4. Hug

5.8K 491 65
                                    

Jlebb beban.

"Maksud Anda apa berkata anak saya beban? Saya sebagai orang tuanya tidak pernah merasa anak saya adalah beban. Jadi jaga ucapan Anda." Kata wanita paruh baya yang baru saja datang sudah disuguhi pertengkaran anaknya.

Reyhan yang tahu Bundanya sudah datang pun langsung melepaskan cengkramannya.

"Selama ini saya diam, saya izinkan Anda tinggal disini. Tapi apa ini balasan Anda? Sekarang saya tanya, apa yang Anda bangga-banggakan? Bangga berhasil mengurus perusahaan suami saya yang sahamnya setengah adalah saham milik saya?"

"Atau bangga menjadi anak dari seorang istri simpanan?" Lanjut Bunda nya membuat kedua kakak beradik itu speechless.

Tak ada balasan dari perempuan itu tapi air matanya sudah mengalir di pipinya

"Cukup! Apa hak anda berkata seperti itu!!!" Bentak laki laki yang bernama Al di depan Bunda Reyhan.

"Berani lo bentak bunda gue hah?!!" Kesal Reyhan ingin memukul Al namun lagi lagi terhentikan dengan suara bariton pria paruh baya.

"REYHAN!"

PLAK

Bunda yang melihat anaknya ditampar pun terkejut begitu pula dengan orang orag disana yang menyaksikan.

"Apa apaan kamu nampar anak kita!" Balas Bundanya menarik Reyhan ke
pelukannya. Tapi tak sampai 3 detik reyhan sudah melepaskan diri dari pelukan Bundanya.

Reyhan menatap Ayahnya dengan rasa marah, benci, kecewa semuanya campur aduk.

"Ayah tau apa yang bikin Rey benci sama Ayah? Ini" kata Reyhan menunjuk tangan Ayahnya. "Ini tangan yang selalu nyiksa Rey dari kecil sampe sekarang! Ayah tau kalo bukan bunda yang nahan Rey buat bales perbuatan ayah ini. Mungkin Ayah udah di..."

Perkataan Reyhan terhenti, ia tak sanggup melanjutkannya. Satu air matanya menetes. Seharusnya laki laki tidak boleh menangis tapi, dia tidak bisa menahannya.

Reyhan beralih menatap kakak beradik didepannya itu "Puas lo liat keluarga gue berantem mulu?" Setelah mengucapkan itu Reyhan beranjak pergi meninggalkan rumah dan tak lupa membawa ponselnya dan kunci mobil.

Bunda nya yang melihat itupun langsung menuju kamarnya menangis. Ia kecewa dengan tindakan suaminya yang menampar Reyhan. Reyhan anak kandungnya sendiri, bisa-bisanya ia tampar di hadapan anak istri simpanannya itu.

Sedangakan dua kakak beradik yang diduga membuat kekacauan malam itu sedang dikamar meratapi nasib mereka.

"Kamu gapapa?" Tanya kakak perempuan itu pada Al.

"Harusnya aku yang tanya itu sama kakak, kakak gapapa?" Katanya Al mengulang pertanyaan kakaknya.

"Kakak gapapa. Lain kali jangan adu mulut sama Reyhan lagi ya? Ga enak sama Om"

"Om? Dia orang tua kita sekarang kak. Jadi panggil dia Ayah" kata Al.

"Mm kakak tau, kakak cuman belum terbiasa manggil dia Ayah. Maaf"

"Gapapa, leher kakak aku kompresin air dingin ya biar ga memar?" Kata al meminta izin.

Kakaknya mengangguk. "Kamu ambilin kompresannya aja, biar kakak sendiri yang ngompres. Kamu pasti banyak tugas kuliah kan?" Tanya kakaknya yang tahu adiknya ini mahasiswa baru jadi pasti banyak kerjaan.

"Engga, Al ga banyak kerjaan. Kerjaan yang penting buat Al itu cuman jagain kakak." Kata Al lalu beranjak pergi mengambil kompresan untuk kakaknya.

Disana kakaknya mengambil beberapa obat tidur agar ia cepat menghilangkan perkataan Bunda Reyhan yang menusuk hatinya.

"Kalo bukan karna Mamah yang nyuruh gue kesini juga gue ga bakal mau jadi babu keluarga ini" gumamnya mengeklaim dirinya sebagai babu karena ia selalu mengurusi perusahaan orang lain. Bukan perusahaan orang tua kandungnya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Possessive WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang