Chapter 3

15 4 0
                                    

04 Juli 2016

Evening Room masih kosong.

Hari itu adalah Senin pertama hitung mundur festival musim panas sekolah di mulai.

Nana menghela napas panjang, menatap datar ke arah papan kayu legendaris yang memprakarsai terbentuknya Band Evening Melody.

Let's just have chill! (esp in the evening), begitulah yang tertulis di sana.

Membaca tulisan itu lagi setelah setahun lamanya membuatnya kembali tak habis pikir. Seseorang yang dulu sangat ia idolakan, seseorang yang ia sebut sebagai leader terbaik sepanjang masa... Nana masih tak mengerti kenapa seseorang itu tiba-tiba saja menghilang ketika pertunjukan mereka di pekan seni tahunan hendak di mulai dan mengacaukan segalanya hingga seperti sekarang.

Di sela lamunannya, ia tidak menyadari bahwa ada orang lain yang baru saja masuk dan mengamatinya dari belakang pintu. Ruangan itu hening dalam 3 menit sebelum tamparan sinar mentari memperlihatkan siapa saja yang ada di sana.

"Kau sudah sarapan?" tanyanya alih-alih menanyakan alasan Nana meneggelamkan diri dalam kegelapan ruangan ini.

Masih dengan wajah datar, gadis berdarah Cina-Korea itu menjawab, "Entahlah," dengan sisa tenaga yang ia punya.

Sosok itu kemudian memasangkan earphone pada telinganya seusai berucap, "Sebentar, jangan pergi ke mana-mana," lalu menghilang di balik pintu.

Awalnya Nana mengernyit. Namun, saat melodi indah piano mulai terdengar, waktunya seolah langsung berhenti di sebuah pagi yang cerah dengan alunan indah yang membelai jiwanya.

Ia, yang memberinya earphone ini, bernama Jeon Wonwoo.

Nana memberanikan diri untuk berkenalan dengannya setahun yang lalu, saat ia mengunjungi kelas Shuhua dan menemukan anak laki-laki paling pendiam dalam sekali pandang.

Sesuai praduga, kala itu, Wonwoo menolak uluran tangannya dengan melengos, memasang earphone lantas berlagak tak ada siapa pun di hadapannya.

Namun bukan Nana namanya jika ia menyerah begitu saja. Hei, gadis mana yang sudi dicampakkan?

Nana mencabut paksa sepesang earphone yang menggantung di telinga lelaki itu hingga wajah mereka berhadapan. "Ya, di mana sopan santunmu?"

Seisi kelas mendadak hening, tak terkecuali Shuhua yang hanya bisa terdiam sambil menatap tak percaya kepada sahabatnya yang terlanjur menjadi pusat perhatian.

Seisi kelas kembali dibuat heboh begitu Wonwoo bangkit dari tempat duduknya, menatap dingin ke arah Nana selama 5 detik sebelum pergi dengan wajah sedingin es di kutub utara.

Shuhua adalah satu-satunya saksi bisu bagaimana kedua insan itu bisa akrab sampai sekarang. Ia pulalah yang paling sering diburu para penggosip tentang adanya hubungan special di antara dua temannya itu.

"Oi, Im Nana, apa Chimong-ku tertinggal di sini?" satu orang lagi hadir dalam ruangan yang sebelumnya sunyi senyap itu dan mulai menggeledah setiap sisi ruangan guna menemukan boneka kucing kesayangan yang tidak berhasil ia temukan di rumah.

Nana masih terjebak dalam dunianya, sampai tragedi pertemuan pertamanya dengan Wonwoo setahun lalu kembali terulang dengan sebuah teriakan maut yang hampir memishkan jiwa dan raganya.

"YAISH, IM NANA!"

Lelaki itu mencabut earphone-nya paksa dengan wajah penuh amarah. Oh, demi seisi langit dan bumi, setan dari mana yang membuat Byun Baekhyun keserupan di pagi buta seperti ini?

Dazed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang