3. Seminar.

144 30 2
                                    

Bandar udara I Gusti Ngurah Rai adalah salah satu bandar udara yang paling sibuk di Indonesia, bahkan menempati posisi ketiga sebagai bandar udara terbaik di dunia. Lalu di sinilah Yuki sekarang, menginjakkan kakinya di tanah dewa ini.

Mimpi saja tak pernah.

"Ngapain bengong di situ, buruan." Dari kejauhan Stefan berteriak.

Yuki mendengus, baru saja akan berkhayal namun Stefan sudah menghempaskannya kembali ke tanah. Sambil mengomel dalam hati, ia segera mendekati Stefan dengan kedua tangan penuh tas.

"Mas bawa tas sendiri dong." Keluhnya ketika berdiri di hadapan Stefan. "Berat tahu."

"Terus apa gunanya gue bawa lo. Nggak usah banyak ngeluh, masukin barang-barang ke mobil. Gue mau cepet-cepet istirahat di hotel." ucap Stefan, memasang kaca mata hitam dengan gaya angkuh.

Ketika mobil van hitam berhenti di depan keduanya, Yuki segera memasukkan tas dan beberapa lukisan yang Stefan bawa ke bagasi, dia bilang pada akhir seminar nanti lukisan itu akan dipamerkan bersama dengan lukisan dari peserta yang lain.

Benar, dua minggu kedepan Yuki akan mendampingi Stefan mengikuti kegiatan seminar. Acara ini sudah Stefan ikuti sejak lama, sejak dia memutuskan serius menekuni dunia pelukis. Biasanya Stefan akan pergi bersama Hito atau sendiri, tapi tahun ini Yuki yang menemani. Mungkin ini akan menjadi kegiatan tahunan Yuki juga, itupun jika Stefan tak memecatnya di tengah jalan.

Ada beberapa kegiatan yang akan mereka ikuti nantinya, Yuki belum tahu pasti, tapi mungkin akan menyenangkan jika orang seperti Stefan saja mengikutinya setiap tahun.

Yuki jadi tidak sabar.

Stefan yang menutup matanya dengan kacamata, diam-diam memperhatikan Yuki. Tersenyum tipis melihat binar antusias di mata gadis itu.

***

Satu jam kemudian, mobil van itu berhenti di parkiran pribadi yang ada di hotel. Stefan meninggalkan Yuki yang kerepotan membawa tas dan barang-barangnya, beruntung pak sopir mau membantu Yuki membawa barang-barang itu sampai di lobi.

"Terima kasih Bli." Senyum Yuki ramah. Pak sopir pergi setelah membalas senyuman Yuki.

Yuki mengerutkan keningnya melihat Stefan digelantungi oleh seorang wanita di depan meja resepsionis. Wajahnya kaku seperti menahan jengkel. Yuki segera memasang tas di punggung, tangannya penuh tas milik Stefan. Samar-samar Yuki mendengar Stefan yang marah-marah pada resepsionis di depannya, selagi tangannya berusaha menyingkirkan wanita yang memeluk lengannya kuat.

"Kenapa mas?" tanya Yuki penasaran.

Stefan dan wanita yang menggelayuti lengannya menoleh. Stefan menyentak tangannya hingga pegangan wanita itu lepas dengan paksa. Wanita itu protes dengan gaya manja.

"Stef, kok kamu gitu sih." Dia Alice, nama panjangnya Alicia Manuella. Yuki tak begitu mengetahui tentangnya, tapi yang dia tahu wanita ini adalah salah satu pelukis baru yang sedang naik daun sama seperti Stefan.

"Berisik lo! Jauh-jauh dari gue." seru Stefan yang sudah tidak tahan. Disambarnya kunci kamar yang tergeletak di atas meja.

Ketika Stefan pergi dengan langkah lebar, Yuki setia mengikuti di belakangnya. Alice yang sempat melihat pada Yuki melempar tatapan sinis. Yuki hanya bisa menaikkan sebelah alisnya bingung.

Keduanya naik ke lantai tiga. Dari partisi kaca yang mereka lewati, Yuki bisa melihat pemandangan indah dari atas sini. Pasir pantai yang putih, laut lepas yang biru, hijau pepohonan, langit cerah dihias awan, pantas saja dewa tinggal di sini.

Mereka berhenti di depan pintu kamar. Stefan tak segera membuka pintu, ia hanya terpaku sembari memandangi kunci kamar.

"Mas, buruan buka pintu. Tangan saya copot nih lama-lama." ujar Yuki yang mulai pegal.

COLORFUL : Spin off IN WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang