"Halo, Semuanya! Balik lagi sama kita, Mark dan Haechan! Kali ini kita mau ajak kalian keliling rumah yang jadi saksi bisu perjalanan keluarga ayah Jo! Hmm ... enaknya kita mulai dari mana, ya, Kak?"
"Enaknya?" tanya Mark. "Matiin tuh kamera!" sambung Mark menepis kamera yang sedang menyoroti dirinya.
"Dih, ngambek masa."
"Ya lagian lo ngapain, sih?! Pake segala video-in isi rumah begitu. Emang udah izin sama Ayah?" kesal Mark.
"Ini kenapa pagi-pagi udah ribut? Ada masalah apa lagi?" Johnny yang baru selesai meracik kopi kesukaannya langsung berjalan menuju taman belakang seketika mendengar ada keributan yang berasal dari dua putranya.
Mark dan Haechan yang tertangkap basah oleh sang ayah langsung menunduk lesu. Terlebih Haechan yang sedang memegang kamera langsung menyembunyikannya di balik badan. Johnny membuang napas kasar melihat tingkah Mark dan Haechan yang masih sama seperti kecil dahulu. Sebagai ayah yang bijak, Johnny tidak segera menyalahkan atau memarahi mereka. Johnny justru mengajak kedua putranya untuk duduk berdampingan sambil menikmati kopi hangat.
"Coba jelasin kenapa bisa ribut kayak tadi?" Johnny memulai percakapan.
Mark dan Haechan tidak langsung menjawab. Lucunya mereka hanya menundukkan kepala dan saling siku.
Melihat kelakuan kedua anak bujangnya yang masih seperti anak-anak berusia sepuluh tahun, Johnny sempat tersenyum tipis di balik cangkirnya. Sengaja ia menyeruput kopi yang tinggal ampasnya demi menutupi rasa gemasnya pada Mark dan Haechan. Masih di balik gelas yang tersemat di antara kedua giginya, mata Johnny bergerak ke kanan dan kiri guna mencari sesuatu yang mengganjal dari Mark dan Haechan.
"Adek mau bikin video?" tanya Johnny selesai menggigit cangkirnya.
"I-iya.... " jawab Haechan penuh takut.
"Video untuk?"
"Adek mau rekam rumah ini tanpa izin ayah sama buna," sahut Mark cepat sebelum adiknya memberikan alasan yang semakin ngawur.
Johnny tersenyum sekilas. Mendengar penjelasan Mark tentang kelakuan adiknya yang sebenarnya bukan sebuah masalah bagi Johnny dan Zanna. Namun, mengingat Mark adalah anak yang patuh pada orang tua–bahkan sangat patuh. Jadilah dia memaksa Haechan untuk mendapat izin terlebih dahulu sebelum merekam seluruh isi rumah.
"Sekarang ayah mau tanya. Motivasi adek mau bikin video house tour itu apa?"
Mendengar nada bicara serta sikap Johnny yang sepertinya enggan untuk memasang wajah datarnya, Haechan langsung melemaskan pundaknya yang sudah hampir 10 menit ia tahan. Maklum, anak bungsu tidak punya siapa-siapa selain mama–sayangnya Zanna sedang tidak lokasi saat ini.
"Adek penasaran sebenernya sama sejarah rumah ini. Soalnya dari adek lahir sampe sekarang kayaknya semua tata ruang di rumah ini nggak pernah berubah sedikit pun. Makanya adek mau bagi cerita ke orang-orang kalo setiap sudut rumah ini punya sejarah tersendiri buat ayah sama buna," jelas Haechan. Johnny menganggukkan kepala tanda memahami maksud serta tujuan dari si bungsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jo's Fam | Johnny Suh, Mark Lee, and Lee Haechan
Fanfiction[Seri Lanjutan In The Living Living Room] Selesai dengan kisah perjalanan Johnny dan Zanna ketika sebelum menikah. Kini saatnya kita beralih pada kisah perjuangan mereka setelah resmi mengikat cinta mereka di hadapan Tuhan. Semua lika-liku kehidupan...