Angel sudah berada dikamar kesayangan miliknya. Ia tengah menatap langit malam dari balkon kamarnya berharap sang Ibu mendatanginya seperti waktu itu. Menanyakan ada apa sebenarnya dan memberikannya beberapa saran untuk membuatnya sadar.
Angel tersenyum kecut, entah kenapa semua orang membuatnya kecewa. Apa ia adalah manusia yang jahat sampai-sampai harus selalu menerima kekecewaan?
Apa kesalahan ia dulu sampai membuatnya hidup menderita seorang diri sampai saat ini?
Pertama, Ayahnya, cinta pertamanya, pergi meninggalkan keluarga kecilnya hanya untuk menikahi sosok wanita bernama Reina Maragetta.
Kedua, kakak laki-lakinya, pergi meninggalkan dunia karena merasa tertekan atas berpisahnya Ayah dan Ibunya.
Lalu Cecil, Ibunya, ikut pergi meninggalkan ia selama-lamanya.
Tolong untuk kali ini saja,
Biarkan Cakrawala menetap untuk selamanya.
Tolong untuk kali ini saja, Angel berharap bahwa bahagianya tidaklah lagi semu.
Angel ingin merasakan bagaimana nikmatnya bahagia bersama orang yang kita cinta.
Sudah cukup satu persatu keluarganya pergi meninggalkannya, bolehkah Angel egois untuk kali ini saja?
Meminta kepada Tuhan untuk tidak membawa Cakrawala pergi meninggalkan dirinya.
Demi Tuhan, Angel tidak akan bisa jika harus tanpa Cakrawala. Kelancangannya karena sudah menjadikan Cakrawala hidupnya sekarang justru membuatnya mendapatkan malapetaka.
Entah apa yang harus ia lakukan jika kehilangan Cakrawala selama-lamanya. Hanya satu yang bisa ia pastikan,
Hancur berkeping-keping karena sebuah perpisahan, lagi.
Angel menghela nafas pelan, ponselnya sejak tadi terus berdering menampilkan nama Cakrawala. Angel enggan untuk mengangkat panggilan-panggilan Cakrawala. Membalas pesannya saja rasanya malas. Apakah ini yang dinamakan pertengkaran antar sepasang kekasih? Entahlah, Angel tidak paham.
Dilain sisi, Cakrawala pun sedang menikmati hembusan angin malam di balkon kamarnya. Sudah beberapa kali ia menghubungi Angel tapi tidak ada satu panggilan diangkat sekalipun.
Cakrawala menghela nafas lelah, rasanya sungguh lelah memikirkan percintaannya yang ternyata serumit ini. Dalam hal memperjuangkan bahkan setelah mendapatkan Angel pun Cakrawala masih mengalami kesulitan.
Apakah ia salah berbicara? Padahal itu memang ucapan yang sesungguhnya. Tidak ada yang bisa memisahkan Angel dan Cakrawala kecuali,
Kematian.
Pintu kamarnya dibuka oleh sosok lelaki berumur sama sepertinya. Lelaki itu berjalan kearah balkon dimana ada Cakrawala yang tengah termenung.
"Berantem sama dia, bang?" tanya lelaki yang sudah duduk manis disamping Cakrawala.
Cakrawala menoleh. "Entahlah, La. Entah memang sebuah pertengkaran atau memang sama-sama saling membutuhkan waktu untuk menyadarkan diri sendiri, apa yang salah dan apa yang benar."
"Dia memang gitu, dua tahun sama dia gue udah kenal semuanya." sahut lelaki yang berada disamping Cakrawala itu.
"Kenapa kamu lepas dia sama abang? Abang jadi kayak orang jahat," lirih Cakrawala.
Lelaki yang sepertinya adik dari Cakrawala itu tersenyum lalu memukul pelan pundak sang kakak laki-lakinya seolah memberi kekuatan. "Lo bukan orang jahat, gue yang jahat karena udah sia-siain dia. Ini tugas lo buat bikin dia bahagia, bang. Jangan anggap diri lo jahat hanya karena mempertahankan cinta lo yang sesungguhnya."
"Gimana kalau dia tau?" tanya Cakrawala dengan lirih.
"Ceritain semuanya pelan-pelan, gue yakin dia paham," jawab sang adik.
"La?"
Lelaki yang dipanggil itu menoleh menatap Cakrawala dengan bingung. Tangannya mengapit rokok sesekali ia menghisap dengan santai dihadapan sang kakak.
"Apa?" balasnya.
Cakrawala tersenyum. "Thanks udah kasih abang malaikat cantik kayak Angel, Skala."
"Apapun asalkan lo berdua bahagia, terutama lo, abang gue, Cakrawala."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGELILKA (END)
Teen Fiction"Skala aku udah pulang dari kampus." "Terus?" "Jemput boleh?" "Enggak, gue sibuk!" **** Awalnya, Cassandra Angelilka mengira bahwa Skala Jayanendra adalah sosok yang semesta kirimkan untuk membuat dirinya kembali tersenyum seperti semula. Tapi sayan...