II

11 1 0
                                    

Gabby baru saja selesai dengan belajarnya, dan kini ia merebahkan tubuh diatas karpet dekat meja belajarnya. Punggungnya terasa seperti akan remuk jika terus dipaksakan untuk duduk berlama-lama.

Saat ia baru saja memejamkan mata, seseorang mencoba untuk masuk ke apartemennya, karna terdengar suara pencetan tombol pada pintu digitalnya.

"Gue udah pernah bilang kan Lex, kalo mau rebahan tuh di ranjang, jangan di lantai gini," ucap Sam, seraya mengambil bantal dari atas tempat tidur Gabby dan diletakannya di bawah kepala gadis itu.

Seperti janji di awal tadi, Sam datang setelah acara balapan selesai.

"Lo bawa pesenan gue?" tanya Gabby dengan mata tertutup.

"Rokok lo abis?"

Gabby tadi memesan rokok pada Sam, selain ice cream.

"Baru tadi pagi gue beliin buat lo, dan sekarang udah abis?" Sam tak habis pikir dengan sahabatnya ini.

"Sam, udahlah, gue lagi stres banget buat ujian besok pagi." Sam langsung mengeluarkan sebungkus rokok dari saku hoodienya.

"Jatah dua hari nih, awas aja besok udah abis,"

"Iya bawel." jawab Gabby seraya membuka bungkus tersebut, dan mengambil satu untuk dibakar.

Kenapa Samuel tidak melarang Gabby untuk merokok?

Karna Samuel tidak ingin merebut apa yang bisa membuat gadis itu tenang. Tapi Samuel tetap memberi batasan pada Gabby untuk tidak merokok terlalu banyak, dan Gabby menuruti itu.

Gabby-pun merasa bisa menjadi diri dia sendiri saat bersama Samuel, Cowok itu tidak pernah melarang apa yang ingin ia lakukan, Samuel akan memberi batasan padanya, bukannya larangan.

"Udah makan?"

"Udah, tadi dibikinin nasi goreng sama Jirga," jawabnya jujur.

"Sam?"

"Hm?" jawabnya tanpa lepas melihat layar ponsel.

"Bantalnya keras," ucap Gabby tiba-tiba.

"Ngomong aja kalo lo mau pake paha gue buat bantal,"

"Hehe," Samuel langsung memosisikan tubuhnya lebih dekat, agar Gabby bisa tidur memakai pahanya sebagai bantal.

Keduanya hening, tak ada yang memulai obrolan.

Hingga ...

"Sam, gue takut," ucap Gabby namun masih dengan mata tertutup.

"Karna?"

"Gue takut besok gue bisa ngerjain ujian dengan baik atau nggak,"

"Yang lo takutin bukan ujiannya Lex, tapi bokap lo," Jika dipikirkan lagi, memang benar. Yang ditakutkan oleh Gabby adalah sang ayah.

"Gue nginep ya?" ucapan Samuel langsung mendapat respon buruk dari Gabby.

Gadis itu menggigit paha Samuel yang tadinya dibuat bantalan kepalanya.

"SAKIT ALEXA!" teriak Samuel.

"Makanya kalo ngomong tuh dipikir dulu,"

"Ya kan biasanya juga boleh,"

"Tapi besok ujian bego,"

Dan keduanya tertawa.

Kadang Samuel merasa ada yang aneh dengan hatinya jika Gabby sudah menceritakan tentang ayahnya, atau tentang hal yang menyakitinya. Samuel turut merasakan kesedihan yang gadis itu rasakan, tapi Samuel tak bisa mengatakan itu, ia hanya bisa memberi pelukan saat gadis itu tengah merasa sangat kesakitan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IRREPLACEABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang