Kiki?

425 88 58
                                    

"Gina, cepetan!" teriakan Nathan pagi itu membuat Gina berdecak.

Ini baru pukul 06.15 dan Nathan sudah meneriakinya seperti itu.

"Gina bareng Kiki!"

"Nggak! Kamu kakak anter."

Gina yang sedang berada dalam kamar berancang-ancang membalas teriakannya, tapi terurungkan karena suara Vano terdengar.

"Ginaaa main yuk!"

Bocah itu nyelonong ke dalam rumah, melewati Nathan yang menatapnya datar.

Inilah rutinitas pagi mereka. Sejak Grace tiada, Gina memilih tinggal bersama Nathan. Jadi Rey dan Jinga membeli rumah di samping rumah Nathan.

Sam dan Letta juga tak keberatan atas keputusan Gina. Sedangkan Raka, rumahnya berada di depan rumah Gina. Mereka seperti kakak adik yang kemana-mana selalu bersama.

Ok back.

"Siapa suruh kamu masuk?" Nathan menghadang ketika Vano akan menaiki tangga menuju kamar Gina.

Vano yang terkejut hampir saja terjungkang ke belakanng. "Astagfirullah setan!" ucapnya sambil mengelus dada.

Nathan melotot, merasa tak terima. "Sialan."

Sedangkan Gina di ujung tangga atas tertawa terpingkal-pingkal. Baginya Nathan dan Vano itu seperti kucing dan tikus.

Sebelum perdebatan makin panjang, gadis itu segera melerai. "Udah-udah. Kak Nath, Gina berangkat bareng Kiki aja."

"Ngg--"

"Kak, udah setengah tujuh loh. Kakak nggak telat emang?" peringat Vano. Sengaja memancing Nathan agar segera pergi.

Nathan melirik jam dinding. Tanpa pikir panjang segera mengambil tas kerja di sofa dan beranjak keluar.

Tapi sebelum benar-benar keluar, dia berucap, "Gina kenapa-napa habis kamu!"

"Hilih." Vano mendelik. "Pesannya itu-itu aja perasaan."

"Ya terus mau lu pesannya kayak gimana?"

Berfikir sesaat, Vano menjentikkan jarinya. "Gina ilangin aja, nggak usah dibawa pulang."

Refleks Gina memukul kencang pundak pemuda itu membuatnya meringis.

"Ayo berangkat. Masih beli makan juga kan." Vano merangkul Gina, kemudian mereka menuju motor untuk berangkat.

Di tengah perjalanan, Gina sedikit berteriak pada Vano, "Ki, gue nggak sarapan ya? Nggak laper massa."

"Lo mau gue dibunuh Kak Nath?"

Gina mendengus. Selalu saja seperti ini, apa-apa pasti Nathan. Kadang dirinya jengah, tapi juga selalu bersyukur atas hal itu.

Beberapa menit setelah perjalanan dan sarapan, mereka sampai di sekolah.

Semua tampak biasa. Karena mereka hanyalah murid biasa, bukan most wanted atau sejenisnya.

Mereka sekolah di SMK Permata Biru, sama-sama mengambil jurusan Bisnis Daring Pemasaran. Karena mereka ingin mendirikan usaha bersama-sama suatu hari nanti.

Mereka memasuki kelasnya, yaitu BDP 1. Langsung disambut heboh tetang gosip hari itu.

"Woii, pada tau kaga?" tanya si gadis berambut sepinggang yang tergerai indah. Sengaja tak ia ikat karena belum bel masuk. Namanya adalah Markonah.

Gina yang baru saja mendudukkan pantat lantas menoleh. Begitu juga dengan yang lainnya. "Apaan?"

"Ituloh si Lucinta Luna," lanjutnya sambil berpindah ke depan meja Gina yang ramai oleh perempuan.

RETISALYA (S2 TRSG!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang