𓄷 O2.

158 30 100
                                    

"Hiro-kun bodoh!" Makian kecil keluar setelah sebulir air mata mengalir membasahi pipi. Aura suram kembali hadir, kakinya masih merasakan nyeri yang hebat dengan darah yang keluar sedikit demi sedikit.

Aira melangkah sendiri ke arah mobil van yang membawanya ke sini tadi. Sepi, karena yang lain menikmati waktu pribadi di musim pencerah hati ini. Dibukanya pintu van, dan membuka laci tempat obat-obatan.

"Sakit...." rintihnya sembari mengusapkan obat kepada luka goresan yang didapatnya.

" rintihnya sembari mengusapkan obat kepada luka goresan yang didapatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tatsumi-senpai! Tolong beritahu aku apa yang mungkin bisa memperbaiki semua ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tatsumi-senpai! Tolong beritahu aku apa yang mungkin bisa memperbaiki semua ini. Aku akan melakukan apapun untuk mengembalikan senyum Aira!"

"Fufu, semangatmu selalu membara untuk hal apapun. Aira-san sedang ada dalam suasana hati yang buruk, ya?"

"Umu, karena diriku."

Hiiro menunduk sekilas, "Mungkin Aira akan memaafkanku pada akhirnya, tapi aku akan tetap marah pada diriku."

Tatsumi menepuk-nepuk bahu dan surai merah Hiiro, menghibur sang pemimpin unitnya yang sedang merasa bersalah. "Coba kau ingat-ingat, apa yang disukai oleh Aira-san."

"Hmmm ... idol?" celetuk Hiiro. "Apa aku harus menyanyikan lagu ALKALOID untuknya?"

"Menurutku itu tidak akan mengubah apapun. Coba ke hal lain, seperti barang? Makanan? Atau sesuatu yang dapat memicu perasaan senang yang tulus dari hati?" ucap Tatsumi, berharap pikiran Hiiro terbuka lebih luas. Walau mungkin sepele, setidaknya berguna untuk keharmonisan di masa depan.

"Juga, kita sekarang berada di pantai, jadi lebih mudah untuk mendapatkan hiburan." tambahnya sambil mengaduk minuman di genggamannya.

"Hm...."

"A–ah, Hiiro-san ... aku tidak yakin dengan ini tapi mungkin kau bisa memberikan makanan manis? Uu maaf, aku hanya bisa mengusulkan itu, karena itu sering terjadi di Klub Pecinta Manisan...."

Hiiro berpikir, "Manisan, Klub Pecinta Manisan ...." Wajahnya tampak serius, karena Ia ingin memberikan yang terbaik. Ide tak kunjung muncul, otak polosnya belum dipenuhi inspirasi. Hiiro mengulang-ngulang saran dari Tatsumi dan Mayoi di otak dan benaknya.

"Klub Pecinta Manisan ... OH, Mayoi-senpai! Terima kasih banyak!!"

"hIIIH?! T–tolong jangan serang aku dengan pelukan s–secara tiba-tiba Hiiro-san!!" pekik Mayoi karena terlalu terkejut dengan serangan Hiiro yang tak disangkanya. Hiiro hanya tertawa dengan reaksi Mayoi, Tatsumi juga terkekeh melihat keduanya.

"Aku menyayangi kalian! Terima kasih!!" kata Hiiro, lalu Ia melepas pelukan dan meninggalkan senpai-senpainya dengan senyum keyakinan tinggi. Maniknya bersinar, menyiratkan harapan yang ada dalam dirinya, mengembalikan senyum Aira.

"Semoga Tuhan menyertai dan membimbingmu untuk memberikan yang terbaik, Hiiro-san."

Hiiro berlari menuju kedai-kedai lain, sambil berkata, 'Tunggu aku, Aira!'

yeoubi › hiiaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang