6

18 4 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hujan turun dengan deras, membuat Sasi terpaksa menunggu sampai hujan reda, setidaknya sampai bulir air yang jatuh ke bumi berkurang.

Sasi berada di depan ruko yang sudah tutup, lantaran perintah Mamanya untuk membeli keperluan dapur di minimarket, ia jadi terjebak disini. Dan sialnya Sasi tak membawa handphone serta jas hujan.

"Belanjaannya!" teriak Sasi, berlari ke arah motor segera menyelamatkan kantong plastik penuh barang.

"Anjirlah tambah basah baju gue," gerutu Sasi seraya memeriksa pakaiannya.

Silau dari lampu motor membuat Sasi menyipitkan mata, dan memilih membuang muka ke samping, tak peduli dengan orang yang baru saja datang, mungkin juga ingin berteduh seperti Sasi.

Sasi merasakan seseorang berdiri di sampingnya, "Lo percaya takdir?"

Suara itu membuat Sasi spontan mengarahkan seluruh perhatian kepada orang disampingnya, memperhatikan Naren yang sekarang tengah mengacak rambutnya yang sedikit basah, "Nggak."

Kali ini mata Sasi turun pada pakaian Naren yang lumayan basah. Lalu turun lagi pada celana jeans yang dipakai Naren. Terlihat bagian depannya sudah sangat basah. "Ngapain berteduh kalo udah basah? Tanggung amat." gumam Sasi.

"Lo ngomong apa?" tanya Naren, membuat pandangan Sasi kembali pada mata coklat itu, "Nggak."

Naren membalas pandangan Sasi, "Menurut gue ini takdir."

"Maksudnya?"

"Kita ketemu disini? Menurut gue ini takdir." jelas Naren.

Sasi tertawa, "Ini cuma kebetulan aja kali. Serius amat lo."

"Oh ya?"

"Iyalah."

Setelahnya, tak ada obrolan lagi. Sasi sibuk melamun, sedangkan Naren mengeluarkan rokok, menghidupkannya, lalu mulai menikmati.

Sasi melirik pada Naren. Kali ini ia akan membiarkan Naren, memilih tak peduli. Lebih tepatnya ia tak ingin sesuatu mengalir lebih jauh, sehingga ia tak bisa mengatasinya.

Untungnya ia tak hanya berdua dengan Naren di sini. Ada dua orang disampingnya, laki-laki dan perempuan. Mereka sudah ada sejak pertama Sasi berteduh. Ia tebak mereka sepasang kekasih. Tapi bodo amat, yang penting Sasi tak merasa canggung pada Naren.

Tak ada tanda-tanda hujan akan berhenti, Sasi sudah mulai bosan. Ia melihat kesamping dan terkejut melihat pasangan itu, "Anjirlah! Gak berperasaan banget!"  batinnya.

Sasi harus segera pergi dari sini sebelum ia menginginkannya juga. Ia kembali melirik. Sasi langsung menyadari bahwa ia juga mulai kedinginan sekarang.

Sasi menghela napas kasar, "Kenapa lo?" tanya Naren setelah sempat melirik pasangan itu.

"Ini hujan kapan berhentinya sih?" dengus Sasi.

"Gue ada jas hujan. Mau lo pake?"

Sasi mengernyit, "Lo bawa jas hujan?"

"Iya."

Sasi merasa Naren sedang mabuk. Naren membawa jas hujan tapi malah membiarkan tubuhnya basah dan memilih berteduh disini. "Mana? Gue pinjem kalo gitu."

Naren berlari ke arah motornya untuk mengambil jas hujan, menyodorkannya pada Sasi. "Lo serius gak pake ini jas hujannya?"

"Pake aja."

Sasi tambah bingung, "Lo mabuk ya?"

"Bawel ah. Mau gak nih?" kesal Naren.

"Iya iya." Setelah selesai memakai jas hujan milik Naren yang kebesaran itu. Ia memilih beranjak dari sana seraya berterimakasih pada Naren.

"Memang bukan," kekeh Naren "Kenapa gue mendadak percaya takdir?" batinnya.

Sasi melajukan motornya dengan pelan, "Bukannya semua yang terjadi udah di atur ya? Dan itu disebut takdir. Kenapa juga dia nanya gitu?"

***




______________________________


Agustusan kali ini, kalian ikut lomba apa aja guys??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agustusan kali ini, kalian ikut lomba apa aja guys??

Tim sepi karena gak ada acara atau Tim rame punya banyak kegiatan ?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruri NarendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang