_____Apa yang ada di pikiran kalian saat seorang gadis remaja masih keluyuran hingga pagi buta?
Ketukan suara sepatu yang terburu-buru menggema di jalanan sepi. Toko-toko kelontong pinggir jalan sudah menutup etalase mereka sejak dua jam yang lalu, tentu saja ini pukul dua pagi. Namun, gadis berperawakan kecil ini belum pulang ke rumah dan merasakan kehangatan selimut dan lembutnya tempat tidur. Ah, atau mungkin dia tidak memiliki itu semua.
Dengan napas terengah-engah sang gadis masih tetap berusaha berjalan meskipun dengan langkah yang terseok-seok. Stamina tubuhnya tidak lagi kuat seperti beberapa puluh menit yang lalu. Gang kecil yang tertangkap oleh indra penglihatan menjadi tujuan bersembunyi dari sesuatu yang mengejarnya.
Suara gesekan sepatu dengan aspal jalanan terdengar lebih jelas saat sepi. Gadis yang sudah susah payah bersembunyi di balik tong di gang gelap itu, menahan napas dengan susah payah, terlebih saat seseorang di depan sana memanggil namanya.
"Hinata!"
Suaranya memang tidak terdengar marah sama sekali. Namun, gadis bernama Hinata itu menangis semakin keras. Kedua tangan membekam mulut sendiri dengan erat, bahkan tanpa sadar dia menahan napas saking takutnya.
"Bersembunyi, hm?"
Langkah kaki sang pemuda mendekat ke arah di mana Hinata bersembunyi,
"Aku tahu kau ada di sekitar sini," ujarnya dengan suara rendah namun, masih dapat terdengar jelas.
"Keluar, ayo kita pulang. Aku tidak marah. Jika kau keluar sekarang, aku tidak akan marah." lanjutnya, suaranya terus mendekat hingga ujung sepatu si pemuda terlihat di samping Hinata.
Gadis itu menggigil, hampir tidak bisa bergerak sedikitpun. Ketakutan benar-benar sudah masuk ke dalam diri Hinata. Meskipun sang pemuda berkata demikian, dia tidak yakin dia akan selamat kali ini. Sebisa mungkin dia ingin bertahan dan lepas dari kurungannya.
"Jadi- ini yang kau inginkan. Hm, baiklah. Ini salahmu, karena kau suka kekerasan. Jika kau menurut sedikit saja, aku pasti tidak akan begini."
Pemuda itu berjongkok tepat di depan Hinata, menatap mata gadis itu dengan tajam dan dingin. Tangannya yang pucat membelai wajah Hinata yang sudah basah oleh keringat, membuat tubuh sang gadis tambah gemetaran serta suara tangis yang mulai terdengar.
"Ayo, kita pulang."
Surai kebiruan Hinata bergerak seiring si empunya menggeleng dengan keras. Wajah pemuda di depannya mengkerut tidak suka, dia berusaha membuat Hinata bangun dari posisinya-memaksanya agar berdiri.
"A-aku mohon, Sasuke. Lepaskan aku."
Wajah pemuda bernama Sasuke itu merengut tidak suka, dia menatap datar Hinata yang menangis semakin keras di hadapannya. Tanpa belas kasihan dia tetap menyeret sang gadis menuju kediamannya.
"Jangan mencoba melakukan hal bodoh, Hinata." Sasuke memperingati tepat saat dia memaksa agar gadis itu masuk ke dalam mobil.
Sepanjang perjalanan Hinata tidak berhenti menangis. Ini adalah percobaan ketiganya untuk kabur dari Sasuke namun, gadis itu selalu saja tertangkap dengan mudah. Melapor pada pihak kepolisian hanya membuang waktu, karena ayah Sasuke adalah kepala polisi di kota.
Hinata tidak pernah menyangka jika pribadi Sasuke yang sesungguhnya sangat berbeda dengan kesannya saat pertama kali bertemu. Pemuda itu sangat kasar, mudah marah dan tidak sabaran. Kekerasan verbal dan fisik sudah Hinata dapatkan darinya. Padahal, dulu saat mereka belum memiliki hubungan spesial, Sasuke tidak pernah berbuat demikian, dia terlihat lebih pendiam dan cuek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story [Hinata]
FanfictionNaruto(c)Masashi Kishimoto Isinya cuman tulisan gabut, acak-acakan dan gak jelas.