The Truth

1.4K 130 25
                                    

"Apa kamu tau, kalau sebenar nya El menyukai Nasya sejak dulu? Jauh sebelum dia menikahi nya untuk misi Annie?" Tanya Valery dengan suara sendu.

Valery duduk di teater room dengan suasana gelap karena lampu telah di matikan. Di shaf belakang kursi nya berselang dua tempat duduk ada Juan menemani nya. Menurut mereka ini adalah tempat yang paling aman untuk berbicara berdua yang minim kemungkinan bagi mata-mata BOS mendeteksi nya.

"Aku tidak tau, itu hanya teori mu saja. El bahkan tidak pernah berbicara ni wanita itu padaku. Setahuku seseorang akan berbicara banyak tentang seseorang yang dia sukai kepada sahabat nya" Balas Juan mencoba menentang teori Valery yang membuat wanita itu bersedih.

"Tapi aku sangat mengenal El. Bahkan aku yang pertama berhasil mendekati dia di sini. Aku tau selera nya tidak berubah, dia masih menyukai hal-hal yang sama meskipun ingatan nya berbeda. Sama hal nya dengan dia yang selalu menyukai Nasya dan tidak berubah" Valery menghela panjang menahan suara nya yang tercekak "El menyukai Nasya sejak dulu, hanya saja saat itu dia memiliki kontrol emosi yang sangat bagus sehingga bisa menyembunyikan semua nya. Dan sekarang saat kontrol emosi nya rusak, dia tidak perlu lagi menyembunyikan perasaan nya, dua mengatakan apa yang sebenar nya yang dia rasakan tanpa harus menahan nya lagi"

"Kamu adalah yang di takdir kan untuk bersama El, Nasya hanya persinggahan sementara. Dia pasti akan kembali padamu" Tutur Juan.

"Tidak Juan. Aku adalah yang di rencanakan bersama El. Tapi Nasya lah yang di takdir kan untuk nya" Balas Valery.

***

Nasya memasuki kelas sastra dengan langkah terburu-buru. Dia hampir terlambat, dan sama sekali tidak punya gambaran seperti apa dosen di sini akan menghukum mahasiswa yang terlambat. Maka dia berusaha untuk tidak terlambat dengan langkah seribu nya.

Begitu memasuki ruangan kelas yang seharusnya sudah full dengan mahasiswa yang, dia malah mendapati hanya dirinya sendirian di dalam ruangan kelas. Tak lama kemudian pintu pun tertutup dan sangat bisa d tebak seseorang sengaja mengunci nya di dalam ruangan itu.

Adelard muncul dari balik meja dosen, tersenyum miring kepada Nasya setelah merasa berhasil mengelabui Nasya dengan rencana yang entah itu apa. Tentu saja, dia adalah seorang pangeran, bisa melakukan apa saja yang dia mau termaksud membatalkan kelas perkuliahan untuk urusan sepele.

"Kamu tidak perlu melakukan ini hanya untuk berbicara berdua dengan ku, orang-orang di kampus ini perlu belajar" Ujar Nasya dengan santai.

"Kamu sangat sulit untuk ku ajak berbicara. Aku bahkan berencana menculik mu nanti jika kamu tetap membuat nya sulit" Balas El dengan sedikit ancaman seraya mendekati Nasya dengan tatapan yang bisa di katakan sangat mengintimidasi.

"Aku tidak takut padamu" Tandas Nasya dengan wajah santai nya.

El mendekatkan wajah nya pada Nasya, masih dengan tatapan yang sama. Tatapan tajam dari bola mata nya yang mampu membuat jiwa lawan bicara menciut. Tapi tidak bagi Nasya, dia rindu dengan tatapan itu. Saat pertama kali melihat tatapan itu, jantung Nasya berdetak kencang begitu pun dengan sekarang.

"Kamu akan menyesali kata-kata mu" Ancam El.

Nasya membalas nya dengan senyuman sinis, untuk dirinya yang sudah melewati banyak hal, melewati beberapa maut, dan mengorbankan segalanya untuk sampai di sini mencari El, ancaman seperti itu bukan apa-apa lagi bagi nya "Kamu bahkan tidak tau apa-apa tentang ku. Jika kamu tau, kamu akan mengerti bahwa ancaman mu ini bukan apa-apa"

El mengangguk "Baiklah, jika itu tantangan mu. Aku akan mencari tahu tentang dirimu sampai ke setiap sel terkecil mu"

"Tidak perlu. Untuk seseorang yang bahkan tidak mengenali dirinya sendiri, tidak ada guna nya mencari tau tentang orang lain" Balas Nasya mencoba memalingkan wajahnya, namun El segera menahan nya hingga posisi mereka semakin dekat.

My Dangerous HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang