02

252 11 0
                                    

Elkan Cyrano Putra.

Pria yang memiliki wajah tampan itu berdecak kesal menatap layar ponsel. Makanan yang tadi sudah siap dimakan, kini hanya ditatapnya tanpa minat. Ingin sekali ia menghabisi orang yang baru saja mengirim pesan tadi. Sayangnya Elkan tidak mungkin melakukan hal seperti itu, mengingat pengaruh besar yang akan terjadi jika hal itu benar ia lakukan.

Dengan sigap, pria tersebut meraih kunci mobil yang ada di atas meja. Ia meninggalkan makanan yang sama sekali belum tersentuh. Sangat disayangkan.

"Bodoh! Sampe segitunya? Gue bahkan bisa cariin lo cewe lebih baik dari dia, Jo. Awas aja kalau perusahaan kacau gara-gara lo." Elkan keluar dari rumahnya sambil menggerutu, seolah orang yang ia maksud berada di hadapannya.

Ketika hendak membuka pintu mobil, sekilas Elkan melihat ke halaman rumah di sampingnya. Terdapat seorang pria paru baya dengan gadis cantik yang baru keluar rumah. Elkan kenal betul siapa tetangganya.

Pria yang hampir menginjak angka 40 itu adalah salah satu karyawan di perusahaan milik Papanya. Lebih tepatnya di kantor cabang, berbeda dengan Elkan yang berada di kantor pusat. Meski begitu, ia pernah melihatnya saat kunjungan ke kantor cabang dan bertemu langsung dengan Wilan. Bahkan Elkan juga tau bahwa Wilan baru saja naik pangkat karena kerja kerasnya selama ini.

"Pagi, nak Elkan. Mau berangkat kerja? Saya baru tau kemarin kalau kamu pindah ke sini. Semoga betah, ya," sapa Wilan yang menyadari keberadaan anak atasannya.

"Pagi juga, Pak. Ya, saya rasa bakal betah di sini. Apalagi kemarin dapat makanan enak." Elkan terkekeh sesaat. "Terimakasih untuk makanan semalam. Jadi merepotkan," lanjutnya.

"Tidak merepotkan sama sekali. Istri saya memang sengaja masak banyak untuk dibagikan ke tetangganya ini," kata Wilan ramah.

Kalea yang mendengar percakapan itu hanya menatap datar pria asing di hadapannya. Sungguh bermuka dua, pikirnya. Papannya harus tau bagaimana pria tersebut menatap mesum anak gadisnya ini.

"Ayo, Pa! Nanti aku ketinggalan kelas.."

"Iya sebentar." Wilan menatap putrinya sekilas, kemudian kembali menatap Elkan dengan senyum canggung.

"Saya mau antar anak saya ke kampus dulu. Kalau begitu saya duluan. Mari, nak, Elkan," pamitnya yang dibalas anggukan.

Elkan menatap Wilan yang masuk ke dalam mobilnya, dan saat itu pula ia mengedipkan sebelah matanya pada Kalea yang menengok, menatap ke arahnya. Dengan mengangkat satu sudut bibirnya ke atas, gadis itu mengangkat jari tengahnya ke hadapan Elkan. Dia segera masuk ke dalam mobil menyusul Wilan yang sudaah masuk ke mobil lebih dulu.

Tanpa diduga, Elkan justru tertawa. Ia sungguh terhibur dengan tingkah Kalea yang menurutnya lucu. Namun tawanya seketika terhenti saat ponsel di sakunya berdering dan menampilkan sebuah nama.

"Sial! Gak bisa sabar sedikit apa?!"

*****

"Puas?! Lo hampir bikin perusahaan ini rugi banyak! Lo kalau mau minta cuti sementara waktu juga gue kasih, kok. Seminggu? Sebulan? Dua bulan? Gue cari pengganti sementara. Jangan sok-sokan bisa handle semuanya, sedangkan pikiran lo aja gak fokus! Bisa-bisanya lo rusak cuma gara-gara perempuan."

Elkan yang baru masuk ke ruangannya langsung meluapkan emosi. Beberapa jam yang lalu ia baru saja menyelesaikan masalah, karena mendapat informasi jika perusahaannya hampir tertipu dengan jumlah kerugian yang tidak main-main. Ini terjadi karena kelalaian sekertaris sekaligus sahabatnya yang tidak teliti. Mencampurkan masalah pribadi di tempat kerja sangatlah tidak profesional.

"Gue minta maaf. Janji, hal kayak gini gak akan terulang lagi," kata Jonan, sekertaris Elkan.

Helaan nafas keluar dari mulut Elkan. Hampir saja ia lepas kendali. Mungkin benar jika Elkan mendapat predikat ramah oleh karyawannya. Namun tidak semua orang tau bagaimana jika pria itu marah. Akan terlihat menakutkan, apalagi dengan tatapan tajam dari mata elangnya. Berlaku untuk siapapun yang membuat masalah dengannya, seperti Jonan contohnya.

Crazy Or SexyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang