Okee, disini akan sedikit menceritakan tentang keluarga Gita
.
.
.
."Halo, gak kangen sama aku?"
"Gita, ngapain kamu disini malam-malam sendiri?" tanya orng itu sambil melihat sekeliling, tidak ditemukan Gita bersama seseorang
"Kenapa? Kaget ya, Yah? Iya Gita abis belanja bulanan sama Bunda" ucap Gita kepada pria yang ternyata Ayah nya
"Katanya Ayah sibuk, tapi kok sepertinya nya gak keliatan sibuk ya? Oh iya sibuk sama keluarga baru Ayah" ucap gita dan melihat sinis ke anak dan istri baru Ayah nya
"Oh kamu Gita ya, hai cantik" Ucap Desi -istri muda Ayah Gita, sambil memegang pundak Gita
"Apaan sih pegang pegang" Gita menepis tangan Desi dari pundak nya
"Gita kamu yang sopan ya" ucap Feri -Ayah Gita
"Harus sopan gimana, Yah? Apa gita harus sungkeman sama perempuan perebut suami orang ini?"
"REGITAAAA" Teriak Feri, dan saat ini mereka menjadi pusat Perhatian
Winda yang mendengar nama anaknya di sebut dan ternyata tidak ada di depannya langsung menyadari kalau anaknya sedang menjadi pusat perhatian, Winda langsung menghampiri Gita
"Regita sudah cukup, ini tempat umum ayo kita pulang sudah malam" Winda yang langsung menarik Gita dari tempat itu
"Bun, liat ini di depan mata kita udah ada tante tante perebut suami orang" ucap Gita sedikit emosi
"Eh mulut lo ya gak bisa di jaga apa, sembarangan banget ngatain nyokap gua kayak gitu" Sisy, anak tiri Feri yang berbicara
"Emang nyata nya gitu kan, nyokap lo P E R E B U T S U A M I O R A N G" Gita mengeja setiap ucapan tajam itu
Feri yang geram ingin menampar Gita tapi di tahan oleh Winda
"Jangan pernah sekali kali kamu sakiti fisik anak saya, cukup sudah kamu buat luka batin nya. Maaf sudah membuat malu disini. Saya akan bawa anak saya" ucap Winda
"Didik anak kamu dengan benar, biar sopan sama orang tua" ucap Feri
ʕ•ﻌ•ʔ
Di perjalanan pulang hanya suara isakan kecil Gita yang terdengar, ia menangis karena sudah sangat kesal dengan Ayah nya
"Kamu bikin malu Bunda aja Git, kenapa sih nak?" tanya winda dengan suara dingin
"Maaf, Bun. Gita gak kuat liat Ayah lebih bahagia sama keluarga baru nya. Gita sakit hati Bunda" ucap Gita masih dengan isakan kecil
"kalau kamu sakit hati, Bunda juga jauh lebih sakit hati, nak" ucap Winda dalam hati sambil menahan tangis nya
"Tapikan bisa bicara yang baik nak, gak harus ngatain tante Desi seperti itu"
"Tapi kenyataan nya begitu Bunda, dia sudah ambil Ayah dari kita" Gita menangis
"Sudah Gita cukup, Bunda tidak mau marah sama kamu. Jangan nangis"
ʕ•ﻌ•ʔ
Sudah sampai dirumah, Winda memberi belanjaan ke ART nya setelah itu ia kembali ke kamar dan Gita sudah duluan masuk ke kamar nya
"Maafin Bunda Git, maaf waktu itu Bunda gak tahan ayah kamu untuk pergi maaf karena kamu harus merasakan kehilangan sosok ayah, maaf Bunda belum bisa menjadi Ibu sekaligus Ayah yang baik untuk kamu" Winda bermonolog
Tanpa di tahan, Winda terisak dan air mata nya lolos begitu saja tanpa di suruh. Sudah 4 tahun sejak Gita masih berusia 13 tahun, Feri pergi meninggalkan ia dan anak perempuan nya dan lebih memilih menikai sekingkuhan nya itu
Sampai saat ini, bukan rasa benci yang ada di hati Winda terhadap Feri tapi rasa rindu yang masih sama. Seperti Gita, ia rindu akan perhatian nya, kasih sayang nya yang sangat tulus kala itu
Winda membuka album foto kecil yang ia simpan di loker tualet nya, di album kecil itu tersimpan semua foto merek bertiga kala itu
Mereka bertiga tampak bahagia di foto itu, ada Gita ditengah sambil memegang hasil lukisan dan piala nya serta Feri dan Winda di samping kiri kanan nya. Yapp, selfie itu diambil saat Gita memenangkan lomba melukis di usia 8 tahun nya
Sudah cukup Winda menangisi masa lalu nya kenangan indah bersama Feri kala itu. Winda segera menutup album kecil itu dan menaruh nya kembali di tempat semula. Winda lalu membersihkan diri setelah dari luar dan bersiap untuk tidur
.
.
.
.Hai kawan,
kembali lagiiiAyah Gita jahat ya, hikss:((
Jangan lupa vote nya kawan, jangan lupa follow ig ku juga yaa @rantirhmytrsni_ @hy.imrkjn
See u❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Regita
Teen FictionDia pergi meninggalkan luka selama bertahun-tahun, lalu datang lagi dengan alasan menyesal, entah bodoh atau apa tapi aku tidak pernah bisa membenci nya