02. Norak dan Lebay.

2 0 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen yah🍒
   Ajak temen kalian buat baca cerita ini juga😉....

Heppy Reading👑

Jam dinding kini menunjukkan pukul 07: 15 WIB. Masih cukup pagi, tetapi lelaki itu sudah siap dengan seragam lengkapnya.

Tubuh tinggi, berbalut seragam SMA FLARES. Mata coklat muda, yang terlihat indah saat sang surya dengan sengaja, menyinari wajah tampannya.

Tangan kekarnya, meraih sebuah ransel dan detik itu juga kakinya melangkah keluar kamar.

"Ka Davi, baru aja Via mau nyamperin buat ngajak sarapan bareng," seru Via, adik bungsu Davi.

Nivia Pransiska Arya, atau sering di panggil Via adalah adik kandung Davi yang sangat ia sayangi.

Davi rela melakukan apa saja, demi adik tersayangnya. Semenjak bunda mereka meninggal, Davi sangat menjaga dan selalu memperhatikan Via adik satu-satunya itu.

"Ayah ikut juga?" tanya Davi lembut.

"Iya kak, ayah siang baru ke kantor katanya," ucap Via yang membuat, raut senyum Davi memudar saat itu juga.

Tangannya mengusap puncak kepala sang adik, "Maaf yah Dek! Kaka ada latihan pagi ini, lusa ada pertandingan renang antar sekolah," bohong Davi.

"Via tahu kok kak! Ka Davi belom bisa maafin ayah," batin Nivia.

"Yah udah deh, kaka yang semangat yah! Nivia doain kk menang, biar Bunda seneng liat kaka makin sukses ...." serunya sembari memeluk tubuh Davi erat.

"Iya cantikkuu! Kamu siap-siap gih, takutnya telat ini udah jam tujuh lewat loh!" Davi memperingati, Via melepas pelukkannya dan langsung hormat layaknya seorang prajurit.

⛄❄⛄

kini Davi menyibukkan dirinya, dengan mambaca buku di koridor dekat pintu utama.

Sekilas matanya melirik arloji yang tengah, bertengger di pergelangan tangannya. Pukul 07: 36 WIB, suara ricuh anak-anak membuat fokus Davi terbagi.

Matanya melihat kearah pintu utama, nampak seorang gadis blasteran dengan seragam SMA FLARES. Davi cukup pintar untuk mengetahui, mana asli indonesia dan mana yang blasteran.

Di lihatnya semua orang seperti singa kelaparan, menatap sang gadis dengan tatapan penuh kekaguman yang diikuti pujian-pujian.

"Siapa tuh?"

"Cewe cantik guys, bening kek air!"

"Wihh cantik bangett!!"

"Wow ada bidadari!"

"Namanya pasti Indah, Kek wujudnya indah untuk di pandang!"

"Sempurna sekali ciptaanmu Tuhan!"

Davi tak ambil pusing, baginya gadis secantik apapun tak ada harganya, bila sikap dan tingkahnya tidak sesuai norma dan aturan sopan santun.

Dari segi penampilan, Davi dapat menilai baik buruknya seseorang. Dan apa yang di lihat, mampu mencerminkan sifat sang gadis dalam 3 menit.

"Permisi! Ruang guru di mana yah?" tanya sang gadis sopan.

Matanya memperhatikan, ketika mendengar gadis itu menanyakan tempat yang ingin di tujunya.

"Lurus aja terus belok kanan," jawab lawan bicaranya.

Tampa pamit atau ucapan terimakasih yang di lontarkan, dia langsung beranjak pergi begitu saja.

"Rupa yang tak bernilai!" kritik Davi, yang melihat sang gadis perlahan menjauh.

"Waktu pelajaran akan segera di mulai! Semua siswa harap kembali ke kelas ...." intruksi seorang guru piket dari dalam ruang informasi, yang di dengar melalui spiker di sudut-sudut sekolah.

Davi menutup bukunya, kemudian melangkah santay menuju kelas XI-MIA-1.

⛄❄⛄


"Davi Reandra Arya!" panggil seorang guru.

"Saya bu," jawabnya.

"Kamu boleh keluar sekarang, pak Toni menunggu di luar," kata bu Jesika.

"Terimakasih bu." Davi pun keluar sesuai arahan bu Jesika, ia tahu betul jika menyangkut pak Toni berarti, ia harus berlatih kecepatan renangnya.

Davi melangkah meninggalkan kelasnya, ia tahu kemana ia akan pergi.

Ketika melewati depan kelas XI-IS-2, mata Davi tak sengaja melirik ke dalam ruangan, dikarenakan suara gaduh yang kembali di dengarnya.

Tak seperti biasanya, kelas selalu tenang dan diam saat ada seorang guru yang tengah menerangkan pelajaran.

"Hay semua!" ucap seorang gadis sembari melambay-lambaykan tangannya.

Mata Davi memperhatikan, ternyata siswi yang membuat kehebohan pagi tadi.

"Hay cantik!"

"Alhamdulilah baget, ada bidadari di kelas kita,"

"Udah punya pacar belom? Sama gue aja!"

"Udah-udah jangan ribut!" kata bu Diana, yang membuat semua siswa diam mendengarkan

"Norak! Lebay!" kritik Davi dalam batinnya.

Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Entah kenapa, Davi menjadi seorang Kritikus-' saat melihat siswi baru yang gayanya selangit itu. Padahal anak baru itu biasa saja baginya, tak ada hal istimewah yang bisa di banggakan.

Harta? Itu hanyalah titipan dari yang kuasa, itupun bukan hasil kerja kerasnya, melainkan uang kedua orangtuanya.

Cantik? Memang, tapi sifat membuat semuanya tak bernilai.

Love You Reader's🌚.

Gimana part kali ini?
Jangan lupa komen yah, kalau ada typo-^
  Soal Kritikus, aku gak tau apa sebutan untuk seseorang yang suka mengomentari, kehidupan orang lain😴.
Aku kepikiran Kritikus, soalnya mereka dengan julukan itu sering mengomentari masakan-masakan orang gitu. Paham gak sih😞😔...

Jangan lupa tinggalin jejak yah💕 AJAK TEMEN KALIAN JUGA😙...


See You👑

Grafitasi Wulan {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang