Setelah dua bulan menjadi asisten Stefan, Yuki mulai terbiasa dibentak atau dimarahi lelaki itu. Bahkan tak jarang Yuki membalas kata-kata Stefan yang pedas. Semua itu karena pada dasarnya Yuki bukan orang yang akan diam saja ketika ditindas.
Yuki memasuki rumah Stefan menggunakan kunci cadangan. Pemilik rumah sendiri yang memberikannya, karena pagi ini mereka akan pergi ke luar kota, Yuki diperintah Stefan untuk datang pagi buta dan membantunya mempersiapkan segala kebutuhan Stefan.Pembantu di rumah ini- Mbak Lala, tidak datang sebab sudah Stefan liburkan sejak kemarin. Mereka akan pergi untuk dua minggu ke depan. Yuki sebenarnya masih belum tahu ke mana tujuan kali ini, dan untuk apa dia harus ikut. Tapi sebagai asisten yang baik Yuki akan ikut ke mana Stefan pergi, sesuai perintah dan bonus yang dia dapat.
"Mas Stefan, bangun. Katanya nyuruh saya siap-siapin semuanya hari ini." Yuki berdiri di depan kamar Stefan yang tertutup. Mengetuk berulang kali sembari memanggil-manggil nama bosnya.
Namun sudah lebih dari dua puluh menit tak ada jawaban dari dalam.
Yuki berdecak kesal. Dia lalu memberanikan diri menekan pintu, dan ternyata tidak dikunci. Selama dua bulan menjadi asisten Stefan, Yuki hanya baru memasuki dua tempat. Dapur dan ruang kerja Stefan. Karenanya Yuki hanya berani mengintip dari celah pintu. Setelah memastikan tidak ada bantal yang akan melayang padanya, Yuki memasukkan seluruh tubuhnya ke kamar Stefan.
Awalnya Yuki pikir dia salah masuk, tempat itu lebih mirip gudang daripada kamar tidur. Tapi untungnya dia melihat sosok Stefan di atas kasur, dengan keadaan setengah telanjang.
Yuki terkesiap, mengalihkan pandangan dengan cepat. Seumur hidup, Yuki nyaris tak pernah berurusan dengan laki-laki. Apalagi yang setengah telanjang seperti itu. Tapi sekarang sosok setengah telanjang itu apa di depan matanya, seperti hidangan yang khusus dipersembahkan hanya untuk Yuki.
Melihat punggung yang liat, bisa dipastikan Stefan memiliki dada yang bidang pula. Lalu lengannya yang menutup kepala itu, bisepnya menonjol pas dan terlihat kuat.
Yuki menampar pipinya sendiri sebelum otaknya merangkai imajinasi diluar akal waras. Meringis merasakan tamparannya sendiri, Yuki berjalan mendekati Stefan yang telungkup dengan selimut yang terkapar di bawah tempat tidur.
Dia tidur sambil main kuda lumping? Heran Yuki, melihat betapa kacaunya tempat tidur Stefan.
Yuki berdiri di samping tempat tidur, berpikir bagaimana baiknya. Dibangunkan atau menunggu saja sampai bangun. Sambil ragu, Yuki akhirnya mengguncang pundak Stefan. Memanggil namanya sampai tubuh itu menggeliat, Stefan mengerang merasa terganggu.
Yuki mundur dua langkah saat Stefan mulai membuka matanya. Awalnya tak begitu jelas, namun setelah Stefan mengerjapkan matanya beberapa kali, bayangan tubuh kurus dengan sweater kebesaran itu semakin jelas terlihat.
"Ngapain lo di sini!?"
Yuki tidak terkejut sama sekali, mengingat bagaimana sifat Stefan selama dua bulan bersamanya, sudah pasti Yuki akan dimarahi. Gadis itu hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi, namun semburat merah muda samar-samar terlihat di pipinya yang bulat.
Stefan kalang-kabut meraih selimut di bawah tempat tidur, menutupi tubuh atasnya yang polos.
Tingkahnya sudah seperti gadis perawan yang didatangi kolor ijo saja. Yuki membatin jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLORFUL : Spin off IN WHITE
FanfictionColorful : Spin Off In White Yuki Salendra- yang nyaris putus asa akhirnya mendapat pekerjaan. Tapi bagaimana jadinya jika dia harus bekerja pada Danaru Stefano- seorang pelukis muda yang arogan, pemarah dan galak. "Pantes gajinya gede." Sebuah kisa...