Bioskop, Popcorn, Dan Cinta

402 42 5
                                    

5 Agustus 2018

Sebuah aplikasi yang menurut Taemin adalah aplikasi yang bagus untuk mencari seorang teman kencan. Jongin penasaran untuk mencobanya. Diusianya yang kala itu masih 20 tahun, membuat Jongin tertarik untuk mencobanya.
Kala itu semua orang sedang gencar mempromosikan diri mencari FWB (Friend With Benefits) yang membuat Jongin tertawa terpingkal-pingkal. Memangnya benefit macam apa yang bisa dia dapatkan?
Beberapa pria mulai yang usianya terpaut 3 tahun bahkan ada yang sampai 6 tahun meminta Jongin untuk menjadi teman FWB-nya.
Jongin ingat, pertama kali dia punya teman FWB. Namanya Shim Changmin, dia pria bertubuh jangkung dengan senyum yang menawan. Jongin nyaris jatuh cinta padanya. Tetapi, tidak. Hubungan yang sementara seperti itu bukan hal yang baik. Maka dia bertahan di Aplikasi itu meskipun ada banyak pria yang sudah pernah dia temui. Sekedar say hello, atau mengajaknya kopi darat di kedai kopi atau nonton bioskop.

Oh Sehun.
Jongin ingat bagaimana kesan pertama yang dia dapatkan dari pria itu. Usia mereka hanya terpaut 3 tahun. Sehun waktu itu baru berusia 23 tahun, dan dia tipikal pemuda pintar dan rajin sekali belajar. Dia pemuda yang selalu berkomentar ini dan itu dengan gayanya yang diplomatis.
Jongin awalnya tidak menyukai gaya Sehun yang mana selalu berbicara formal di awal say hello via chat. Dia mirip Percy Weasley yang sedang cari muka di depan perdana menteri sihir.
Wajah Sehun di foto tanpa senyum. Tatapannya sangat tajam dengan maniks obsidian yang menurut Jongin seperti black hole.

Pemuda itu sebenarnya cowok pertama yang mengajaknya mengobrol di aplikasi itu. Tetapi mungkin Sehun bukan tipikal cowok yang suka fokus pada handphone-nya saat waktu senggang. Jadi dia sempat off selama 4 bulan lamanya, kemudian baru mengabari Jongin kalau ternyata dia sibuk ini itu-karena dia baru saja cari pekerjaan baru.
Mungkin prospek gajinya sangat tinggi.
Jadi sangat sulit dipuaskan sampai harus memakan waktu selama 4 bulan lamanya. Tetapi bagi Jongin itu tidak penting. Bagaimanapun juga, dia tidak tertarik dengan kehidupan orang lain-dia lebih tertarik cari uang dan kuliah.
Jongin seorang penulis amatir yang sering disewa perusahaan periklanan untuk membuat copy writing yang menarik pelanggan. Dia sebenarnya tidak punya cita-cita sebagai seorang penulis novel. Tetapi selain membuka usaha jual beli online-kadang ramai kadang sepi. Hanya itulah yang bisa Jongin lakukan.

Dia sudah pernah mencoba melamar pekerjaan sampingan sebagai seorang sales konter brand ternama. Atau sekedar pramusaji-tetapi tidak pernah lolos.
Banyak yang menyarankan padanya ini dan itu. Dia termasuk seseorang dengan wajah manis, berkulit tan, dan tubuh proporsional. Melamar jadi model pun juga dia ditolak. Mereka bilang wajah Jongin sangat kaku, dan tidak luwes.
Mungkin ya memang bekerja di belakang panggung jauh lebih ok untuk orang kikuk seperti dirinya.

"Kau jauh lebih cantik saat bertemu langsung dibandingkan dari fotomu." Kata Sehun.

Mereka sedang memesan makanan untuk mereka makan di dalam bioskop. Hotdog dan Popcorn butter kesukaannya. sebetulnya dia lebih suka popcorn caramel. Dulu waktu dia tinggal di Australia, paman dan bibinya akan membuat popcorn caramel ketika mereka menonton film di rumah.

"Oiya? Trims." Ucapnya, dengan wajah berseri-seri.

Kan, Sehun bukan orang pertama yang memuji dirinya cantik. Kesan pertama yang Jongin lihat dari Sehun adalah, dia pria jangkung, berkulit putih susu, mata obsidian yang kelam, rambut hitam yang rapi, dan berpakaian sangat necis semi formal yang membuat dirinya terlihat sangat tampan. Cuma saja Sehun orang yang sederhana, dan dia bilang, dia selalu sibuk dengan pekerjaan dan mempelajari sesuatu dari buku.
Sehun benar-benar kutubuku. Meski tidak setampan Shim Changmin dengan barang-barang branded dan necisnya, Sehun punya pesona sendiri yang membuat Jongin berpikir dia lebih dari sekedar 'kutubuku'.

Setelah menunggu sekitar 15 menit. Mereka akhirnya masuk. Seorang gadis penjual makanan yang sudah dipaket khusus dimakan di dalam bioskop lewat.
Gadis itu tersenyum dan menawari Jongin ini dan itu.
Jongin melihat paket itu ada kue pie apel kesukaannya. Sehun yang melihat itu tertawa, dia menanyai Jongin apa dia mau? Jongin menggeleng, tetapi Sehun akhirnya membelikan itu untuknya. Lalu si gadis memuji kalau Sehun dan Jongin seperti couple goals. Berlebihan memang.

"Ini kali pertamaku nonton film romantis." Sehun berbisik, seraya merangkul Jongin.

"Humm?"

"Eh, maaf." Ucapnya. "Aku lupa kalau ini Korea. Tidak boleh asal skinship kalau belum terlalu kenal."

"Sebelumnya kau tinggal dimana?"

"Ayahku musti ambil S3 di Amerika. Jadi, yah..aku sempat lama di sana. Kira-kira 10 tahun, mungkin." Sehun berkata. "Tak mau menghitungnya. Tak penting juga."

Jongin tersenyum. "Aku dulu tinggal di Australia selama 1 tahun. Tepat ketika ayah dan ibuku bercerai. Mereka titipkan aku di sana. Tapi aku tidak banyak berinteraksi di sana selain bermain dengan anak sapi."

Paman Howard punya usaha rumah potong hewan yang akan dijual lokal maupun ke mancanegara. Jadi Jongin jarang melihat anak-anak desa di sana.
Lagipula, bibinya melarang Jongin main jauh-jauh. Jadi ya, mau tidak mau dia cuma main di sekitar peternakan. Sesekali tuan Peter, teman paman Howard akan mengajarinya memerah susu sapi.

"Anak sapi jauh lebih baik sih." Sehun berkomentar. "Eh, kau bilang kau menulis blog. Sudah pernah ikut kontes menulis?"

"Sudah. Tapi tidak menang." Kata Jongin, tertawa kecil.

Mereka berbicara sangat pelan agar tidak menggangu. Sehun dengan iseng menyuapinya popcorn butter. Begitu juga Jongin.
Dengan malu-malu Jongin melerakan kepalanya di bahu Sehun. Cowok itu mengecup pucuk kepala Jongin-yang membuatnya merasa Sehun benar-benar tak sama dengan cowok-cowok yang pernah dia temui di aplikasi itu.

....

Sehun menggandeng tangannya ketika keluar dari bioskop. Jongin melihat tangan mereka yang bertautan.
Ini sangat sederhana, tetapi itu membuat wajahnya memanas. Apakah Sehun selalu begini? Jongin bukan orang yang naive, dia sudah menebak jika Sehun pasti sudah bertemu dengan banyak orang di aplikasi itu.
Jangan, please, jangan sampai jatuh cinta, batin Jongin.

"Ada apa?" Tanya Sehun, kalem. Dia mencari-cari kunci mobilnya di dalam kantung celananya.

"Tidak ada. Cuma mengingat saja, tadi kita agak kikuk. Begitu masuk bioskop, suap-suapan popcorn, malah jadi seperti orang yang sudah kenal lama." Kata Jongin.

Sehun tertawa. "Entahlah. Aku juga berpikir begitu tadi. Tapi kau orang yang baik, sederhana, aku suka tipikal orang sepertimu."

Jongin ikut tertawa. "Mungkin kita bisa berteman baik."

"Ku rasa begitu. Dan aku benar-benar tak sabar untuk ke depannya." Sahut Sehun, seraya memberikan Jongin ponselnya. "Cari alamatmu di google maps. Aku akan mengantarmu sampai rumah."

...

I think that possibly, maybe I'm falling for you

Yes there's a chance that I've fallen quite hard over you

I've seen the paths that your eyes wander down

I want to come too (Landon Pigg-Falling In Love at A Coffee Shop)

...

A/n ;

Nah, ini Fanfic selingan yang bakalan ku buat selingan. Aku buat ini disaat aku stuck di project fanfic yang lagi aku garap hahaha..
Seneng rasanya deh bisa kembali nulis. Dan ternyata ada yang udah ngikutin karya aku di FFN dari tahun 2016an. Ku kira bakalan ada yg lupa sama akunku yg itu. Ternyata masih ada yg baca, huhuhu terharu rasanya:')

The Most Beautiful Ode : About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang