part 1

32K 3.1K 325
                                    

Seorang gadis tengah duduk di kantin kampus dengan teman-teman se-fakultasnya. Mereka sibuk membicarakan tentang fashion, cowok dan tentang berita yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan.

"Cuk, kenapa ya selama ini gue gak pernah nangis." Celetuk gadis itu membuat semua atensi teman-temannya mengarah padanya.

"Sianjir, please deh kalo nanya yang bener dikit." Ucap salah satu temannya.

"Serius anjir, setelah gue berusia empat tahun, gue inget gue udah gak pernah nangis. Padahal gue pengen nangis biar nih mata jernih sikit." Keluh gadis itu.

Tiba-tiba seorang gadis menyerahkan sebuah buku yang kira-kira tebalnya empat senti.

"Apa nih?" Tanya gadis itu

"Nah Lo coba baca nih novel siapa tau Lo bisa nangis, gue aja nangis ampe tiga hari gegara nih novel. Sedih bat anjir." Ucap gadis itu

"Halah! Emang dasar Lo nya aja yang baperan, najis." Ucap gadis itu membuat temannya mencebik sebel.

"Enggak ya! Emang ceritanya sedih kok, apalagi tuh antagonisnya ihh... Pen gue bejek bejek." ucap teman gadis itu gemas yang membuat semua temannya memutar matanya malas.

***

Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam, kini gadis yang bernama Morgan itu tengah rebahan di atas ranjang besarnya ditangan gadis itu ada sebuah buku dengan cover yang cukup menarik.

"Boleh juga nih covernya." Ucap gadis itu membolak-balik buku tersebut, dia membaca deskripsi cerita itu lalu langsung bergulir ke bagian paling akhir dari novel tersebut seperti kebiasaan pembaca psikopat yang membaca cerita dari bagian belakang atau endingnya.

Butuh waktu lima menit baginya untuk membaca bagian akhir dari novel tersebut.

"Novel apaan nih!? Sedih kagak kesel iya, cuih..." Gadis itu melemparkan novel tersebut keluar jendela saking kesalnya dengan para tokoh di novel itu.

Kamarnya yang langsung mengarah kearah jalan raya, saat melemparkan novel itu keluar jendela suara ban bergesekan dengan aspal begitu terdengar lalu berikutnya suara tabrakan antar kendaraan dan banyak klakson mobil bersahut-sahutan.

Ya. Akibat Morgan yang melempar novel sembarangan mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.

"Miris bat idup si Marissa. Ck ck ck ck memang antagonis selalu ditakdirkan berakhir dengan tragis. Tapi si Laras ngeselin bat sih njir bisanya nangis doang, iya kalau air matanya bisa dijual lah ini nyusahain orang anjir!" Komentar gadis itu tentang novel yang dia baca seolah-olah dia membaca dari awal padahal kenyataanya dia hanya membaca deskripsi ceritanya sekilas lalu beralih kebagian ending. Sialan!

Karna malas memikirkan alur novel yang menambah beban pikirannya dia pun memilih memejamkan mata karna besok dia ada mata kuliah pagi.

"Haah... Si Astrid bangsul banget jadi temen, katanya bikin orang nangis. Apaan! Nangis kagak emosi sama nambah beban pikiran iya." Gumamnya lalu terlelap dalam tidurnya.

***

Jam menunjukkan pukul setengah sembilan, alarm dikamar itu sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu dan kini berbunyi kembali mengusik tidur seorang gadis cantik. Mata tajam itu menyipit guna menghalau sinar matahari yang masuk ke matanya, sembari tangannya meraba sisi ranjang lalu menarik bantal dan melemparkannya pada alarm yang tak mau berhenti berbunyi itu.

"Berisik anjir!" Umpatnya setelah alarm itu jatuh dan retak tak bernyawa:v

Dengan santainya dia memasuki kamar mandi, dua puluh menit berlalu akhirnya dia keluar dengan pakaian rapi tak seperti sebelumnya.

Merapikan buku yang akan dibawanya lalu keluar kamar untuk sarapan.

"Loh kakak baru bangun?" Tanya sang mama yang dijawab deheman dari Morgan

"Mama kira kakak udah pergi soalnya kan kakak kemarin bilang ada jadwal kuliah pagi." Ucapan sang mama membuat Morgan terkejut dia melirik arloji di tangannya dan mengumpat.

"Sialan. Gue telat!" Tanpa ba bi bu gadis itu memasukkan semua roti kedalam mulutnya lalu berlari keluar rumah setelah pamit pada sang mama tentu saja.

Morgan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia melirik kembali pada arlojinya yang menunjukkan pukul setengah sepuluh.

"Astaga. Bisa didepak gue sama si Tante!" Gumamnya gelisah.

"Pake idup lagi nih lampu merah." Ucap Morgan kesal.

"Halah terobos ajalah anjing!" Gadis itu melirik kanan dan kiri merasa aman dia menginjak gas dalam-dalam, dari spion depannya dia dapat melihat motor polisi sedang mengejarnya dengan sirine yang berbunyi.

"Norak bat itu polisi gegayaan pake sirine, najis!" Nyinyirnya.

Karna sibuk memperhatikan kaca spion depannya sampai dia lupa jika didepan sana ada belokan, Morgan refleks memutar kemudinya tetapi nyatanya tak sempat mobilnya berputar seperti adegan di fast and furious membuat ia tak bisa mengendalikannya. Mobil itu kehilangan kendali dan menabrak pembatas jalan.

Kepala gadis itu sudah berlumuran darah akibat benturan yang keras, matanya hampir meredup. Tetapi dia bisa melihat orang-orang berdatangan membantunya.

"Makanya jangan seenaknya menerobos lampu merah, ginikan jadinya. Ck nyusahin!" Ingin sekali Morgan mengajak ribut polisi itu tetapi sepertinya dia tak sanggup dan berakhir menutup mata.

Abis

FIGURAN? NAJIS! (Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang