Alarm diatas nakas telah berbunyi sejak tadi. Namun gadis dibawah selimut yang menutupi seluruh tubuhnya enggan membuka mata. Ia lebih memilih berpura-pura dan tetap melanjutkan tidur, hingga bunyi alarm itu berhenti. Biarkan saja, toh akan ada alarm yang kedua.Selalu seperti itu, setiap pagi.
Tepat sepuluh menit alarm pertama berbunyi, tibalah alarm kedua. Dengan malas dan terpaksa, gadis yang biasa dipanggil Sasi itu bangun dari tempat tidurnya.
Terdengar bunyi ketukan pintu, bersamaan dengan suara mamanya, Melia. "Sasi? Udah bangun sayang?"
"Udah ma." balasnya, melanjutkan langkah menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar.
Kamar Sasi memiliki luas yang cukup. Sangat nyaman untuknya sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar.
Berlantaikan keramik putih polos, dinding yang berwarna cream agak kekuningan. Sebuah tempat tidur berukuran besar di sisi kanan, dengan meja rias disampingnya.
Sebuah meja belajar yang menghadap langsung ke jendela. Dan lemari pakaian di sisi kiri kamar, dekat dengan pintu kamar mandi.
Setelah lima belas menit berkutat di kamar mandi, Sasi keluar dengan wajah yang segar dan bersemangat.
Selesai berpakaian, ia duduk di meja rias. Berhadapan dengan cermin, tengah memerhatikan wajahnya.
Sasi bukan orang yang memakai make up tebal ke sekolah. Tapi ia juga tak ingin wajahnya terlihat buruk. Maka ia selalu berdandan walau hanya tipis-tipis saja.
***
Sasi menuruni tangga saat waktu menunjukan pukul 06:30. Berjalan menuju dapur menemui kedua orang tuanya yang sedang sarapan, "Pagi Pah, Mah."
"Pagi sayang, tidur nyenyak?" balas Ferdian, Ayahnya.
"Dia selalu tidur nyenyak Pah. Bangun di alarm kedua. Selalu begitu." ejek Melia.
"Mamaaa ...." rengekan Sasi membuat keduanya tertawa.
Pagi yang manis. Tapi, tidak semua anak bisa merasakannya.
Tidak ada yang sempurna bukan?
***
Pagi bagi Naren adalah awal memulai hal buruk. Setiap kali ia membuka mata, Naren selalu menghela napas. Entahlah, ia hanya tak bersemangat.
Hari ini, Naren akan menjadi murid baru di SMA Lentera. Setelah kemarin ia di keluarkan dari sekolah lamanya karena membuat keributan yang menyebabkan temannya babak belur dan dirawat di rumah sakit. Alhasil, Naren melakukan transmigrasi.
Laju motor melambat dan akhirnya berhenti saat Naren berada di depan sekolah barunya, "Oke. Selamat datang Ruri Narendra. Semoga lo dapat cewek disini."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruri Narendra
Novela JuvenilRuri Narendra. Remaja penuh rahasia yang pintar menutupi luka. Menjadi murid baru, Naren dipertemukan dengan gadis bersifat magnetis dan sangat menggoda yang berhasil menarik perhatiannya. Bisakah Naren menaklukkan tanpa melibatkan luka di dalamny...