa Jibeom. Kalau belum, biar aku tunggu di kantin saja."

"sudah kok. Lagian, saya sudah sehat. Tidak perlu diperiksa lagi. Mungkin saya juga akan pulang sore ini." jibeom yang menjawab.

Bersamaan dengan itu, Tn. Dan Ny. Kim masuk ke dalam ruangan. "lho ada tamu?" kata Ny. Kim.

"Temannya jibeom?" tanya Tn. Kim pada daeyeol.

"Bukan, tuan. Saya hanya penggemar karya-karya jibeom. Dan kebetulan, saya tunangannya jaehyun." jawab daeyeol.

"saya pamit dulu."

"Silahkan, Hyung!"

"ayo, jae! Sebentar saja! Tidak lama!" daeyeol berkata pada jaehyun yang sedari tadi hanya membisu.

Jaehyun terlihat salah tingkah. Jika dia pergi maka Jibeom akan kembali tersakiti olehnya. Namun jika dia tidak mengikuti daeyeol, pasti dia akan menyakiti hati Daeyeol.

Daeyeol sudah keluar dari dalam ruangan. Jaehyun menatap jibeom, tapi yang ditetap membuang muka. Bukan benci atau marah, dia hanya membunyikan embun yang mengendap di pelupuk matanya. Namun bagi jaehyun itu merupakan sebuah tamparan.

"Maafkan aku, beom." Katanya lirih. Air mata berlinang, lalu segera keluar.

Jibeom menarik nafas panjang. menatap kedua orang tuanya.

Why This Painful | BeomBong/BongBeomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang