Wahyu dan teman-temannya saat ini sedang mebully Tara, padahal Tara tidak salah apa-apa tetapi karena mereka senang mempermainkan Tara jadi mereka mebully dia tanpa merasa bersalah. Yang lain mengabaikan kejadian itu, karena ya seisi kelas sangat tidak peduli dengan orang miskin seperti Tara.
"Please Wahyu, jangan buang sepatu gue." Tara memohon-mohon pada Wahyu, dia juga berusaha melepaskan dirinya yang di cengkram oleh dua orang teman Wahyu.
"Lo sebut ini sepatu? HAHAHAHA, seriusan sepatu yang kotor dan berjamur kayak gini?" Setelah Wahyu mengatakan itu dia melihat wali kelas diluar jendela sedang berjalan dikoridor menuju kelas mereka.
Dia kemudian melepaskan sepatu Tara dan membiarkannya jatuh dibawah, tepat di dalam ember cat, kedua teman Wahyu melepaskan tangan Tara dan membiarkan Tara melihat sepatunya yang dia tak tau ada dimana.
"Awas aja lo cepu ke pak Wilos." Bisik Wahyu kemudian berlalu kemejanya.
Semuanya sudah duduk ditempat masing-masing terkecuali Tara yang masih mencari letak sepatunya.
"Tara! Ngapain kamu disana, duduk dibangku kamu sekarang." Ucap pak Wilos, sebenarnya pak Wilos sudah mengetahui apa yang terjadi tetapi dia diam saja karena dia sangat tidak peduli dengan orang miskin seperti Tara. Akhirnya Tara kembali ke tempat duduknya dan berencana akan mencari sepatunya saat istrahat.
"Baik anak-anak, kita kedatangan murid baru."
Seisi kelas terkhusus perempuan berbisik-bisik memuji betapa tampannya pemuda dihadapan mereka itu, tubuh yang tinggi, kulit yang putih, hidung yang mancung dan rahang yang tegas, tak heran mereka memuji betapa tampannya pemuda itu.
"Loh anak baru?"
"Gila, ganteng banget."
"Heh lu udah punya pacar, dia buat gue titik." Balas teman sebangkunya, yang memuji tadi hanya memutar bola matanya sinis sambil berdecak kesal.
"Hei, duduk disini dong! Kosong nih!" Seru zaska sambil menunjuk kursi disampingnya yang kenyataannya sudah ditempati.
"Ck, kosong mata lo buta, lu anggap gue setan apa ngatain tempat gue kosong." Kesal teman sebangkunya, wali kelas yang menyadari seisi kelas kembali ribut memukul-mukul papan tulis dengan pengapus papan.
"Jangan berisik!" Sesisi kelas kembali terdiam, ya seharusnya mereka tidak berisik karena wali kelasnya merupakan guru yang killer, tetapi karena anak baru itu sangat tampan jadi kegenitan mereka tak bisa ditahan.
"Silahkan perkenalkan diri kamu." Ucap pak Wilos mepersilahkan.
"Perkenalkan nama saya Adam evano." Ucap Adam datar, dia tidak tertarik memberitahu informasi lebih tentang dirinya, cukup nama saja.
"Udah?" Tanya yang lain cengo dengan perkenalan Adam yang singkat.
"Masa cuman nama doang sii, kasih tau hobi lo atau apa gitu." Ah Adam sangat tidak suka dengan pertanyaan seperti itu, sangat tidak berguna pikirnya.
Adam hanya mengabaikan pertanyaan cewe tadi dan langsung duduk dikursi kosong tanpa disuruh.
"HAHAHAHA, dikacangin, rasain lo." Ejek temannya yang lain.
Adam yang mendengar keributan didalam kelas sangat tidak suka, ingin rasanya dia memotong satu-persatu pita suara mereka agar tidak membuat keributan.
"Sudah, jangan berisik! Tara karena kamu duduk sebangku dengan siswa baru, bantu dia mengejar ketertinggalannya dan kamu Adam jangan sungkan bertanya kepada teman-teman kamu yang lain. Baik itu saja yang ingin saya sampaikan, bapak pergi, jangan ada yang berisik." Tara mengangguk mengerti sedangkan Adam mengacangi apa yang barusan di sampaikan pak Wilos.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM
Teen FictionSejak pertama kali Adam melihat Tara dia sudah tertarik kepadanya, bagiamana tidak, Tara adalah pria tercantik yang pernah dia temui, tubuh yang langsing, bibir yang merah, kulit yang putih, bahkan saat pertama kali melihatnya Adam mengira Tara tomb...