2

12 2 0
                                    

Dalam dersing haluan ombak pantai, terbayang dalam sekejap sesaat setelah telapak kaki menjejaknya.

Sebuah angan yang berputar layaknya tatanan surya pada pikiranmu. Bagaimana sekarang, apakah sebuah angan kecil tak berarti itu terwujud?

Sebuah angan khayalan masa kecil, duduk diam tertimbun pasir pantai atau sekedar berkerumun dengan butir halus sapuan ombak pasir.

Untuk sekarang yang pasti angan itu hanyalah sebuah permintaan tak berarti yang menambahkan sebuah beban, angan yang membawa kalimat bernada tinggi keluar.

Layaknya pasang surut air laut, dirimu di sini juga merasakan ketidakstabilan.

Meminta kematian agar mengulurkan tangan sesaat setelah menyadari dirinya duduk dalam jatuhan bayang kegelapan, sementara netranya melirik gadis bernaung sinar yang menduduki singgasana nyaman.

Sambil terus berpikir, mengapa secercah butir hangat itu tak mengenainya, apa sang barkara yang berpilih kasih atau memang dirinya yang tak ada gunanya.

Satu hal yang ingin kuberitahu tatkala dirimu di sana telah melupakannya, terdengar kurang bagus mungkin. Sesaat mengerjakan sesuatu lebih baiknya mulutmu diam, bekerja dalam kesenangan diri sendiri tanpa harus memberitahu orang lain.

Dirimu tahu, bagaimana kecewanya rasa kesal yang muncul sesaat setelah kejadian itu.

Bagaimana dirimu ingin mengepak sayap yang hancur, bagaimana dirimu ingin berteriak melepas semuanya.

Melepas semua rasa iri yang ada.

Panjat doaku untuk dirimu, terus berharap kamu berhasil mewujudkan semua mimpi yang diagungkan, bukan malah terpuruk semakin merosot pada kematian.

Arai
14.08.21

antah berantahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang