1

38.8K 1.9K 38
                                    

Lany Maulia. Seorang wanita muda yang masih berusia 22 tahun. Tinggal sendirian, dan tak memiliki orang tua. Sebenarnya, dia masih memiliki seorang ibu tiri. Hanya saja, dia tak tahu di mana keberadaan ibu tirinya.

Lany bekerja sebagai wanita malam atau biasa di sebut juga sebagai wanita panggilan. Hampir setiap malam dia mendapatkan klien yang meminta untuk di temani. Tentu saja Lany menerima, karena itu memang pekerjaannya.

Sebenarnya, Lany bukan sengaja mau menjadi seorang wanita panggilan. Namun kondisi terdesak memaksanya mau mengambil pekerjaan ini. Dan pada akhirnya, menjadi pekerjaan tetap baginya.

Semuanya berawal dari satu tahun yang lalu, saat Lany kehilangan pekerjaan dan tak punya uang banyak. Ibu tirinya yang kabur entah kemana meninggalkan hutang sampai berpuluh juta yang akhirnya imbasnya dirasakan oleh Lany.

Atas saran dari teman, akhirnya Lany berani menjual keperawanannya pada seorang pria kaya yang mau membayarnya mahal. Tentu itu bukan kenangan yang indah. Lany bahkan sempat mengutuk dirinya yang kotor.

Dan sekarang, menemani pria-pria berdompet tebal menjadi pekerjaan tetap Lany. Dia bekerja secara individu, tanpa memiliki bos. Dia hanya sering saling kontak dengan teman-temannya yang sesama wanita panggilan. Hingga akhirnya, Lany tetap mendapatkan seorang klien.

Seperti malam ini, Lany mendapatkan telepon dari salah satu temannya. Katanya, ada seseorang yang ingin di temani. Pria itu sudah menunggu di kamar hotel, dan Lany di beritahu alamat beserta nomor kamarnya.

Lany belum tahu siapa pria yang akan dia temani malam ini. Apakah dia seorang pria muda atau sudah lanjut usia. Apakah dia seorang pria single atau sudah memiliki pasangan. Lagi pula, itu bukan hal yang harus Lany pikirkan. Yang penting, dia mendapatkan uang untuk kebutuhan hidupnya.

Lany berdiri di depan sebuah pintu hotel dengan tulisan angka 353. Dia mengetuk pintu itu beberapa kali, hingga seseorang membukanya dari dalam. Lany mendongak, menatap seorang pria dengan mata yang sayu. Lany langsung bernafas lega dan tersenyum saat tahu kalau kliennya malam ini bukan seorang kakek-kakek.

"Kamu temannya si Clarissa itu?" Pria itu bertanya dengan suara parau.

"Iya, Tuan. Saya temannya." Lany menjawab dengan ramah. Pria itu mengangguk lalu menyuruh Lany untuk masuk. Lany tak merasa gugup, karena ini sudah menjadi pekerjaannya sejak setahun yang lalu. Lany bahkan sudah mempelajari banyak hal agar kliennya puas. Karena banyak dari mereka yang selalu memberikan bonus jika Lany bisa memuaskan mereka.

Lany berjalan mendekati laci di samping tempat tidur dan menyimpan tasnya di sana. Dia lalu melepaskan cardigan panjang yang dia pakai, memperlihatkan dirinya yang hanya memakai sebuah gaun pendek.

Pria yang belum Lany ketahui namanya itu berjalan pelan mendekati ranjang. Dia tak menyentuh Lany, hanya duduk dengan mata kosong terarah pada dinding di depan. Lany jadi terheran-heran melihatnya. Selama ini, Lany seringnya mendapatkan klien yang agresif dan selalu terburu-buru.

"Siapa namamu?" Pria itu bertanya tanpa menatap Lany.

"Lany, Tuan." Lany menjawab lalu memberanikan diri duduk di samping pria itu.

"Sudah berapa lama kamu kerja begini?" Pria itu kembali bertanya. Lany menatapnya cukup lama, entah kenapa dia merasa tersinggung.

"Satu tahun, Tuan."

Pria itu terdiam mendengar jawaban Lany, seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Satu tahun ya. Kenapa dia gak jadi wanita panggilan juga? Lumayan kalau di bayar."

Lany menatap pria itu dengan bingung. Siapa yang pria itu maksud? Tapi sepertinya, memang bukan dia.

Cukup lama mereka sama-sama terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Lany pun tak tahu harus apa, karena pria di sampingnya tak memperlihatkan keinginan untuk segera melakukan seks. Jadi, mungkin Lany akan menemani pria itu mengobrol saja. Sampai pria itu sendiri yang meminta lebih dulu.

***

Lany memang bekerja sebagai wanita panggilan. Hingga tak aneh, kalau yang harus dia lakukan adalah melayani kebutuhan biologis para pria yang membayarnya.

Namun selama setahun bekerja, baru kali ini Lany mendapatkan klien yang berbeda. Pria itu, tak melakukan apa-apa padanya. Dia hanya bercerita pada Lany, menceritakan kisah hidupnya. Walau Lany tak terlalu paham, dia mendengarkan dengan seksama.

Mereka tak melakukan hubungan badan, dan pria itu hanya memeluk Lany, berkata kalau dia hanya membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya. Lany tentu senang, karena dia tak perlu lelah dan berkeringat untuk mendapatkan uang.

Pagi hari saat bangun, Lany mendapatkan dirinya masih berada dalam pelukan pria itu. Pria bernama Sebastian, yang Lany terka memiliki banyak beban hidup. Apakah beban hidup pria itu terlalu berat hingga dia tak bergairah? Menjadi sebuah tanda tanya bagi Lany.

"Tuan, ini sudah pagi. Saya harus segera pulang." Lany berbicara kala dia sulit melepaskan lengan kekar pria itu dari pinggangnya.

"Aku akan bayar lebih." Pria itu bergumam, menandakan kalau Lany harus tinggal lebih lama. Lany pun tak menolak, dan kembali diam. Lumayan dong. Dia bisa mendapatkan uang tanpa harus melakukan apa-apa. Cukup diam dan mendengarkan cerita pria bernama Sebastian tersebut.

"Kamu punya orang tua?" Tiba-tiba Sebastian bertanya, membuat Lany cukup terkejut dengan pertanyaannya.

"Ayah dan ibu saya sudah meninggal dunia. Ibu tiri saya entah berada di mana." Lany menjawab secara jujur, sesuai kenyataan. Tak ada kesedihan dalam sorot matanya, karena dia sudah tegar menerima nasib hidupnya.

"Kamu tak punya keluarga lain?"

"Ada. Tapi mereka yang tak mau mengakui sebagai keluarga. Saya tak bisa memaksa masuk ke dalam keluarga mereka."

"Hm. Kenapa kamu kerja seperti ini?" Lany terdiam mendengar pertanyaan itu. Memang tak sedikit yang menanyakan hal sama padanya.

"Uang. Itu yang saya butuhkan untuk kebutuhan hidup." Lany menjawab dengan lugas. Sebastian bergumam tak jelas saat mendengar itu. Posisi tangannya masih memeluk pinggang Lany, dengan wajah berada di dada wanita tersebut. Mata terpejam, merasakan kenyamanan yang timbul, tanpa berniat melakukan hal lebih.

"Ah, kau benar. Hidup di kota ini tidak mudah," gumam Sebastian lebih jelas. Lany terdiam lagi, merasa sebal juga. Sudah tahu, kenapa masih bertanya?

"Apa kamu selalu menikmati sentuhan semua laki-laki yang tidur denganmu?" Sebastian bertanya lagi. Lany cukup terkejut mendengar pertanyaan Sebastian barusan.

"Tidak. Saya melakukannya demi uang." Lany menjawab dengan pelan. Memang, kadang Lany menikmati permainan yang dia lakukan dengan para kliennya. Tapi tak sedikit yang membuat Lany merasa tak nyaman. Intinya, dia tak bisa menikmati semua sentuhan pria yang membayarnya. Lany bisa ikut menikmati, tergantung bagaimana sentuhan yang dia dapatkan.

Sebastian terdiam cukup lama mendengar itu. Dia tak bicara lagi, dan tetap sibuk dengan pikirannya sendiri. Hingga akhirnya dia bersuara kembali, dan berhasil membuat Lany merasa sangat kaget.

"Aku akan menjamin kehidupanmu asal kamu hanya melayaniku saja. Kamu sanggup?"

_______________________________________

New Story.

Bagaimana? Semoga kalian suka ya😊

Cerita ini aku kasih rate dewasa karena sepertinya emang cocok. Anak kecil jangan mampir ya😆

Jangan lupa tinggalkan jejak🥰

Simpanan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang