TIGA.

133 38 2
                                    

   CHENLE LAGI NARIK-narik Minju ke sebuah toko baju bermerk terkenal di mall

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   CHENLE LAGI NARIK-narik Minju ke sebuah toko baju bermerk terkenal di mall.

Minju males banget ngikutin Chenle—Beneran, males, banget. Sepulang sekolah Minju ada ekstra bulu tangkis sampe jam empat, belum les bahasa Jerman (Yang mana Minju sendiri ngak tahu kenapa dia perlu belajar bahasa Jerman?) sampe jam enam sore, terus ini lagi ngajak belanja buat ootd ultahnya Chenle.

"Ju! Bagus yang mana?" tanya Chenle sambil menunjukan dua jenis jas. Satu warna putih, satu warna hitam. Minju yang lagi duduk di sofa, lagi chat-an sama Soobin—Ehem, janjian—Menghendikan bahu. Chenle pun cemberut. "Ayolah! Pilih satu!"

"Pilih aja sendiri!"

"Ayolah! Gue mau kelihatan ganteng di depan dia!"

"Anjir! Lo punya doi?" Minju menghardik Chenle yang keceplosan. Minju ini sama kaya cewe-cewe lain: Suka nge-gosip. Tapi sayang Minju ngak deket sama cewe, jadi temen gibah Minju cuma Soobin. Ketularan deh si Soobin, jadi suka gibah. Sampe kadang kalo Soobin yang mau spill the tea, Minju sampe ngelus dada ngebaca gibahannya Soobin. Ketikannya lebih pedes dari Minju kadang.

"Rahasia! Buruan pilih!" Chenle kembali menodong dua jas kepada wajah Minju.

Karena capek di todong dua jas mahal, Minju asal milih jas warna putih, karena dia suka putih.

"Hmm, oke deh." Chenle kemudian langsung meninggalkan Minju untuk membayar kedua jas tersebut—Bikin Minju menghela nafas dan memaki dalam diam kalau ujung-ujungnya Chenle beli semua. Kalau gitu ngapain nanya pendapat. Kan bikin kesal. Karena Minju kesal, ia pun meninggalkan Chenle yang sedang bayar dan segera menuju dua lantai bawah—Tempat ia janjian sama Soobin—Cie.

Setelah lari-lari, Minju pun menemukan Soobin yang lagi nongki tampan di Starbak—Lagi makan roti lagi dia.

"Heh!" Minju memanggil Soobin dari kejauhan. Soobin pun melambai pada Minju dan mengamati temannya itu sampai si gadis Kim dapat mendudukan diri di kursi yang berhadapan dengan Soobin. Minju pun mendaratkan kepalanya di atas meja. "Capek banget, pengen rebahan," ujarnya kepada Soobin yang asik mengunyah roti.

"Gitu lo iyain buat ketemuan," ujar Soobin. "Kalau capek ya mestinya lo pulang kan?" Soobin jadi ngak enak hati. Soobin hari ini ngak ada ekstra, ngak ada les, dan hidupnya ngak se-padet hidup Minju yang setiap sejam ada aja aktifitas; Kalau tahu Minju capek mestinya Soobin ngak janjian. "Ayo, gue anter pulang."

"Terus lain hari keluar lagi demi kado? Ngak ah males, mending sekalian." Minju merogoh sakunya dan mengeluarkan dompetnya. Ia ingin membeli kopi item karena dari tadi ia haus sekali dan ngantuk. Setelah memastikan Soobin tidak ingin nitip apa-apa, gadis Kim itu segera meluncur kearah mbak-mbak Starbak—Memesan kopi latte (Gajadi kopi item, ntar ngalong), kemudian meminum pesanannya yang jadinya ternyata cepet.

"Jalan?" tanya Soobin kepada Minju yang sedang menegak lattenya. Soobin pun menghela nafas karena kebiasaan Minju yang kalo lagi minum gapernah bisa duduk itu terjadi lagi di hadapannya.

Minju yang lagi minum mengangguk. Jalanlah mereka berdua dalam misi mencari kado yang ga murahan tapi juga ga seharga hutang negara untuk diberikan kepada orang yang sebenernya bisa beli sendiri.

Setelah lama berjalan-jalan akhirnya mereka berhenti di salah satu toko jam. Soobin memutuskan untuk membelikan Chenle jam tangan yang kayanya Rolex, sementara Minju pergi ke toko lain untuk membeli lilin aromaterapi—Biar estetik katanya, kalau bisa sekalian kebakaran rumah Chenle—eh.

Saat sedang berdebat memilih-milih aroma, siku Soobin tidak sengaja menyenggol seorang gadis. Pas Soobin mau noleh untuk meminta maaf, ia terkejut—Minju juga terkejut, karena sosok yang disenggol Soobin adalah Gowon.

"Eh, Gowon." Si pemilik nama hanya mengangguk ketika di sapa. "Lo udah gapapa? Cakaran Heejin udah diobatin?" tanya Soobin. Minju yang mengamati mereka mendapati Gowon sedikit tersentak ketika nama Heejin disebut. Gadis Kim itu menjadi gusar dan tak enak hati tidak menolong Gowon tadi. Gue jadi Gowon juga pasti takut sih, batin Minju sembari menggigit bagian dalam mulutnya. Heejin udah sebelas dua belas orang sinting.

Gowon pun mengangguk. "Kalian ngapain kesini malem-malem? Kalau aku boleh tahu," tanya Gowon dengan suara lembut. "Oh! Lagi nge-date—"

"Cari kado, Won, jangan aneh-aneh," sela Minju. "Lo sendiri?"

Gowon terlihat kaget. "Oh? Kado buat Chenle kah?"

"Lah? Iya." Kini giliran Minju sama Soobin yang mukanya kebingungan. Jari Minju pun menunjuk Gowon. "Lo mau ngadoin aromaterapi juga?"

Gowon mengangguk. Minju pun berdecak.

"Yah, kalo gitu gue pindah toko ya," ujar Minju kepada Gowon. Gowon sempat ingin menahan Minju dan Soobin, namun Minju memberi pengertian kepada Gowon bahwa Minju kepikiran untuk memberikan Chenle parfum, jadi Gowon bisa memberi Chenle lilin aromaterapi. Minju dan Soobin pun berpisah pada Gowon setelah bertukar nomor dan janjian menjemput karena ternyata Gowon tinggal di satu kompleks perumahan yang sama dengan nya dan Soobin.

"Ayo, buru! Takut tiba-tiba Heo Hwall muncul dari atap terus dia ngadoin Chenle parfum." Minju dan Soobin kemudian berlari-lari kecil guna mencari toko parfum yang biasa Minju datangi karena kualitasnya yang baik. Sesampai disana Minju segera mencari-cari parfum. Dilihat dulu komposisinya, dicium baunya mana yang menurutnya enak baunya, sampai dilihat dulu tanggal expirenya, sampai dilihat dulu harganya. Setelah Minju mendapat parfum yang menurut dia paling oke, ia pun segera membeli, kemudian keluar dengan helaan nafas lega.

"Udah? Seneng, hmm?" tanya Soobin kepada Minju. Minju pun mengangguk. "Sekarang ayo cari makan!" ujar Minju sambil berjalan mundur. "Mau makan apa ya? Pengen ikan ba—Eh, maaf-maaf—" Heran banget Minju, kayaknya dari tadi pagi Minju nabrak-nabrak orang terus.

"Wah, elo Nju?" Minju mengernyitkan kening diam-diam karena sudah dua kali ia berpapasan dengan anak dari sekolahnya. Bukannya gak seneng, aneh aja, apa karena mata batinnya masih lagi kebuka ya makanya Minju kerasa aneh-aneh.

Sembari mengusap tengkuknya, Minju menyapa balik, "Hai, Renjun, hai Yiren. Nge-date nih?"

Yiren—Si perempuan yang cantiknya luarbiasa banget, sampe Minju mikir pas pertama kali ketemu Yiren manusia atau bukan, menyapa Minju dengan senyum sumringah. Yiren ini masuk jajaran primadona sekolah. Dia digadang-gadang bakal jadian sama Hyunjin yang primadona sekolah versi cowok, eh ternyata pacarannya sama ketua klub seni—Huang Renjun.

Renjun mengangguk, "Sambil nyari kado Chenle, kan dia habede. Lo juga ya?"

Minju dan Soobin mengangguk.

"Kalo gitu kita duluan ya," ujar Minju sambil pergi kearah berlawanan dengan Renjun-Yiren. "Duluan, hati-hati ya," sahut Soobin yang mengekori Minju.

"Hati-hati juga kalian." Yiren melambaikan tangannya sambil senyum manis.

Setelah dirasa mereka sudah cukup jauh dari pasangan Renjun-Yiren, Minju segera menarik lengan Soobin hingga wajah mereka berdekatan. Minju ternyata sedang membisikan sesuatu kepada Soobin. Sesuatu yang membuat Soobin, "HAH? APA?" dan hampir kesandung anak kecil yang lagi rebahan-rebahan di lantai.

"Demi lo?"

ps: gaada ps :D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ps: gaada ps :D

THE ROYAL: BLOODY BALLETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang