Ketika wajah yang memabukkan itu, membuatnya semakin gila untuk menaklukkan.
***
Raka mengalihkan fokusnya ke depan, menatap Rana yang masih berusaha menahan tawa. Seketika dia menyunggingkan senyuman. "Hai, Rana!" sapanya sambil mengerlingkan sebelah mata.
Rana mendongak, lalu segera mengubah ekspresinya. Senyuman jutek tampak terbit di wajah gadis itu, tetapi tak berlangsung lama. Dia kemudian menyeruput es teh manis yang berada di depannya.
"Jutek banget, senyum yang manis, dong," sindir Raka sengaja ingin menggoda.
Rana masih tidak berniat menanggapi. Meladeni sikap Raka, sama saja dengan memberi ikan pada kucing lapar, pikirnya.
"Lo mau makan apa, Ka?"
Suara Beno membuat Raka tersentak, lalu menoleh ke samping. Namun, tak lama Raka menoleh kembali kepada Rana, menurunkan tatapan ke arah mangkuk yang ada di depan gadis itu.
"Mie ayam, enak kali, ya?" ucap Raka, setelah mengetahui isi mangkuk milik Rana.
"Lo, Dit?" Beno mengalihkan fokus ke depan.
"Soto," jawab Dito singkat.
"Ya udah, biar gue-"
"Biar gue aja!" potong Raka saat Beno baru saja akan beranjak dari tempat duduknya.
"Tumben lo?" Beno menatap Raka tidak percaya.
"Lo sendiri mau makan apa?" tanya Raka yang tidak berniat untuk menanggapi ucapan Beno.
"Soto."
Raka segera bangkit dari tempat duduk, lalu menghampiri penjual soto dan mie ayam yang letaknya bersebelahan. Dia segera memesan satu porsi mie ayam dan dua porsi soto kepada masing-masing penjual.
Sambil menunggu pesanannya selesai dibuat, Raka beralih ke penjual di sebelahnya, yang menyediakan beragam jenis makanan ringan.
"Wah ... kebetulan lagi kosong, Mas Raka," ucap Ibu kantin, ketika Raka menanyakan permen mint yang di belakang bungkusnya terdapat kata-kata unik.
"Adanya permen apa, Bu?" tanya Raka ingin tahu.
Ibu kantin itu tampak menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari toples permen yang masih belum kosong.
"Hanya tersisa permen cokelat ini." Ibu kantin menunjukan sebuah permen cokelat yang cukup digemari oleh siswa di sekolah itu.
"Eem ... boleh, deh, Bu. Tapi saya minta kertas sama pinjam bolpoinnya, ya?" ucap Raka.
"Baik. Sebentar, ya." Ibu kantin segera membuka tutup toples permen itu. "Permen cokelatnya mau berapa?" tanyanya kemudian.
"Satu aja, deh, Bu."
Raka segera meraih satu permen yang diberikan oleh Ibu Kantin, pun dengan kertas dan bolpoin yang dia minta. Dia tampak menuliskan sebuah kalimat di atas kertas yang sudah dipotong sesuai ukuran permen itu.
"Bu, ada solatif?" Raka mendongak, setelah selesai dengan kegiatan menulisnya.
"Ada." Ibu kantin langsung mengambil sebuah solatif, lalu memberikan benda itu kepada Raka.
Raka kemudian merekatkan kertas itu dengan rapi di belakang kemasan permen cokelat berwarna merah.
"Sedang mengerjakan tugas, ya, Mas?" tanya Ibu Kantin, seolah-olah penasaran dengan kegiatan Raka yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA TAK SEMANIS KURMA
Ficțiune adolescențiBagaimana jika hal menyakitkan yang kamu alami adalah sebuah karma karena perbuatanmu sendiri? Raka Arfian Pratama, si playboy tampan dan populer di sekolahnya, telah ditolak oleh siswi baru bernama Asyila Putri Zahrana. Hal itu membuat Raka penas...