three ; jealous but prestige

1.9K 269 13
                                    

"Itu daging mahal. Disajikan di depanmu untuk dimakan, bukan hanya sekedar menjadi pandangan saja. Kau ini memang bodoh, tapi kenapa semakin buruk saja?" ucapan pedas Taehyung membawa kembali jiwa Jisoo yang sempat terbang entah kemana.

Wanita itu mulai mendapatkan kesadarannya kembali setelah perkataan pedas nan tajam yang Taehyung nyalangkan untuknya secara cuma-cuma.

Jisoo tersenyum kecut, ia mulai memotong dagingnya menjadi bagian kecil-kecil lalu memakannya dengan setengah hati.

Ia harus sarapan atau kalau tidak, Taehyung tidak akan memberinya makan sampai wanita itu mati karena kelaparan. Dan jangan salahkan Taehyung nantinya, karena itu adalah pilihan Jisoo.

Namun wanita itu tak ingin mati konyol karena kelaparan, cukup hidupnya saja yang hina, kematiannya jangan sampai. Karena itulah ia mau tak mau harus memakan daging steak yang sudah susah payah disajikan oleh pembantu rumah ini.

Taehyung masih memperhatikan Jisoo. Wanita itu terlihat jika sedang tidak berselera makan. Namun apa perduli Taehyung, toh wanita itu saja yang manja. Jika nanti ia sakit, jangan harap Taehyung sudi untuk mengurusinya.

Taehyung pun sadar akan tatapan kosong Jisoo, terlebih hal ini terjadi ketika Taehyung meminta kewajiban Jisoo sebagai seorang istri. Namun apa perduli Taehyung, bukankah itu sudah kewajiban Jisoo?

Toh, bukankah harusnya Jisoo sudah memikirkan hal itu sebelum dia dengan segala kebaikan hati malaikatnya menggantikan adiknya yang lari di hari pernikahannya?

Jadi apa perduli Taehyung?

"Aku menyuruhmu makan, bukan membersihkan toilet. Tapi kenapa kau melakukannya dengan setengah-setengah, kau berniat bunuh diri?" Jisoo menggeleng, ia mengulum bibirnya ke dalam dan tersenyum kecil.

"Tidak, bukan seperti itu. Aku hanya kenyang saja," ujarnya.

Taehyung tertawa singkat, bukan karena keikhlasan, melainkan sebuah hinaan untuk ucapan Jisoo barusan.

"Kenyang katamu? Memangnya kau makan apa? Kau tidak makan apapun, Jisoo. Hanya aku yang memakanmu, itu pun tadi malam."

Kemudian Taehyung bangkit, "Bersihkan meja ini. Aku tidak akan ke kantor, karena itu bersihkanlah rumah ini dan bantulah para pembantu."

Jisoo menatap Taehyung, matanya menahan gejolak tangisan, nafasnya memburu seolah Jisoo kehabisan oksigen, namun ia harus memberanikan dirinya.

"Taehyung, aku meminta izin padamu untuk istirahat sebentar saja, bolehkah?" Taehyung tertawa singkat, ia mengurungkan niatnya untuk pergi dari ruang makan ini.

Taehyung mengelus rambut Jisoo yang sangat wangi, ditariknya dagu itu agar Jisoo mendongak dan menatapnya. "Istirahat katamu? Itu hanya dalam mimpimu, Jisoo."

Taehyung tahu betul apa yang dimaksudkan Jisoo. Namun ia benar-benar tidak perduli sekali pun Jisoo pingsan karena kelelahan.

"Sadarlah Jisoo, sadar diri dan pahamilah kedudukan mu di rumah ini. Aku tahu kita sudah berbagi ranjang, namun itu tidak akan membuat derajatmu naik di depan mataku. Because in truth you are just a maid masquerading as my wife, Kim Jisoo."

•~•~•

Jisoo tertawa singkat, orang yang berada di sebrang telepon sana benar-benar membuat Jisoo tidak mampu menahan tawanya sekalipun itu hanya kekehan kecil saja.

"Yak yak, Sojung-ah, kau gila? Apa yang sedang kau bicarakan ini, bodoh?"

Sojung tertawa kecil, Jisoo benar-benar menanggapi candaannya yang bahkan sangat tidak layak disebut sebagai candaan semata.

Lucifer And His Tamer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang